5. Menjenguk Kanania

286 38 7
                                    

Seperti biasa, ini akan menemani malam minggu kalian, in syaa Allah😊

Ayo mari lanjut!

*****

Kau tau?
Rasa bahagia muncul secara tiba tiba. Nyaman saja berada dalam posisi ini. Ya, saat posisi dimana hanya aku dan kamu yang tertawa.

=÷=÷=÷=

Arkan mampir ke toko buah langganannya. Tentunya membeli buah untuk Kanania. Entahlah, Arkan juga tak mengerti kenapa ia khawatir sekali pada Kanania. Ya mungkin karena Kanania itu wakilnya selama ini. Mungkin.

Arkan telah selesai membayar dan segera melajukan motornya menuju rumah Kanania.

Dan ada hal yang selama ini Arkan simpan sendiri. Tak ada yang tahu termasuk kakak dan ibunya. Ia benar benar menyimpannya sendiri dan ia berjanji, suatu saat jika waktunya sudah tepat pasti ia buka semuanya. Tidak sekarang.

Akhirnya ia sampai di Rumah Kanania. Kebetulan sekali, Kanania keluar dari rumah dan menatap ke arahnya. Tanpa di minta, Kanania mendekat ke arah Arkan.

"Bukain dong gerbangnya," pinta Arkan kepada Kanania.

"Dih, kenapa lo kesini?" Tanya Kanania, "kangen?"

"Ada beberapa hal yang harus di bicarakan, Mba."

Kanania tertawa, "iya iya gue becanda. Sini masuk." Ia membuka kan gerbang tinggi itu. Seperti biasa, Arkan mengekori Kanania.

Wanita itu mengenakan hoodie over size dan celana jeans selutut berwarna navy. Rambutnya dicepol asal asalan dan banyak sekali anak rambut yang tak terikat.

"Cantik juga," batin Arkan.

Kanania membawakan air mineral cup, "adanya ini aja."

"Gapapa, oh iya ini buah buat anak dugong sakit. Sama ini baju udah nyokap cuciin."

"Ihh so sweet banget sih lo Bapak Ketu. Ngerepotin banget gue. Thanks ya," kata Kanania menerima kantung berisi buah dan baju itu.

"Gitu banget lo ah gue jadi berasa tersanjung. Oh iya tadi di sekolah gue ngobrol sama bu Laila," ucap Arkan.

"Ngobrolin apa? Lo ada kasus lagi?"

"Enggak. Dia mau nyumbang dana buat pelantikan."

"Emang Pak Bambang bakalan setuju?" Tanya Kanania.

"Kata Bu Laila sih Pak Bambang setuju. Makannya dia nanya gue karena di suruh Pak Bambang," tutur Arkan lalu meminum air yang Kanania beri.

Kanania mengangguk angguk. "Ambil aja, lumayan."

Arkan tertawa lalu mengeluarkan handphone-nya. Ia menunjukkan sesuatu pada Kanania.

"Jadi gitu model baju pelantikannya?" Tanya Kanania antusias, "bagus banget."

"Bagus lah, gue yang rancang. Oh iya, kata Pak Bambang juga kita bakalan dapet sesuatu dari dia kalo pelantikan lancar. Gue juga gak tau itu apa," cerocos Arkan.

Kanania tak menjawab, ia sibuk memperhatikan Arkan. Baru kali ini ia merasa sangat nyaman dekat dengan lelaki atasannya itu.

Ia menepis segala pemikiran yang berkeliaran tak tentu arah. Apalagi jika sampai di hati, oh tidak tidak. Ia tak mau hal hal yang aneh terjadi. Apalagi ini, kepada Arkan. Ketua Osis petakilan yang Kanania tak menyangka akan sedekat ini.

Arkan tanpa malu rebahan diatas sofa. Kanania memaklumi jika dengannya Arkan memang tak ada urat malunya. Tapi jika Runi ada, Arkan akan diam tak bersuara. Untung saja, Runi pulang malam hari ini. Kanania juga bosan di rumah seharian, ia tak membiarkan Arkan pulang jika Arkan yang tak meminta pulang.

My Ombrophobia Girl [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang