9

5.5K 301 2
                                    

Di sebuah meja di pojok kantin, Nara, Mila, Tasya, Fely, dan Siska sedang melahap bakso mereka. Mereka tengah asyik dengan bakso mereka sendiri-sendiri. Suasana meja hening, hanya suara dentingan sendok dan mangkuk yang terdengar.

"Katanya OSIS udah mulai cari anak kelas sepuluh buat dijadiin pengurus OSIS ya?" Suara Mila memecah keheningan.

"Katanya sih gitu, soalnya kelas dua belas udah nggak boleh ikut kegiatan," sahut Tasya dengan mulut yang penuh dengan bakso.

Mereka semua menggelengkan kepala melihat kelakuan Tasya. Ralat, hanya Mila, Fely, dan Siska. Nara tetap memakan baksonya dan tidak berniat bergabung dengan percakapan teman-temannya.

"Kebiasaan! Kalau ngomong makannya dihabisin dulu dulu," Kata Fely sambil mendorong kepala Tasya pelan.

"Uhuk....uhuk....uhuk," Tasya tersedak baksonya akibat ulah Fely. Tangannya dengan cepat mengambil minumnya dan meminumnya hingga tak tersisa.

"Anjir, gara-gara lo, nih! Gimana coba kalau gue mati?" Omel Tasya pada Fely. Tangannya terulur untuk membalas Fely mendorong kepalanya.

"Lo mati juga nggak ada yang peduli," ucap Fely dengan enteng.

Semua yang ada di meja itu tertawa. Nara yang tengah asyik memakan baksonya ikut tertawa. Apalagi saat Tasya bersungut-sungut akibat ditertawakan temannya itu.

"Eh, biasanya kalau dipilih OSIS itu kita langsung jadi pengurus OSIS atau ditawarin dulu mau apa enggak?" Tanya Fely kembali ke topik sebelumnya.

"Kurang tau, kayanya sih dipanggil terus ditawarin mau atau nggak," Mila mengedikkan bahunya.

"Kira-kira diantara kita nanti ada yang kepilih nggak ya?" Ucap Tasya dengan raut wajah yang terlihat jelas sedang berpikir.

"Yang jelas lo nggak bakal kepilih," celetuk Fely meledek Tasya.

"Gini-gini juga gue nggak goblok-goblok amat kok," Tasya memanyunkan bibirnya. Mereka semua tertawa, kecuali Nara dan Siska yang hanya tersenyum.

"Firasat gue sih Nara yang bakal kepilih," celetuk Mila membuat Nara tersedak baksonya.

"Nggak lah, nggak mungkin gue dipilih," sanggah Nara dengan cepat.

"Menurut gue juga gitu. Nara kan pinter, sikapnya juga oke. Apalagi dia adiknya Kak Satya, pasti sifatnya nggak jauh-jauh dari Kak Satya, kan?" Tasya mengutarakan pendapatnya dengan panjang lebar.

"Gue juga mikirnya gitu, tapi Nara kalau sama Kak Raffa aja kadang ngelawan," tambah Fely.

Seketika tawa Mila pecah. Mereka semua menatap Mila dengan tatapan aneh. Tak hanya mereka yang satu meja dengan Mila, tapi hampir semua murid yang ada di kantin juga melihat Mila dengan aneh.

"Kenapa sih, Mil?" Tanya Nara penasaran.

"Lo bilang kadang?" Mila menghentikan tawanya dan menunjuk Fely. Fely menganggukkan kepalanya bingung.

Tawa Mila kembali pecah setelah mendapat jawaban dari Fely. Mereka semua semakin dibuat bingung.

"Bukan kadang, tapi selalu. Nara tuh nggak pernah nggak ngelawan Kak Raffa," ucap Mila pada akhirnya dengan tawa yang mulai mereda.

"Nggak peduli! kalau pun gue kepilih juga gue nggak mau," kata Nara sambil memainkan ponselnya.

"Lah, kenapa nggak mau?" Tanya Felly penasaran.

"Semua orang pengen banget jadi pengurus OSIS biar sering dispen, jadi famous, apalagi ada most wanted boys Vilgold. Masa lo nggak mau?" Tasya tak kalah heran dengan Nara.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang