Sinar mentari pagi menyelusup ke dalam kamar seorang gadis melalui celah-celah jendela. Kehangatannya semakin membuat gadis itu bersemangat menjalani aktivitas hari ini.
Gadis itu kini keluar dari kamarnya membawa sebuah koper dan tas kecil yang ia sampirkan di pundak. Ia menuruni tangga menuju ruang makan yang di sana sudah terdapat Satya lengkap dengan seragam sekolahnya.
"Lo mau kemah atau pindahan, Ra?" Tanya Satya saat melihat barang bawaan Nara.
Ya, hari ini adalah hari keberangkatan murid kelas sepuluh untuk kemah di puncak. Nara memilih membawa koper karena memang keperluan yang dibawanya cukup banyak.
"Kemah dong, makanya ayo cepetan berangkat!" Desak Nara pada kakaknya yang sedang asyik menikmati sandwich-nya.
Satya mengambil sandwich-nya yang masih tersisa. Mulutnya dipenuhi dengan sandwich. Pria itu bergegas keluar rumah. Nara menggelengkan kepala melihat kelakuan kakaknya itu.
Nara segera menyusul Satya yang sudah keluar. Ia memberikan kopernya pada Satya yang sedang membuka bagasi mobil. Pria itu menerima koper Nara dengan menggerutu.
"Perasaan gue dulu nggak seribet ini,"
"Cewek beda kali sama cowok. Kalau cowok mah celana dalem satu bisa dipakai buat tiga hari," balas Nara santai.
"Enak aja lo! Gue dengernya aja jijik," ucap Satya dengan bergidik ngeri.
Nara terkekeh melihat tingkah Satya. Matanya tak sengaja menemukan sebuah tas besar di dalam bagasi mobil Satya. Ia ingin menanyakannya pada Satya, namun pertanyaannya itu ia urungkan karena Satya sudah mengomelinya untuk segera masuk dan berangkat.
-----
Seluruh murid kelas sepuluh dikumpulkan di halaman sekolah. Mereka memperhatikan Pak Slamet yang sedang memberi pengarahan tentang pembagian bus yang akan mereka tumpangi nanti.
Setiap kelas akan berada di dalam satu bus agar mudah bagi para guru dan Bantara untuk mengabsen. Setelah sampai di lokasi kemah nanti mereka baru akan dikumpulkan per regu.
"Baiklah, sebelum kita berangkat ke lokasi perkemahan alangkah baiknya kita berdoa agar diberi keselamatan sampai tujuan. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing dimulai," perintah Pak Slamet.
Seluruh siswa menundukkan kepalanya, meminta perlindungan kepada-Nya. Setelah Pak Slamet mengakhiri doa mereka baru mendongakkan kepala.
"Silahkan masuk ke bus kelas kalian masing-masing. Ingat, jangan berebutan!" Peringat Pak Slamet.
Seluruh murid segera menuju bus masing-masing. Tak terkecuali Nara, Mila, Tasya, dan Fely yang dengan gembira masuk ke bus kelasnya. Nara duduk bersama Mila, sedangkan Fely duduk bersama Tasya di belakang Nara dan Mila.
Sepanjang perjalanan menuju perkemahan, bus kelas X MIPA 2 sangat ramai. Mereka bernyanyi bersama di dalam bus. Sesekali mereka tertawa karena candaan yang dilontarkan Rasya.
"Semut, semut apa yang nyakitin?" Rasya memberikan tebakan pada teman-temannya.
"Kesemutan!" Tebak Tasya.
Rasya menggelengkan kepalanya. Tasya mengerucutkan bibirnya saat mengetahui tebakannya salah. Semua siswa kelas X MIPA 2 pasrah setelah berulang kali menebak namun salah.
"Semutah itu kau melupakanku," ucap Rasya dengan bangganya.
Semua yang ada di dalam bus kompak menyorakinya. Menurut mereka tebakan yang diberikan Rasya sangat garing. Bu Dina menggelengkan kepala melihat kelakuan Rasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Fiksi Remaja[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...