Arkan membuka matanya, hanya ada langit-langit putih. Dimana dia? Kenapa bisa berada disini? Bukan kah langit-langit kamarnya berwarna biru?
"Dok anak saya sudah sadar," ujar Sari panik.
Ada seorang dokter dan seorang perawat memeriksa keadaan dirinya.
"Anak ibu sudah sangat baik, saya permisi," ujar Sang Dokter lalu pergi dari sana.
Sari menangis dan memegangi tangan Arkan, "syukurlah akhirnya kamu sadar," pekik Sari seraya menangis.
"Aku kenapa, Ma?"
"Kamu kecelakaan, sempet koma. Tiga bulan," ujar Sari.
Tunggu, apa? Tiga bulan?
Dia tidak sendirian, terakhir kali memeluk seorang gadis, dia Kanania.
"Ma, Kanania? Kanania mana? Dia gak kenapa-napa kan?"
Sari diam, menatap Arkan. Menangis lagi dan mengelus lengan Arkan.
"Dia kabarnya mengalami luka parah. Dia dibawa ke New York, pengobatan khusus katanya. Sempet di bawa ke Rumah Sakit Jakarta, mereka enggak sanggup. Yang kena duluan sama mobilnya kan dia," jelas Sari.
"Mama udah kabari dia?"
"Sejak dua bulan lalu, kita, lost contact."
Arkan berasa, seperti, seperti kehilangan separuh hidupnya. Padahal, Kanania sudah mengatakan perasaannya. Dia juga mencintai Arkan, bukan? Arkan ingat betul sebelum mobil itu menabrak mereka.
"Kamu dapet beasiswa kuliah di Yogyakarta, kalau kamu mau, nanti Mama yang atur," jelas Sari.
Arkan hanya mengangguk, memikirkan bagaimana kabar Kanania sekarang. Ya, ada Kenan.
"HP aku mana, Ma?"
"Di rumah."
"Aku mau pulang sekarang, Ma. Aku udah gapapa," ujar Arkan.
Sari nampak berpikir, lalu mengangguk. "Iya nanti sore. Haikal lagi keluar beli makanan, kamu istirahat dulu aja sekarang."
Arkan mengangguk lalu kembali teringat Kanania. Apa dia baik-baik saja? Semoga iya, dia baik-baik saja.
Akhirnya, yang ditunggu Arkan telah tiba. Mereka pulang dari rumah sakit ini. Haikal juga nampak lebih tua. Sepertinya, karena sudah lama tak bertatap muka.
Haikal membawakan handphone Arkan. Arkan memang tak sabaran. Batrai handphonenya tersisa setengahnya. Terbilang awet.
Tangannya menggulir halaman itu. Mencari nama Kenan.
"Ada!"
Arkan mencoba menelponnya dan..
"Maaf, nomor yang anda tuju, tidak terdaftar."
Berarti dirinya tidak bisa menghubungi Kanania? Apa Tuhan memang menjatuhkan takdir bahwasanya Arkan dan Kanania tidak bisa bersama?
Arkan, menangis.
"Aku mau kita cari Kanania, Ma!"
"Lo gila? Dia jauh di negeri orang, Dek."
"Iya, betul kata Kakak kamu," lerai Sari mulai khawatir.
"Tapi aku perlu tau kondisi dia sekarang kayak gimana," tukas Arkan dengan tegas.
"Dek, mungkin kalian emang enggak jodoh."
"Seenggaknya kasih gue kesempatan ketemu dia, Bang!"
Haikal maupun Sari tak lagi meladeni Arkan. Arkan tengah dipeluk emosi. Mendiamkannya lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ombrophobia Girl [✓]
Teen Fiction7 April 2020 - 22 Agustus 2020.✨ Cerita ke-2 setelah 'The Last Hope.' <><><><> Tidak ada yang mau memiliki kekurangan. Bahkan memiliki phobia terhadap sesuatu tidak ada yang mau. Semua orang ingin hidup normal seperti hal nya manusia biasa. Kanania...