7

5.5K 309 3
                                    

"Kenapa muka lo kusut gitu?" Tanya Yoga pada Raffa.

Raffa baru saja datang setelah mengembalikan gelas mereka tadi. Ia duduk di kursi yang ada di depan Yoga, tepatnya di samping Satya.

Raffa membuang nafasnya keras-keras.

"Bodo amat," ucap Raffa.

"Kenapa lagi?" Tanya Satya sambil memasukkan ponselnya di saku celananya.

"Gue kalau ketemu adik lo bawaanya emosi mulu," gerutu Raffa. Ia menyilangkan tangannya di depan dada.

"Lo habis dari mana, sih?" Tanya Satya penasaran.

"Bukannya lo tadi ngebalikin gelas?" Tambah Yoga.

"Dia nyodorin gelasnya ke gue, dia kira gue pelayan," jelas Raffa.

Raffa menceritakan kejadiannya tadi. Satya dan Yoga pun menertawakannya. Bagaimana bisa seorang most wanted Vilgold yang selalu dipuji-puji tampan itu dikira seorang pelayan?

Hanya Nara yang melakukan itu padanya. Tidak ada yang pernah berbuat seperti itu padanya.

"Loh, kok adik gue di sini?" Satya terkejut saat sadar akan sesuatu.

"Tau," ucap Raffa yang sudah kesal.

"Tuh orangnya di sana, lagi sama anak-anak kelas X MIPA 2," kata Yoga.

Tangannya menunjuk ke arah gerombolan yang ada di di dekat panggung. Satya dan Raffa mengikuti arah yang ditunjuk Yoga. Ia mengambil ponsel di sakunya dan mengirim pesan untuk adiknya.

Nara yang mendengar ponselnya berbunyi segera membukanya. Ia mendapat sebuah pesan dari Satya.

Kak Satya

Liat ke kiri Ra

Nara menengok ke arah kiri setelah membaca pesan dari Satya. Ia menemukan Satya yang sedang bersama kedua temannya. Satya melambaikan tangannya, sambil mulutnya bergerak mengucapakan 'sini' tanpa suara.

Nara menggandeng tangan Mila dan mengajaknya untuk menemaninya karena hanya ada teman-teman Satya. Apalagi ada orang yang dibencinya.

"Sini duduk, gabung sama kita," kata Satya setelah Nara sampai di meja yang ditempatinya.

Satya menepuk-nepuk kursi kosong yang ada di samping kanannya. Menginterupsi Nara agar duduk di situ. Nara pun segera duduk.

"Duduk di sebelah Yoga aja, Mil," kata Satya setelah mengetahui Mila yang berdiri kebingungan.

"Iya, Kak," jawabnya. Ia dengan sedikit ragu menarik kursi di sebelah Yoga dan mendudukinya.

"Santai aja, gue nggak gigit kok," ucap Yoga. Mila hanya tersenyum.

Ia paham dengan ekspresi Mila. Ia yakin Mila merasa canggung dan takut karena mendapat banyak tatapan tidak suka. Banyak perempuan yang memandang Nara dan Mila dengan sinis karena duduk semeja dengan ketiga pangeran Vilgold.

"Kalian udah saling kenal?" Tanya Fanny yang baru saja datang dan duduk di samping Raffa.

"Atau jangan-jangan lo bertiga ngincer mereka berdua, ya?" Selidik Fanny sambil menunjuk Nara dan Mila.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang