Arkan tengah mengotak-ngatik handphone yang ia temukan di lokasi kejadian Kanania di culik hari itu.
"Masih bagus HP gue," ucap Arkan dengan bangga.
Ia penasaran dengan handphone ini tapi ia juga sedang malas mencari tau siapa yang menculik Kanania. Masalahnya, Lisa waktu itu bersama lelaki yang tak ia ketahui siapa identitasnya membawa-bawa nama Kanania.
Ditambah kehadiran Leya membuat dirinya lupa akan apa-apa yang akan ia lakukan. Juga kejadian nabrak penyangga gedung yang hampir meregang nyawanya juga Kanania, dan menjadi perbincangan hangat SMA Bina Karya.
"De, ada Bobby sama Zaki!" Teriak Sari dari bawah.
"Suruh kesini."
Terdengar kasak-kusuk dari luar. Biasa, Bobby dan Zaki dateng rempong. Tadinya mereka akan datang sore. Tapi, Arkan meminta datang sehabis maghrib saja.
Pintu di buka dan menampakan perut Bobby lalu setelah itu wajahnya.
"Lo yang masuk ternyata perut duluan," kata Arkan lalu diikuti tawa Zaki.
"Sehat gue. Kenapa lo bisa nabrak tembok?" tanya Bobby lalu ia merebahkan dirinya diatas tempat tidur milik Arkan.
"Lepas kendali gue. Udah shalat maghrib?" tanya Arkan.
"Udah dong!" Jawab Bobby dan Zaki bersamaan.
"Kanania gapapa?" tanya Zaki.
"Dia gapapa,luka ringan di dahi doang."
"Lo sampe patah tulang gitu. Untung enggak patah hati," kata Bobby mengelus-ngelus lengan Arkan yang di gips.
"Kelamaan ngejomblo!" Sarkas Zaki.
"Mas, kita semua jomblo," lerai Arkan.
Zaki dan Bobby menatap handphone yang tergeletak di tempat tidur Arkan. Bobby mangambilnya.
"HP baru?"
"Bukan, HP yang gue temuin di tempat Kanania di temuin."
"Pake password. Lo tau enggak?" tanya Zaki.
"Enggak lah. Kalo tau juga dari tadi gue udah mainin. Cari tau itu HP siapa," kata Arkan merebut handphone itu dari tangan Bobby.
"Gue bawa, besok gue cari tau ini HP siapa dan semoga ada petunjuk," saran dari Zaki diterima baik oleh Arkan.
"Gue jadi penasaran sama penculik Kanania. Bantu, ya!"
"Okey kapten!"
Kruuuk.. kruwuk...krrr...
Seluruh mata menatap perut yang bergemuruh itu. Sang Pemilik termangu menahan malu. Seketika tawa Arkan dan Zaki pecah. Memecah kamar Arkan yang sunyi malam ini.
"Lo laper?" tanya Arkan yang masih tertawa.
"Malu-maluin aja," gumam Zaki yang juga sedang tertawa.
"Gue bawa dulu di bawah," kata Arkan lalu bangkit dan keluar dari kamar.
Selepas kepergian Arkan, handphonenya berdering. Ada telepon masuk dari nomor yang tidak dikenal.
Bobby mengangkatnya karena mereka memang seperti itu. Baru saja Bobby membuka mulutnya, akan berucap 'assalamualaikum', Sang Penelpon langsung menyambar.
"Arkan akhirnya kamu angkat juga. Aku tau aku salah tapi maafin aku. Hubungan kita belum ada kata akhir, Arkan. Aku masih sayang sama kamu dan enggak akan pernah lupain kamu-"
Bobby mematikan sambungan telepon itu. Kaget.
"Siapa?" tanya Zaki.
"Cewek. Katanya hubungan kita belum selesai. Dia kira gue Arkan dan gue rasa, Arkan enggak pernah jawab telepon dia soalnya tadi bilang akhirnya kamu angkat juga."
Bobby dan Zaki sama-sama diam. Mencoba menebak-nebak kemungkinan apa yang sebenarnya terjadi.
"Arkan terlalu banyak rahasia," kata Zaki.
*****
Kanania juga di jenguk Yara. Ia sangat kaget dengan kejadian yang menimpa Kanania dan Arkan pagi tadi. Benar-benar menggegerkan sekolah pagi itu. KBM menjadi terganggu.
"Makasih lho udah jenguk gue," kata Kanania.
"Iya sama-sama. Gue khawatir banget, nih ya, untung Arkan nabrak tu penyangga bangunan. Pelajaran matematika jadi bebas remedial," ujar Yara dengan semangat.
"Temen enggak ada akhlak ya lo."
"Gimana sih kejadiannya itu bisa ilang kontrol gitu?"
Kanania menjelaskan secara rinci kejadian dari awal ia dihadang dua orang berbaju hitam. Lalu Arkan menlajukan motornya dengan kecepatan penuh sampai hilang kendali dan semuanya.
"Kok itu orang minta Arkan nyerahin lo ke mereka?" Yara masih bingung.
"Mana gue tau, bingung gue juga," ujar Kanania lesu.
"Besok berangkat sama siapa? Kenan?"
"Enggak. Kenan udah janji bakalan berangkat sama Pinkan pa-"
"Pinkan 11 IPS-1?" tanya Yara tak percaya.
Kanania mengangguk mantap dan Yara akhirnya percaya.
"Jadi besok sama siapa?" tanya Yara lagi.
"Arkan," jawab Kanania acuh.
Dan itu justru membuat Yara melongok. Tak percaya dengan apa yang dikatakan Kanania. "Bukannya si Arkan tangannya buntung?"
"Hush, buntung!"
Kanania mengeluarkan handphone-nya. Membuka Whatsapp dan memperlihatkam chat-nya dengan Arkan sore tadi.
Arkan bacot
Ya, besok berangkat barengan
lagi ya. Biar mati sama sama gituukurang akhlak lo emang :)
Canda candaaa
lo mau bawa motor atau mobil
kayak gimana?Abang Haikal gue angkat jadi
supir pribadi sementara waktuserah lo aja
Yes berarti mau. Gaada penolakan! :p
Yara menggeleng gelengkan kepalanya tak percaya. "Eh itu siapa Irene?"
"Oh, itu temen online tadinya. Udah pernah ketemu."
"Cantik?"
"Cantik. Sama lah kayak elo," kata Kanania.
"Ah jadi terbang idung gue. Nanti dikenalin, okay?"
"Okey!"
Mereka berbincang banyak hal sampai akhirnya Yara pamit pulang. Besok mereka harus sekolah juga.
Saat Kanania akan masuk kedalam rumah setelah mengantar Yara sampai depan rumahnya, handphonenya berdering. Nomor baru.
"Kamu tinggalkan Arkan sekarang karena Arkan masih menjadi milik saya!"
Suara wanita. Siapa lagi orang yang menjadi tokoh utama dalam kehidupan Arkan di masa lalu?
*****
Rabu, 17 Juni 2020.
Double part!
Luv u all!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ombrophobia Girl [✓]
Teen Fiction7 April 2020 - 22 Agustus 2020.✨ Cerita ke-2 setelah 'The Last Hope.' <><><><> Tidak ada yang mau memiliki kekurangan. Bahkan memiliki phobia terhadap sesuatu tidak ada yang mau. Semua orang ingin hidup normal seperti hal nya manusia biasa. Kanania...