56

4.1K 158 23
                                    

"Tolongin gue! Gue nggak mau jadi tahanan!" Teriak Bela dengan tangisannya yang meraung-raung saat polisi membawanya pergi.

Dengan santainya Satya dan Yoga melambaikan tangan pada gadis itu. Seakan mengucapkan selamat menikmati kebahagiaan padanya. Kebahagiaan tidur di hotel rodeo maksudnya.

Kevin tersenyum lega. Akhirnya masalahnya telah selesai. Sekarang tinggal memikirkan bagaimana cara memperbaiki hubungannya dengan ketiga mantan sahabatnya.

"Raf, Sat, Ga," lirih Kevin. Ketiganya kompak menoleh. Menunggu Kevin melanjutkan kalimatnya.

"Gue minta maaf, selama ini gue nggak pernah sadar diri dan selalu gangguin kehidupan kalian. Gue cuma bisa nyalahin kalian," Kevin menunduk, tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Satya mendekati pria itu. Ia menepuk bahu Kevin beberapa kali. "Gue juga minta maaf udah nggak percaya sama lo. Ternyata lo malah berniat lindungi adik gue, meskipun niat awalnya jahat," Satya terkekeh.

"Gue kangen sama lo, Vin. Udah lama gue nggak nempel-nempel lo. Nggak ada yang bisa gue ajak bobrok selama ini karena mereka berdua tuh cuek banget, apalagi si Raffa," tanpa merasa malu Yoga memeluk Kevin erat.

Sudah lama Yoga tak merasakan pelukan ini. Jangankan pelukan, berdekatan dengan Kevin saja selama beberapa waktu ini tidak pernah ia rasakan. Jadi sekarang menurutnya ini adalah waktu yang paling tepat untuk membencah celengan hasratnya selama ini.

Dada Kevin terasa sesak akibat pelukan Yoga yang terlalu erat. Ia menepuk tangan Yoga beberapa kali agar Yoga melepaskan pelukannya.

"Gue sesek tau!" Kevin memegang dadanya yang naik turun.

"Hehehe, maaf. Gue kan terlalu seneng," Yoga memamerkan deretan gigi putihnya.

Kini Kevin terfokus pada Raffa yang sejak tadi diam. Ia melihat pria itu sedang melihat ke arahnya juga. Dengan sedikit ragu Kevin tersenyum pada pria dingin itu.

"Do you forgive me?" Tanya Kevin. Tangannya ia ulurkan pada Raffa.

Uluran tangan itu menganggur beberapa saat. Raffa menatap tangan Kevin, kemudian beralih menatap wajah pria itu dengan datar. Sepertinya tak ada harapan bagi Kevin untuk berdamai dengan Raffa.

Lama-lama tangan Kevin terasa keram. Lalu ia tarik lagi ukuran tangannya, toh Raffa juga tak berniat menjabat tangannya. Sampai Satya dan Yoga pun menatap mereka bingung, terlebih pada Raffa yang terlihat dingin.

Tapi tanpa disangka-sangka, saat tangan Kevin hampir terletak dengan sempurna di samping tubuhnya, Raffa menjabat uluran tangan Kevin. Membuat Kevin secara otomatis mengembangkan senyumnya.

"I should be the one apologizing, karena kemarin gue pukul lo habis-habisan," Raffa menarik kedua ujung sudut bibirnya.

Kevin terkekeh mendengar ucapan Raffa. Pasalnya semenjak ia kenal Raffa, pria itu terkenal dengan sifatnya yang sulit mengatakan ucapan maaf.

"Jadi kita udah balik jadi berempat lagi nih?" Tanya Yoga.

"Tanya bos-nya," Satya melirik ke arah Raffa. Membuat Yoga dan Kevin mengikutinya.

Raffa menaikkan sebelah alisnya. Pria itu sedikit tak nyaman dengan sebutan bos yang ditujukan padanya. "Bisa dibilang begitu."

"CIAHAHA!! AKHIRNYA KITA BALIK LAGI!!" Teriak Yoga dengan penuh semangat. Pria itu berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil. Bukan, tapi lebih terlihat seperti pasien rumah sakit jiwa yang lepas.

"Gue kira selama ini dia udah normal, ternyata enggak," tutur Kevin geli.

Mereka bertiga menggelengkan kepala melihat kelakuan Yoga. Pria itu tak henti-hentinya berteriak.  Ternyata kebahagiaan seorang Yoga itu tidak susah, hanya dengan perdamaian persahabatannya saja ia sudah sangat bahagia.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang