Mobil Deva memasuki pekarangan rumah Nara. Pria itu menghentikan mobilnya setelah sampai di depan rumah Nara. Deva mengerjapkan matanya beberapa kali.
Matanya menangkap di dalam garasi rumah Nara yang terbuka ada mobil yang selalu dibawa Satya ke sekolah. Bukan hanya mobil, ia juga mendapati dua buah sepeda motor yang diketahuinya milik Raffa dan Yoga.
"Makasih ya, Dev,"
Ucapan Nara berhasil mengejutkannya. Pria itu sedikit tersentak. Ia menoleh pada Nara yang hendak membuka pintu mobil.
"Ra, itu bukannya mobil Kak Satya ya?"
Deva menunjuk mobil hitam Satya. Bola mata Nara mengikuti arah yang ditunjuk Deva. Nara menggigit bibir bawahnya, bingung harus menjawab apa.
"Bukan, itu mobil kakak gue," jawab Nara sekenanya.
"Tapi itu juga kaya motor Kak Raffa sama Kak Yoga," kini pria itu menunjuk dua motor besar yang ada di samping mobil.
Nara semakin bingung dibuatnya. Cukup dengan Deva menanyakan mobil Satya saja ia sudah bingung, sekarang ditambah dengan keberadaan motor dua teman kakaknya itu.
"Itu cuma mirip. Mungkin motor temen kakak gue," jawab Nara yang sebenarnya adalah kejujuran namun tak dimengerti oleh Deva.
"Enggak, Ra. Gue inget banget motor Kak Raffa, apalagi waktu lo salah naik motor dia," Deva kekeuh dengan pendapatnya.
Nara tertegun saat Deva mengucapkan ia salah naik motor waktu itu. Meskipun kejadiannya sudah cukup lama namun ia masih saja malu jika mengingatnya. Jika ia diberi kemampuan mengulang waktu, ia akan menghapus kejadian itu.
"Bukan. Ngapain coba Kak Raffa ke rumah gue? Orang gue sama dia aja kaya kucing dan tikus kalau ketemu," sanggah Nara cepat.
Deva menganggukkan kepalanya. Benar juga yang dikatakan Nara. Raffa dan Nara saja seperti kucing dan tikus saat bertemu, mana mungkin Raffa ke rumah Nara.
"Ya udah gue masuk, sekali lagi makasih buat yang tadi,"
Dengan cepat Nara keluar dari mobil Deva sebelum Deva bertanya-tanya lagi tentang mobil dan motor yang ada di garasi rumahnya.
Deva membuka kaca mobilnya. Pria itu mengangkat sudut bibirnya sebelum pamit.
"Gue balik ya, Ra," pamitnya.
"Iya, hati-hati," jawab Nara.
Nara membuang nafasnya lega saat mobil Deva telah keluar dari pekarangan rumahnya. Sejurus kemudian ia masuk ke dalam rumahnya. Tujuannya sekarang adalah ke kamar Satya. Ia ingin menanyakan kenapa motor kedua teman kakaknya itu ada di garasi rumah.
"Kok kaya rame gitu ya?" Monolognya.
Saat menaiki tangga ia dapat mendengar suara dari kamar Satya yang sangat ramai. Ia mempercepat langkahnya menuju kamar Satya.
Gadis itu sudah menyiapkan omelannya untuk Satya. Kini tangannya meraih kenop pintu kamar Satya.
"Berisik amat kamar lo, Kak! Ini kamar atau pasar?"
Di akhir kalimatnya suara Nara semakin menghilang. Matanya membulat saat dilihatnya ada tiga kaum Adam menatapnya dengan tatapan aneh. Ralat, hanya dua kaum Adam yang menatapnya aneh, karena Raffa masih setia dengan tatapan datarnya.
"Nggak jadi!"
Nara segera menutup pintu kamar Satya setelah mengucapkannya. Sedikit lagi pintu berhasil tertutup sempurna, Satya memanggilnya.
"Ra!"
"Kenapa?" Nara membuka lagi pintu kamar Satya.
"Nggak papa," jawab Satya enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Fiksi Remaja[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...