57

9.1K 265 107
                                    

Three Months Later...

Malam ini Satya, Yoga, dan Kevin menarik Raffa dengan paksa ke sebuah taman. Awalnya Raffa selalu memberontak, namun karena bundanya yang menyuruhnya untuk ikut mereka akhirnya ia menurut. Maklum, Raffa kan anak yang berbakti sama bundanya.

"Ngapain kalian bawa gue kesini?" Tanya Raffa kesal. Ia menatap ketiga temannya datar. Jika saja ia tidak ingat mereka bertiga ini teman dekatnya, sudah dipastikan Raffa akan mengamuknya.

"Gue mau kenalin lo sama cewek cantik biar lo move on dari galau lo," jawab Satya santai.

Raffa berdecih pelan. Ia menatap satu persatu ketiga temannya itu. Detik berikutnya pria itu tertawa getir. Merasa lucu dengan ketiga temannya itu. Semuanya terdengar lucu bagi pria itu.

"Kalian bercanda?" Tanya Raffa saat tawanya berhenti. "Nggak semudah itu buat gue move on. Gue nggak bisa lupain dia."

"Nggak ada yang nyuruh lo buat lupain Nara. Kita tau di hati lo cuma ada Nara. Tapi tolong lo temui dulu cewek yang kita pilih. Mungkin dia bisa gantiin Nara," ucap Kevin perlahan-lahan. Cara inilah yang sejak dulu ia gunakan saat Raffa sedang emosi. Agar tidak menambah panas kepala pria itu maksudnya.

"Kalau lo anggep kita sahabat, lo harus hargai usaha kita. Temui cewek yang kita pilihin di sini!" Yoga menunjuk bangku taman yang ada di sampingnya. Pria itu kini terlihat menyeramkan dengan wajahnya yang serius.

Suasana menjadi hening. Hanya suara hewan malam yang memenuhi taman sepi ini. Satya menepuk pundak Yoga dan Kevin, memberi kode mereka untuk meninggalkan Raffa sendiri.

Helaan nafas berat keluar dari mulut Raffa. Dengan malas ia melangkah ke bangku taman yang sempat ditunjuk oleh Yoga. Ia duduk di bangku taman itu dengan menunduk menatap rumput.

Raffa pikir ketiga sahabatnya itu sudah tak waras. Memangnya semudah itu apa melupakan orang yang sangat ia cintai sekaligus cinta pertamanya? Terlebih Satya, dia kan kakaknya Nara. Harusnya dia juga prihatin dengan keadaan Raffa sekarang atas kepergian Nara.

Setelah beberapa saat, mata Raffa tak sengaja menangkap sepasang kaki menggunakan flat shoes berwarna putih tepat di depannya.

Perlahan ia mendongak, matanya mendapati seorang gadis mengenakan dress selutut berwarna putih senada dengan flat shoes-nya tengah tersenyum manis padanya.

Tatapan Raffa tetap datar, bahkan terlihat sangat dingin. Tak ada reaksi sedikitpun darinya. Baginya ini sudah biasa. Hampir setiap hari ia selalu melihat hal seperti ini. Maka tak kaget jika sekarang pun ia terlihat biasa saja dan lebih memilih memalingkan wajahnya.

"Lo nggak bosen selalu datengin gue? Dia udah tenang di sana," ucapnya datar.

Senyum di wajah gadis itu semakin mengembang. Ia duduk di samping Raffa, tak peduli dengan ucapan dan sikap Raffa padanya.

Tanpa ragu gadis itu menggenggam tangan Raffa erat. Tampak sedikit ekspresi terkejut dari pria itu. Bagaimana dia bisa dengan seenaknya menyentuh Raffa?

"Apa lo pengen gue pergi setelah gue udah kembali?"

MAAF LANJUTAN PART INI DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN

BUAT YANG MAU BACA ENDING DAN EXTRA PART, SILAHKAN BELI NOVELNYA!

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang