Nara segera turun saat mereka sampai di rumah Deva. Ia dan Deva berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Dilihatnya teman-teman sekelompoknya yang sedang serius mengerjakan tugas.
"Assalamualaikum," Nara mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.
Nara melangkah menuju sofa yang diduduki oleh Mila. Baru saja ia duduk Mila sudah mengomelinya.
"Dari mana aja lo berdua?" Tanya Mila tidak santai.
"Dari sekolah, lo kira dari mana?" Nara menautkan kedua alisnya.
"Lama banget, ngepel sekolah?" Sindir Mila gemas dengan sahabatnya itu.
"Tadi ada sedikit masalah," Deva ikut angkat suara.
Setelah itu mereka diam. Mereka percaya dengan ucapan Deva. Nara melihat Juna yang fokus mengetik di laptopnya.
"Udah sampai apa, Jun?" Tanya Nara sambil memungut kertas yang jatuh di samping Juna.
"Udah hampir setengah," jawab Juna dengan mata yang masih fokus pada layar laptop.
"Tugasnya udah dibagi belum?" Tanya Deva sambil membuka buku yang berisi materi tugas.
"Udah, santai aja," kata Tasya.
"Gue, Tasya, Mila dapet jatah nyari bahan di internet sama buku catatan. Lo sama Nara cari materi di buku yang tadi kalian pinjem di perpus. Juna jadi tukang ketik plus editor," jelas Fely panjang lebar.
"Jangan tukang juga dong nyebutnya," protes Juna dengan muka masam.
Mereka semua tertawa melihat kelakuan Juna. Setelah itu mereka fokus pada tugas masing-masing. Setiap anggota bertanggung jawab atas tugasnya dan diserahkan pada Juna.
-----
Setelah beberapa jam mengerjakan akhirnya selesai juga. Mereka bersender di sofa ruang tamu milik Deva. Suasana hening itu pecah saat ponsel Nara berbunyi.
Nara segera mengambil ponselnya yang ia taruh di atas meja. Ada panggilan masuk untuknya. Tertera nama "Kak Satya" di layar ponselnya. Dengan cepat Nara menggeser tombol hijau.
"Udah selesai belum? Ini udah malem," cerocos suara di seberang sana saat panggilan tersambung.
"Iya, ini udah selesai. Masih sore juga udah bawel," Nara memutar bola matanya jengah.
"LO BILANG SORE?! INI UDAH JAM SETENGAH 8 MALEM, RA!" Teriak Satya.
Nara meringis dan menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia melihat jam tangan yang bertengger di pergelangan tangan kirinya.
Ia terkejut saat melihat jam tangannya menunjukkan pukul setengah 8 malam. Padahal ia mulai kerja kelompok mulai jam 3, tandanya ia sudah menghabiskan waktu 4 jam 30 menit.
"NARA! Share loc, gue jemput sekarang!" Lagi-lagi suara Satya di seberang sana mengagetkan Nara.
"Nggak usah, gue pulang bareng Mila aja," tolak Nara. Ia yakin jika Satya menjemputnya pasti di sepanjang jalan ia akan mengomelinya.
"Nggak! Harus gue yang jemput, titik!" Ucap Satya tanpa bantahan.
Nara beranjak dari duduknya dan berjalan ke halaman depan rumah Deva. Teman-temannya memandang ia heran.
"Kenapa?" Tanya Juna sambil menunjuk Nara yang berjalan keluar.
"Entah," jawab Tasya sambil mengedikkan bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Jugendliteratur[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...