KETUA GANGSTER

CHAPTER 11

Takdir tidak bisa ditebak apalagi diubah.

[[•••]]

ZAGA kini bersama kelima sahabatnya sedang berdiam diri di atas rooftop gedung tua samping sekolah seperti biasa.

Lelaki itu kini sibuk untuk latihan boxing dengan samsak berwarna hitam yang tampak sudah kusam dan pudar.

"Jadi cewek itu nembak lo? Haha, sumpah. Dia adalah cewek paling pemberani sebab tidak pernah takut sama lo, apalagi sampai nembak lo segala!" Daniel tertawa terbahak.

"Dicoba aja dulu, siapa tahu kalian cocok. Mungkin gadis itu memang takdir lo," kata Rafael sembari menghisap rokok elektroniknya.

"Gue gak butuh cewek!" tegas Zaga semakin memperkuat pukulannya pada samsak tinju tersebut.

"Kalau sudah jodoh, lo gak bisa apa-apa," Abimanyu ikut angkat suara.

"Sebagai cowok, lo harus beri kepastian. Jangan cuma beri harapan. Karena jika cewek dikasih harapan tapi dia gak dikasih kepastian itu sama sekali gak enak," nasihat Jefri.

"Gue gak pernah ngasih dia harapan! Tapi gue minta tolong sama kalian, agar gue bisa jauh dari tuh cewek."

"Kenapa? Bukan cuma dia doangkan yang ngedekatin lo seperti ini? Dulu waktu lo pertama kali sekolah di sini banyak kok cewek yang sering ngedekatin lo lebih dari tuh cewek.

"Tapi kenapa rasanya cewek ini, sampai lo pikirin segala agar cewek itu menjauh dari lo? Apakah lo ada sesuatu dengan cewek itu?" tebak Rafael.

Zaga tiba-tiba berhenti untuk memukul samsak hitam itu lalu menghembuskan napas berat dan membungkam.

"Cuma ada satu cara kalau lo emang mau jauhin itu cewek. Tapi gue gak bisa jamin kalau itu cewek akan menjauh atau justru dia semakin dekat. Tapi tidak ada salahnya mencoba."

"Apa?" tanya Zaga menengok ke arah Lylia yang berbicara.

Lylia terkekeh, "dengan ritual sakral menjadi kekasih ketua Black Devil." "Tapi tergantung sih, jika dia berhasil. Cewek itu berarti jadi milik lo, jika dia gagal. Dia menjauh dari lo deh. Bagaimana?"

Zaga diam. Lelaki itu mencoba untuk mencerna perkataan Lylia tersebut. Ritual menjadi kekasih Ketua Black Devil.

Mungkin ini adalah salah satu cara bagi Zaga. Dia ingin agar segera menjauh dari gadis itu.

Sebab perempuan itu hanya akan membuat luka yang telah dia kubur, terungkit kembali dan menyakitkan.

[[•••]]

BEL sekolah berdering, semua murid yang berada di dalam kelas segera mempersiapkan diri untuk pulang ke rumah.

Daisy menghela napas berat menatap canggung ke arah Aslan. Lelaki itu sekarang tersenyum kepadanya, seolah masalah yang dia hadapi telah lenyap begitu saja.