19. Salah Paham

137 19 7
                                    

Arkan menatap keluar jendelanya. Mengenang semua kenangannya bersama Kanania. Bagaimana gadis itu mulai bisa menerimanya, bagaimana gadis itu berbicara kepadanya, bagaimana gadis itu bermanja dengannya. Dan semuanya.

Ia menghancurkan semuanya. Ia berniat menyembuhkan lukanya ternyata ia sendiri yang akan menambah lebam di hatinya.

"Tapi pa, gapapa emang?"

"Enggak sayang gak akan kenapa napa. Papa sama kamu disini." Weda memegang pundak anaknya.

Anak lelaki itu langsung tancap gas tanpa kira kira. Melaju dengan kecepatan penuh dan Weda hanya diam.

"Pa, ini gak akan kenapa napa?"

"Enggak. Disini kan jalanan nya kosong."

Dengan kebetulan seorang laki laki seumuran Weda menyebrang dengan tangan mengisyaratkan agar pelan pelan. Tapi apa daya, yang mengemudikan mobil baru belajar.

Arkan kaget dan bukan menginjak rem. Ia malah menginjak gas hingga lelaki tua itu terbentur mobil miliknya dan terpental cukup jauh.

Weda kaget bukan main, apalagi Arkan. Seluruh tubuhnya menegang hebat. Weda turun mengecek kondisi lelaki yang ia tabrak.

"Fatah!" Pekiknya.

Tangannya memegangi nadi di lehernya. Tak ada degupan apa apa. Tangannya berpindah ke hidung Fatah. Tak ada hembusan udara. Weda semakin takut. Fatah adalah orang terpandang disini.

Ia segera berlari menuju mobil dan meminta Arkan duduk di kursi pengemudi. Weda yang mengemudikannya, meninggalkan jasad Tuan Fatah tergeletak disana.

"Pah! Kita bunuh orang tadi?"

"Bukan kita, tapi kamu."

Arkan benar benar dipojokkan orang tuanya sendiri.

"Tapi papa yang bilang enggak apa apa. Papa juga enggak bilang berhenti kan."

"Jadi kamu nyalahin papa?"

Arkan benar benar kecewa dengan orang di sampingnya. Bagaimana bisa orang tua ini tidak bertanggung jawab?

Setelah kejadian itu, Weda menceraikan Sari. Meninggalkan Haikal dan Arkan. Hingga barang bukti terkumpul karena adanya kamera CCTV dan Arkan dipenjara selama 6 bulan. Awalnya pihak keluarga meminta dirinya di hukum mati saja. Namun, anak perempuannya meminta waktu 6 bulan saja.

"Dia masih seumuran saya kan? Dia juga berhak memperbaiki hidupnya."

Kanania menyelamatkannya ternyata. Arkan tak berani menampakan diri di hadapan keluarga korban.

Setelah selesai masa hukumannya, Arkan tumbuh menjadi seseorang yang hampir tak berperasaan. Menjadi berandal sekolah. Dan menjadi ketua geng sekolah yang paling di takuti.

Kabar di penjaranya Arkan juga menyebar di sekolahnya saat ia duduk di kelas 10. Alisa sahabatnya yang saat itu yang menjadi kekasihnya, malah meninggalkan Arkan. Alasannya karena malu.

Itulah kenapa Arkan tidak menyukai Lisa sekarang ini.

Orang tuanya meminta Arkan menjadi ketua Osis saja karena pada saat itu, Arkan adalah pengurus osis juga.

Sampai ia bertemu Kanania dan jatuh padanya. Ia berubah menjadi lebih baik dan terus lebih baik. Tapi kali ini semua hanya angan angan saja. Ia menghancurkan semuanya.

*****

"Dah. Makasih ya, Len." Kanania menyerahkan helm-nya kepada Valen.

"Dadah, sama sama. Lo kan sahabat gue, Na."

Kanania terkikik geli. "Yaudah gue duluan, ya. Jangan kebut kebutan awas!"

"Enggak lah. Itu kebiasaan gue zaman dulu. Sekarang gue udah insaf."

"Yaudah alhamdulillah."

Kanania masuk dan berjalan menuju rumahnya. Valen menatap Kanania yang menutup pintu rumah besar itu.

"Gue gak akan biarin lo tau siapa gue sebenernya." Valen tertawa pelan sedikit menyeringai. Akhirnya ia melajukan motornya meninggalkan rumah Kanania.

Malam ini, Arkan tak bisa tidur. Matanya seolah ingin selalu membuka matanya. Menampakan bayangan bayangan saat ia menabrak ayah Kanania.

Ia ingat betul bagaimana suara lembut Kanania meminta keringanan hukuman dan untung saja diizinkan.

Arkan menatap foto gadis itu. Ia menangis. Benar sekali, Arkan menangis lalu bangkit dari tidurnya. Menepis kasar air mata yang keluar dari matanya. Ini benar benar penyesalan terbesar.

Ingin rasanya ia pergi saja, jauh dari sini. Tapi itu berarti dirinya tidak ada bedanya dengan ayahnya. Sama sama tidak bertanggung jawab. Lagi pula, sebentar lagi ia akan segera lulus dari sekolahnya.

"Besok pagi, gue dateng ke rumah Nia. Jelasin semuanya."

*****

Kanania berlari mengejar lelaki yang selama ini ia rindukan tawanya, ia rindukan celotehan tak jelasnya. Semuanya. Ia anggap dirinya sebagai lelakinya. Dan lelakinya telah salah paham.

Ia berlari terpogoh pogoh mengejar Arkan yang menaiki sepeda motor. Teriakan Kanania sama sekali tak dihiraukan Arkan.

"Gue terlambat," pekiknya.

Arkan semakin cepat melajukan motornya. Tak peduli Kanania masih mengejar atau tidak. Ia tak peduli, ia benar benar terlambat.

Kanania yang kelelehan akhirnya menyerah. Menatap punggung Arkan yang kian menjauh dan akan segera menghilang dari pandangannya. Arkan telah salah paham. Tapi Arkan tak mudah di jinak-an kembali dalam waktu yang sebentar.

Butuh waktu.

Kanania akhirnya pulang dengan perasaan yang tak dapat ia artikan. Kecewa sekali, sedih sekali, dan perasaan tidak enak lainnya dengan tambahan, sekali.

*****

Minggu, 24 Mei 2020.

Mohon maaf lahir batin🙏❤

Aku lagi gamau banyak cakap-cakap ehe.

See u next part!

Luv u all!

-Thank you!:)

My Ombrophobia Girl [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang