Raffa kembali bertepatan dengan Bela yang datang dari arah berlawanan. Dalam hatinya ia bertanya-tanya apa yang baru saja dilakukan gadis itu. Namun ia memilih memendamnya dan tak mempedulikannya. Ia tidak mau mengurusi urusan orang lain.
Pria itu kemudian mendekat ke tempat regu yang ia bimbing. Ia dapat mengetahui mereka sangat lelah dari gerakan mereka yang mulai melambat. Raffa melihat jam di pergelangan tangan kirinya dan merasa waktunya untuk mereka istirahat.
"Waktunya udah selesai, kalian boleh kembali ke tenda," ujarnya dengan gaya cool yang tak pernah hilang dari dirinya.
"Terimakasih, Kak," ucap mereka bersamaan.
Raffa mengangguk tanpa bersuara. Ia mengikuti mereka dari belakang. Raffa merasa seperti ada yang kurang. Ia kembali memperhatikan regu yang dibimbingnya, mengabaikan Bela yang berusaha menyejajarkan langkahnya.
Benar apa yang ia rasakan. Regu yang ia bimbing kurang satu anggota. Anggota yang kurang itu adalah anggota yang paling menonjol menurutnya.
"Pastikan anggota kalian lengkap sebelum kalian benar-benar meninggalkan tempat ini!"
Suara perintah dari Raffa berhasil menghentikan mereka semua. Bahkan Bela sedikit tersentak. Mila dan teman-temannya saling pandang satu sama lain.
"Anggota kalian kurang satu, kemana dia?" Tanya Raffa tegas.
Hening, tidak ada satu pun yang dapat menjawab. Seluruh anggota pun tak tahu kemana perginya Nara. Nara tidak pamit pada siapa pun jika ia akan pergi.
"Nggak ada yang tau?" Tanya Raffa lagi.
"Maaf, Kak. Nggak ada satu pun dari kita yang dipamiti Nara," ucap Mila hati-hati.
"Ck. Gimana bisa nggak ada yang tau?" Nada bicara Raffa terlihat lebih dingin. "Kalian nggak boleh balik ke tenda kalau anggota kalian belum lengkap!"
"Nggak papa lah Raf, kita balik ke tenda dulu," ucap bela was-was.
"Tapi benar Kak Raffa, mending kita tunggu Nara dulu dan balik ke tenda bersama," ujar Mila yang kurang setuju dengan pendapat Bela.
Semua mengangguk setuju kecuali Bela. Gadis itu terlihat resah. Otaknya kini harus bekerja lebih keras untuk mencari sebuah alasan. Tentunya alasan yang cukup masuk akal.
"Eh iya! Gue lupa, tadi Nara pamit ke toilet. Katanya perutnya sakit hehehe," ucap Bela tiba-tiba dengan diakhiri tawa yang terlihat garing.
Mereka semua diam, merasakan suasana yang aneh. Beda dengan Raffa, ia tidak merasa suasana aneh, namun sikap Bela lah yang terlihat aneh. Semenjak ia datang setelah rapat Bela terlihat seperti meresahkan sesuatu.
"Ya udah sekarang kalian boleh balik ke tenda," ucap Raffa pada akhirnya.
Mereka semua kembali mengangguk. Tak ingin membuang waktu lama dan segera kembali ke tenda. Begitu pula dengan Raffa yang segera pergi meninggalkan Bela. Ia sangat tidak nyaman bila ada gadis itu di dekatnya.
-----
Matahari perlahan tenggelam. Hari semakin petang namun tak ada tanda-tanda kemunculan Nara. Mila sebagai seorang sahabat merasa khawatir akan keadaan Nara. Mungkin tadi ia bisa tenang, namun tidak untuk sekarang.Berulang kali Mila dan anggota yang lain berkeliling area perkemahan untuk mencari sosok Nara. Barangkali gadis itu pergi ke tenda temannya. Namun hasilnya nihil, mereka tidak menemukannya. Mereka memutuskan untuk istirahat ke tenda terlebih dulu, kecuali Mila. Ia kini menghampiri tenda regu Fely dan Tasya.
"Kenapa, Mil?" Tanya Fely setelah menyadari kedatangan Mila.
"Gue cuma mau cari Nara. Kalian liat dia nggak?" Tanya Mila tanpa basa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...