CHAPTER 26

34.7K 2.3K 97
                                    

Di dunia ini kita tidak harus selalu berhasil,
tidak harus menjadi yang terbaik, dan tidak harus menjadi yang sempurna. Cukup menjadi diri sendiri dan menikmati segala prosesnya.

[[•••]]

ASLAN masuk ke dalam rumahnya dengan raut wajah marah, baru saja lelaki itu sampai di ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ASLAN masuk ke dalam rumahnya dengan raut wajah marah, baru saja lelaki itu sampai di ruang keluarga. Aslan langsung melempar ransel hitamnya ke ata sofa sembarangan.

Sedari tadi laki-laki itu tidak berhenti untuk medengkus kesal dan mengumpat. Aslan lalu duduk pada sofa lantas mengacak rambutnya dengan kesal. "Sialan."

"Kamu kenapa Aslan?"

Suara yang terdengar familiar membuat Aslan menoleh sejenak ke arah Anggi, Ibunya. Dia menggeleng kepala dan memijat pelipisnya.

"Ujiannya berjalan dengan lancar?" tanya Anggi seraya menggerakan kursi rodanya untuk mendekati putra semata wayangnya.

Bukan ujian yang kali ini membuat Aslan merasa stress. Tetapi Daisy, iya. Kedekatan
perempuan itu dengan Zaga, hampir setiap hari membuat dirinya terbakar api cemburu.

Walaupun di hadapan Daisy, Aslan bersikap baik-baik saja. Berbeda di balik itu semua, dia merasa hancur dan marah. Cinta bertepuk sebelah tangan adalah hal yang paling dia benci dari dulu. Selamanya begitu.

"Kamu lagi ada masalah? Kamu bisa cerita ke  Ibu," ujar Anggi yang berharap putranya itu bercerita. Anggi ingin mendengarkan.

"Bukan urusan Ibu," jawab Aslan dingin.

"Ibu tidak memaksa kamu untuk bercerita tapi jika kamu pendam sendirian, nanti akan menjadi penyakit. Enggak baik jika kamu memendam segala permasalahan itu sendiri, lebih baik kamu berbagi kepada Ibu. Ibu akan menjadi pendengar buat kamu."

Aslan tertawa sumbang, "Lalu kenapa Ibu memendam segala permasalah Ibu sendiri tanpa pernah berbagi kepada Aslan? Kenapa Ibu tidak pernah cerita, permasalahan apa yang sebenarnya terjadi di keluarga kita?"

Anggi bungkam, tidak mampu berkata apa-apa lagi.

"Aslan mau ke kamar buat nenangin diri sebelum nanti ada bimbel." Ujar Aslan lalu bangkit dari sofa dan menuju ke lantai dua.

Aslan sudah muak akan segalanya.

[[•••]]

SEDARI tadi Daisy membisu di dalam mobil sembari memandangi jendela. Veronica heran atas tindakan Daisy. Biasanya gadis itu akan banyak bercerita tentang kejadian di sekolah.

"Kamu kenapa diam? Tumben," komentar Veronica seraya fokus menyetir mobil.

Mendengar ucapan Veronica, Daisy lantas menggelengkan kepala. "Iya tan. Aku lagi enggak mood." Sahutnya.

KETUA GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang