Malam minggu brou! Pada jomblo kan? Hiya-hiya nyenyenye.
FYI: ARKAN ADA DI BANDUNG BROU!!
Hippi Riiding!✨
*****
"Hai," sapa Arkan.
"Hai," balas Kanania lalu masuk ke dalam mobil Arkan.
"Hai, Bang," Sapa Kanania sok akrab pada Haikal.
"Hallo, Kanania. Apa kabar?"
"Baik, ini aja di kepala," jawab kanania.
"Mari, Pak, jalan sekarang," kata Arkan bak seorang majikan kepada supirnya.
"Monggo, nduk," kata Haikal pasrah.
Kanania terkekeh dengan kelakuan Haikal dan Arkan.
"Eh iya, lo tau engga yang namanya Haldi itu yang mana?"
Arkan menoleh, "enggak tuh. Kenapa emang?"
Kanania belum mau membahas ini. Sedang tidak ada mood untuk membahas ini. "Enggak."
Arkan paham dan memilih untuk diam. Menetralkan jantungnya yang berdetak tak karuan. Biasanya tidak pernah seperti ini. Arkan grogi.
"Kemarin kenapa bisa di kejar-kejar orang?" Tanya Haikal memecah hening di dalam mobil.
"Aku juga enggak tau, Arkan deh yang kena imbas gara-gara aku, Bang," jawab Kanania menatap Arkan yang juga menatapnya.
"Bukan salah lo. Udah jadi tanggung jawab gue jagain lo. Nebus kesalahan gue, sama bokap lo."
Kanania mengangguk dan tersenyum haru. Haikal? dia mencoba menahan uwwuphobianya kambuh.
*****
"Hati-hati. Nanti kejedot tiang bendera," ujar Haikal lalu tertawa.
"Iya-iya nanti mah bakalan hati-hati."
"Yaudah nanti waktu pulang kabari gue aja, De."
"Wokey. Ayo, Ya."
Haikal pergi, Arkan dan Kanania masuk melewati gerbang.Disapa hangat oleh, Pak Ajo. Dapat tatapan dengan segala perasaan dari orang-orang. Kanania risih sedangkan merasa dirinya paling tampan. Bahkan sedang mengenakan perban dan gips saja tingkat percaya dirinya tak pernah luntur.
Kanania menatap Arkan yang sedari tadi berjalan dengan lagak sombong. "Mantan Ketua Osis kok gitu?"
"Gua ganteng."
"Diliatin bukan gara-gara ganteng. Ini kita dateng kayak mau drama aja pake-pake perban di kepala. Lo lagi di gips tu tangan."
"Suruh buka aja nanti keliat lukanya. Luka hati mah enggak ada," ceplos Arkan.
Masih pagi Kanania sudah dibuat jengah dengan kelakuan Arkan. Tapi tetap saja, ia yang membantunya dalam hal apapun.
Tiba-tiba pandangan Arkan menajam dan rahangnya menggertak. Entah apa yang dia lihat tapi Kanania sangat hafal perubahan ekspresi Arkan yang seperti itu.
"Liat apa?"
Arkan menoleh dan menetralkan kembali ekspresi wajahnya. Ia tersenyum, "gapapa."
"Jangan bohong. Lo gak pandai bohong," kata Kanania menarik sedikit kerah baju Arkan.
"Lo tau gak dia siapa?" tanya Arkan sedikit menunjuk laki-laki yang sedang berada di pojok kantin. Sendirian.
"Enggak," jawab Kanania ya memang dia tak tahu. "Siapa emang?"
Arkan menatap Kanania, "begonya enggak ilang pas nabrak. Kalo gue tau gak akan nanya kali, Ya."
Yang di maksud malah cekikikan dan berjalan riang seperti tak ada beban. Arkan jadi penasaran kenapa Valen tak selalu mengunjungi Kanania, yang biasanya setiap hari pasti Valen tak pernah jauh-jauh dari Kanania.
"Arkan gue tinggal nih!"
Arkan tersadar dari pikirannya, "ah iya-iya. Lo sih kecepetan jalannya."
"Lo aja yang banyak ngelamun. Dasar!"
Arkan menarik bagian belakang tas yang Kanania kenakan sehingga ia berjalan mundur. Akan lama meladeni mulut Kanania.
Dan itu justru membuat siswa dan siswi lain melihat mereka dangan kagum dan sebagian lagi dengan rasa iri dengki mereka. Terserah, biarkan saja.
"Berasa makin ganteng gue kalo di perban-perban gini," bisik Arkan pada Kanania.
"Makin keliatan susah," kata Kanania tanpa sadar menyenggol lengan Arkan yang di gips.
"Aw, anj*** sakit, Nia!"
Kanania kaget. Dibentak, tapi ia tau ini salahnya dan Arkan refleks seperti itu.
Kanania malah cengengesan dan mengelus tangan Arkan, "maafin aku ya," katanya memelas.
"Iya sayang."
Kanania menatap Arkan dengaan tatapan sengit dan mengancam. Arkan malah terkikik geli melihat pipi Kanania yang memerah padam.
"Itu pipi apa cabe? Merah bener," goda Arkan.
"WOY!" Teriak Bobby dari ambang pintu. "Pacaran mulu," katanya lagi.
Dan seketika Zaki juga Yara ikut heboh berdesakan di ambang pintu.
"Waw, Bob, tinggal kita berdua nih yang ngejomblo," kata Zaki yang masih berebut pintu keluar dengan Yara.
"Ih Zaki, Bobby minggir!" Tubuh mungil Yara berhasil keluar. "Gue di tinggalin nih?"
"Astaghfirullah, kalian apa-apaan sih. Kita cuma jalan barengan doang dikira pacaran!" Sarkas Kanania.
Arkan, Bobby, Zaki dan Yara malah tertawa melihat pipi Kanania yang lagi-lagi bersemu merah.
"Lagi pada kumpul nih?" Kenan muncul dengan menenteng segelas teh panas.
"Dapet darimana ntu teh?" tanya Zaki.
"Minta ke ibu kantin," jawab Kenan enteng. "Kak, pulang nanti sama gue ya, temenin cari kado buat doi."
"Adek enggak ada akhlak," ucap Yara diikuti tawa Arkan dan teman-temannya.
"Eh gini-gini juga sayang."
Mereke semua tergelak.
"Ah seru juga nih kumpul kek gini. Besok dateng ke rumah gue mau gak lo pada?" tanya Kenan.
"Boleh!"
"Gue ajak Pinkan gapapa?"
Semua diam, dan akhirnya mengangguk mengiyakan.
Semua setuju dan besok mereka semua akan bermain di rumah Kenan, rumah Kanania juga. Kanania tak sabar untuk besok.
*****
Sabtu, 20 Juni 2020
Malam minggu kan biasanya juga update ya kan? xoxoxo
Mendekati epilog lho ini hahahaha.
See u next part gusy!❤
Luv u all!
-Thank you!:)
![](https://img.wattpad.com/cover/218397745-288-k56358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ombrophobia Girl [✓]
Novela Juvenil7 April 2020 - 22 Agustus 2020.✨ Cerita ke-2 setelah 'The Last Hope.' <><><><> Tidak ada yang mau memiliki kekurangan. Bahkan memiliki phobia terhadap sesuatu tidak ada yang mau. Semua orang ingin hidup normal seperti hal nya manusia biasa. Kanania...