Tak habis pikir, Arkan sangat aneh dengan sikap Kanania tadi. Tak seperti biasanya Kanania gugup. Tepatnya setelah Arkan memberi tahunya tentang pelantikan di Gunung Puntang, Jawa Barat.
"Apa dia enggak berani ke gunung?"
"Tapi kan waktu pengesahan kepemimpinan juga di Gunung."
Arkan mengingat kembali tepatnya kapan Kanania mulai terlihat aneh.
"Setelah gue bilang pas musim hujan, ah iya bener."
"Apaan juga gua mikirin dia. Dia kudu ikut pokoknya," kata Arkan lalu memejamkan matanya segera berjalan menuju mimpi.
Di tempat lain, Kanania merasa tidak nyaman. Ia tak bisa tidur dan badannya serasa sakit semua. Ia bangun dan menatap langit langit.
Rasa dingin menusuk sekujur tubuhnya. Lehernya serasa dicekik dan kepalanya seperti disiram air es dari kutub sana. Matanya memejam, tangannya mencengkram sprai sekuat kuatnya. Sekujur tubuhnya basah keringat dingin
Kau melakukannya
Kau melakukannya
Kau melakukannya
Suara suara itu terngiang di pendengaran Kanania.
Kau pembunuh
Kau pembunuh
"Tidak aku bukan pembunuh. Bukan aku," nafas Kanania tersengal.
"Aku tidak membunuhnya. AKU TIDAK MELAKUKANNYAA!" Kanania berteriak sangat kencang.
Kenan masuk kedalam kamar kakaknya. Ia mencoba menyadarkan kembali kembarannya itu.
"Heh, Kak. Sadar hey. Istighfar Kak!" Kenan menepuk nepuk pipi Kanania.
Runi juga masuk kedalam kamar Kanania. Ia panik, trauma Kanania kambuh lagi. Ini sangat jarang terjadi, karena ini terjadi bila musim penghujan tiba.
"Panggil dokter, De." Kata Runi dan Kenan segera berlari ke bawah.
"Aku bukan pelakunya. Aku tidak melakukannya." Kanania semakin histeris.
Dokter Dimas sudah datang. Ia segera membius Kanania agar Kanania tidak melakukan hal hal aneh. Runi merapal do'a agar Kanania tidak apa apa. Kenan sangat khawatir dengan Kanania.
"Dok, ada tambahan obat lagi?" Tanya Runi setelah Kanania tenang.
"Yang kemarin kemarin, masih ada tidak?"
Runi membuka nakas Kanania. Ada banyak sekali obat yang tidak dibuka sama sekali, masih seperti baru.
"Sepertinya anak ibu tidak meminumnya," jelas Dokter Dimas yang merupakan dokter pribadi keluarga Gurfa.
"Haduh dia ini," Kenan berdecak.
"Usahakan Kanania jangan mengingat traumanya, jangan kecapean, jangan kebanyakan pikiran juga," urai Sang Dokter.
"Baik, Dok. Maaf merepotkan malam malam begini," kata Runi.
"Iya tidak apa apa. Ini sudah tugas saya selalu ada kapan saja," setelah mengatakan itu Dokter Dimas pamit pulang.
*****
Kanania merasa sangat lemas saat bangun pagi hari ini. Kenan sudah rapi dan menatapnya dari ambang pintu kamar Kanania.
"Apa liat liat?"
"Bebas dong hak gue," kata Kenan. "Mandi sana abis itu makan, terus minum obat," sambungnya lagi.
"Obat apa?"
"Jangan ngeles. Minum obatnya biar lo enggak depresi," kata Kenan lagi.
"Emang gue orang gila apa?" Semprot Kanania.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ombrophobia Girl [✓]
Teen Fiction7 April 2020 - 22 Agustus 2020.✨ Cerita ke-2 setelah 'The Last Hope.' <><><><> Tidak ada yang mau memiliki kekurangan. Bahkan memiliki phobia terhadap sesuatu tidak ada yang mau. Semua orang ingin hidup normal seperti hal nya manusia biasa. Kanania...