38. Tamparan Keras (2)

107 8 0
                                    

Lisa menatap Arkan yang sama sekali tak menatapnya. Arkan yang semasa kecil Lisa kenali, telah hilang dimakan waktu. Tumbuh menjadi Arkan yang keras.

"Soksok atuh ngomong. Gorok ku aing¹," ujar Bobby dengan niat bercanda.

Zaki hanya tertawa dengan ucapan Bobby barusan. Sedang Arkan, ia tak berekspresi apa-apa.

"Gue gak bisa, Bob."

Zaki dan Bobby menghela nafas.

"Gue aja yang kasih tau," ujar Zaki.

Arkan mengangguk lalu memperhatikan Zaki.

"Jadi, emang penculikan pertama itu Lisa sama Pinkan yang rencanain. Jubah sama HP itu punya Lisa tapi yang pakenya si Pinkan. Duh gak nyangka gue sama Pinkan."

"Iya tuh, edan ternyata," sahut Bobby.

"Penculikan kedua, Lisa enggak tau apa-apa."

"Gue minta lo jelasin ada apa lo di makam hari itu, bareng cowok yang gue enggak tahu dia siapa."

Lisa menatap Arkan yang kali ini menatapnya.

"Cowok siapa?" tanya Zaki penasaran sekaligus bingung.

"Haldi, IPA-5. Temen duduknya Valen."

Arkan tercengang, Bobby dan Zaki juga.

"Bawa-bawa nama Kanania? Ngapain?"

"Gue juga ada rencana culik dia lagi. Diajak Valen karena dendamnya sama kematian Radit. Da-"

"Gue benci lo, Lisa."

Setelah mengatakan itu, Arkan pergi dari sana. Meninggalkan mereka. Dengan emosi yang menggila.

*****

Irene berada di rumah Kanania. Tangannya mengambang di udara, dihadapan bel rumah Kanania. Akhirnya tangannya menekan bel itu.

Kanania keluar dengan penampakan wajahnya yang lebam membiru. Hatinya juga sepertinya.

"Ni."

Kanania tak menjawab, menatap ke sembarang arah. Tak ingin menatap Irene. Entahlah, tidak ada apa-apa diantara mereka, hanya masalah kecil dengan Arkan. Tapi Kanania rasa, ia tak ingin berinteraksi lagi dengan Irene.

"Nia!"

"Apa?"

"Gue minta lo jauih Arkan."

Kanania kaget, ia kira Irene akan meminta maaf atau sekedar meluruskan masalahnya dengan Arkan kala itu.

"Enggak."

"Lo bakalan dapet akibatnya!"

"Setelah lo tinggalin dia, enggak menghargai perasaan dia ke lo, lo mau minta balik gitu aja?" Tanya Kanania dengan nada bicara menantang. Ia tak takut dengan Irene. Tak takut dengan orang-orang yang mengusiknya dengan Arkan. Meskipun ia tak tau Arkan dan dirinya ada di kisah mana, dengan judul apa.

"Gue tau Arkan sayang sama gue, Nia."

"Mungkin itu dulu, Ren. Kalo dia beneran sayang sama lo sampai sekarang, dia gak akan deket-deketin gue kali. Gue paham sifat Arkan kayak gimana."

"Gue dua tahun bareng-bareng sama dia, Nia!"

"Gue tiga tahun. Tiap hari pasti sama Arkan."

Irene kalah telak. "Gue gak mau tau lo harus tinggalin Arkan."

"Gak akan." Kanania teguh pada pendiriannya.

"Lo suka sama Arkan?"

"Jelas. Gue suka sama Arkan, gue sayang dia. Meski gue gak tau perasaan dia ke gue kayak gimana tapi asal lo tau, Ren, gue gak mau Arkan jatuh di tangan orang yang salah lagi. Kalo emang Arkan bukan bersama gue nantinya, seenggaknya, dia bersama wanita baik. Bukan modelan lo kayak gini."

My Ombrophobia Girl [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang