Yang malam minggunya sunyi sepi, sini aku temenin. Takutnya si dia lagi ngambek, lagi sibuk, atau emang enggak ada dia, tenang aja, aku temenin disini ya. Arkan juga lagi ngilang hahaha. Skuy baca brou!
*****
Arkan masih belum tidur. Padahal, waktu telah menunjukan pukul satu dini hari. Rasa kantuk seperti lenyap begitu saja. Pikirannya terus mengingat wanita tadi.
Sudah ia alihkan dengan bermain game, tapi tetap saja itu bukan keahliannya. Tidak seperti Bobby dan Zaki yang mudah tenang dengan bermain game.
Arkan juga bisa bermain game seperti Mobile Legends, Free Fire, dan PUBG. Tapi ia hanya memainkannya sesekali saja. Dengan mendengarkan musik malah makin membuat dirinya teringat dengan wanita itu.
Kejadiannya awalmya sekitar lima tahun lalu, saat Arkan duduk di bangku SMP kelas satu. Ia melihat seorang gadis yang tertunduk tak berani menatap sekeliling saat Upacara Apel MPLS akan segera di mulai.
Tak ada yang menemani gadis itu. Arkan menjadi kasihan melihat gadis itu dan mendekatinya. Ternyata, alasan gadis itu tidak memiliki teman adalah penyakit kulit yang di deritanya. Memang tidak menular hanya saja terlihat menjijikan bagi semua orang.
"Kamu kenapa sendirian?" tanya Arkan tanpa merasa jijik sedikitpun.
Gadis itu hanya menggeleng kecil. Juga tak berani menatap Arkan. Poni yang dibiarkan menutupi separuh wajahnya yang terkena penyakit itupun sedikit bergerak saat ia menggelengkan kepalanya.
"Kenalin, aku Arkan," katanya seraya menjulurkan tangan kepada gadis itu.
Akhirnya gadis itu menatap Arkan. Cantik sekali. Ia menerima jabatan tangan dari Arkan, "Leya," katanya. "Kamu gak malu deket-deket sama aku?"
"Kenapa harus malu. Ayo upacara mau di mulai."
Begitulah kisah pertemuan Arkan dengan Leya. Singkat cerita, mereka menjadi sepasang teman. Arkan mengajak teman-teman yang lainnya untuk mengenal Leya.
Seiring berjalannya waktu, keadaan Leya semakin membaik. Poni panjang tak lagi menutupi wajahnya. Kecantikannya tergambar jelas disana. Semakin banyak orang yang mengenal Leya. Hingga, kedekatan Arkan dan Leya selama ini menumbuhkan rasa yang berbeda.
Akhirnya, Arkan mengutarakan perasaannya dan dengan senang hati, Leya menerimanya.
Dua tahun lebih beberapa bulan hubungan mereka, Leya menghilang begitu saja. Kabarnya, ia berpindah ke kota lain karena suatu hal. Nomor dan media sosial lain milik Leya tidak terjangkau oleh Arkan. Dan dengan pahit Arkan menerima kenyataan kalau Leya sudah hilang dari radarnya.
Masa SMA ia kembali di temani Lisa dan menjalin hubungan dengannya. Lalu kejadian itu menimpa Arkan dan ia di pertemukan dengan Kanania, yang sebenarnya juga terlibat dalam kejadian itu.
"Ribet banget sih ini," gerutu Arkan dan lebih memilih mencoba tidur.
*****
Kanania menunggu Irene di SS Caffe. Itu hanya singkatan dari Shooting Stars Caffe. Tadi pagi cuaca lumayan mendung, hanya sekarang matahari tersenyum cerah.
"Kanania?"
Suara itu mengalihkan pandangan Kanania.
"Irene?"
Mereke berteriak bahagia dan berpelukan. Tergambar jelas kegembiraan di wajah mereka.
"Akhirnya kita ketemu juga," ujar Irene antusias.
"Duduk dulu." Mereka akhirnya duduk dan memesan makan dan minuman. "Gak nyangka ya, satu tahun ini kita cuma ngobrol di telepon doang."
"Iya, kamu juga tinggi banget ternyata," kata Irene.
"Ah enggak biasa aja kali, Ren."
"Eh, kamu udah punya pacar?" tanya Irene.
Obrolan mereka tertahan karena pesanan mereka datang. "Terima kasih," kata Kanania dan Irene bersamaan.
"Aku enggak punya pacar, gak di kasih kepastian," Kanania tertawa hambar.
"Cowok emang gitu ya. Sukanya jadiin kita sebagai wanita itu teman di dikala bosan."
"Arkan banget sih heem," batin Kanania. "Iya kali."
"Eh Ni, doi aku masih tinggal disini enggak ya?" tanya Irene lagi.
"Gak tau juga doi kamu siapa."
Setelah segala hal mereka obrolkan, akhirnya Kanania harus pulang dan ternyata, Kenan tertidur kata Runi.
Kanania bingung, karena Irene juga memesan Ojek Online. Kanania teringat Arkan. Ia akan memanfaatkannya.
"Pulang sama siapa?" tanya Irene.
"Sama dia. Anjay," Kanania tertawa. "Aku telfon dulu."
Kanania mengeluarkan handphonenya.
"Jemput gue dong," pinta Kanania.
"..."
"Eh iya, assalamualaikum. Jemput gue dong."
"..."
"Di SS."
"..."
"Iya nanti di temenin. Buruan!"
Kanania mematikan sambungan telfon dan Irena tertawa melihatnya.
"Kenapa ketawa?"
"Harmonis banget kalian itu, lucu liatnya. Pacaran?"
"Dia gak kunjung kasih kejelasan," ujar Kanania lirih.
"Sad girl. Siapa namanya?"
Kanania sejenak diam, "Arkan."
"Arkan?" tanya Irene. Wajahnya sedikit kaget untuk beberapa waktu dan kembali biasa. "Ah jadi penasaran," katanya.
"Yaudah tungguin aja."
Tiba-tiba sebuah motor dan pengemudinya berhenti lalu membuka helmnya. "Mbak Irene?"
Itu Ojek Online pesanan Irene.
"Yah, lain kali aja ngeliat doi kamu ya, Ni. Aku pamit pulang, nanti kita ketemu lagi."
"Okey!"
Irene pergi dan Arkan muncul dengan motornya.
"Sesuai aplikasi, Mbak?"
"Becanda mulu."
"Tadi ketemuan sama siapa?"
"Irene," jawab Kanania datar. "Beli Xiboba dimana?"
"Dimana aja,nih pake motornya," kata Arkan.
Kanania melotot kaget, "motornya?"
"Eh, helmnya."
Mereka akhirnya pergi dari sana. Menuju penjual Xiboba seperti yang Arkan minta. "Gue jemput lo tapi lo anter gue cari Xiboba."
Meski Arkan sebenarnya hanya modus untuk bisa berlama-lama dengan Kanania.
*****
Sabtu, 13 Juni 2020.
Malam minggu tanpa dia, mending aku nulis ini sih hahaha. Duh dia canda dia.
Aku ini keenakan sendiri jadi heem malam minggu kek gak berkesan apa-apa anjay. Aduh, nunggu dia aja. Canda.
Irene itu cantik banget, nanti aku kasih liat ya. Leya juga sama cantiknya. Sekalian aja nanti aku kasih taunya okay, enggak sekarang.
Dah ah hahah
See you next part❤
Luv u all!
-Thank you!:)

KAMU SEDANG MEMBACA
My Ombrophobia Girl [✓]
Novela Juvenil7 April 2020 - 22 Agustus 2020.✨ Cerita ke-2 setelah 'The Last Hope.' <><><><> Tidak ada yang mau memiliki kekurangan. Bahkan memiliki phobia terhadap sesuatu tidak ada yang mau. Semua orang ingin hidup normal seperti hal nya manusia biasa. Kanania...