Nara berjalan memasuki kelasnya. Mila yang sudah datang heran melihat sahabatnya ini datang dengan muka yang ditekuk.
"Pagi-pagi udah kusut aja tuh muka, kaya belum disetrika," sindir Mila setelah Nara sampai di bangkunya.
Nara melepas tasnya dan duduk di bangkunya. Ia menjadikan tasnya sebagai bantal kepalanya di meja. Ia tak berniat menjawab pertanyaan Mila.
"Kenapa sih, lo?" Tanya Mila lagi.
Mila mendekatkan wajahnya agar dapat melihat wajah Nara yang disembunyikan dibalik tasnya. Sedetik kemudian Nara mengangkat kepalanya dan menegakkan tubuhnya.
"Gue sebel sama Kak Satya. Masa gue nggak dibolehin bawa mobil sendiri," ucap Nara sambil meremas tasnya.
"Bukannya lo udah dikasih mobil sendiri buat ke sekolah, ya?" Tanya Mila.
"Masalahnya itu," Nara menjeda kalimatnya.
"Kak Satya minta Papa biar nggak ngebolehin gue pakai mobil sendiri. Kalo Kak Satya lagi ada urusan baru gue boleh bawa mobil sendiri," jelasnya.
Mila mengangguk-angguk. Kasian dengan nasib sahabatnya ini.
"Terus lo pulangnya gimana kalau Kak Satya tiba-tiba ada kegiatan? Dia kan sering ada kegiatan dadakan," tanya Mila sambil menopang dagunya.
"Pak Joko yang bakal jemput gue," jawabnya. Pak Joko adalah supir pribadi di rumahnya.
Nara meletakkan lagi kepalanya di atas meja. Ia membenarkan posisi tasnya untuk bantalan.
"Alasan Kak Satya apa coba sampai ngomong gitu ke bokap lo," Mila tampak berfikir.
"Gara-gara tiga cewek bege kemarin," ucap Nara.
Mila bingung dengan ucapan Nara. Ia tidak tahu siapa tiga orang cewek yang dimaksud Nara. Nara yang paham maksud sahabatnya itu segera menjelaskan.
"Kemarin pas gue nunggu Kak Satya ada tiga cewek yang gangguin gue. Jadi Kak Satya takutnya gue diganggu lagi sama mereka," jelasnya.
"Tiga cewek? Siapa?" Tanya Mila.
"Salah satunya namanya Bela atau Bila gitu kalau nggak salah," kata Nara.
Mata Mila melotot setelah mendengar ucapan Nara. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Nara.
"Bela, Vara, sama Ifa?" Ia memastikan lagi.
"Nah itu namanya," ucap Nara sambil menjentikkan jarinya.
Mila mengerjapkan matanya berulang kali. Memandang Nara dengan tidak percaya. Sahabatnya yang baru masuk Vilgold sudah berurusan dengan Bela dan kawan-kawan.
"Kenapa sih, lo?" Tanya Nara yang risih dengan tatapan Mila.
"Lo tau nggak sih. Mereka tuh pembully di Vilgold. Anak tingkat XI, tapi udah berani bully tingkat XII juga!" Kata Mila dengan berapi-api.
"Oh," jawab Nara singkat.
Nara mengambil ponselnya dan memilih mendengarkan musik. Ia tak berniat untuk menggubris Mila lagi. Mila yang ada di samping Nara pun dibuat bingung, tidak percaya dengan yang terjadi pada sahabatnya itu.
-----
Nara berjalan menghampiri Satya yang sedang makan di kantin bersama temannya, Yoga. Ia menepuk pundak Satya hingga ia menoleh.
"Kenapa?" Tanya Satya sambil mengunyah bakso nya.
"Buku gue ada yang ketinggalan di mobil," ucap Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Fiksi Remaja[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...