40. First or ?

115 12 0
                                    

Kenan sepulang dari Kafe semalam tidak lagi keluar kamar. Runi sampai khawatir kalau Kenan sedang tidak sehat. Kanania sudah berulang kali mengetuk bahkan mencoba mendobrak pintu kamar Kenan. Tetap tak ada respon.

"Ibu jangan khawatir, biar Nia yang cek kondisi dia kayak gimana," tenang Kanania pada Runi.

Kanania kembali ke dapan kamar Kenan. Tangannya tertahan di udara, menahan kegiatannya mengetuk pintu kamar Kenan. Akhirnya ia mengetuknya. Lagi.

"Dek gu-"

"Masuk."

Kanania membuka pintu itu. Terpampang Kenan tengah duduk menghadap jendela, menatap keluar, memeluk lututnya. Belum mandi.

"Lo kenapa?"

"Gue putusin Pinkan. Gue benci banget sama dia," sarkas Kenan masih diselimuti emosi.

"Jangan sampai benci semua orang juga. Ibu sampe khawatir lo enggak keluar-keluar."

"Maaf."

"Minggu depan udah mau simulasi. Terus ujian praktek juga. UN lumayan sebentar lagi," jelas Kanania.

Kenan diam, mendengarkan dengan tenang.

"Gak ada waktu buat sedih-sedihan kayak gini. Cewek yang lebih baik masih ada, banyak. Lo terima semua keputusan hari ini. Nanti, besok dan seterusnya, semuanya harus lo usahain jadi lebih baik."

Kenan mengangguk lalu tersenyum. "Makasih."

"Yaudah jangan sedih. Mandi sono, bau."

Kenan hanya cengengesan dan beranjak untuk mandi.

*****

2 Bulan kemudian, ujian-ujian mereka enggak banyak tingkah. Kita percepat ke kejadian setelah ujian.

Kanania jadi teringat rencana dirinya dengan Runi. Malam ini, ibunya telah mengurus semuanya. Kanania tinggal menjalani prosesnya saja. Sayangnya, ia belum bisa menerima takdir semesta bahwa ia harus meninggalkan semua yang ada disini. Di Kota Bandung, Kota Kembang ini.

Terdengar ketukan pintu dari luar. Ketukan milik Kenan.

"Masuk."

Kenan masuk, dengan sepiring spagethie di tangannya.

"Makan mulu," sarkas Kanania.

"Mumpung masih jam tujuh, belom kemaleman, anter aja gue yuk." Ajak Kenan.

"Kemana?"

"Bawa baju buat prom night."

Kanania mengangguk-ngangguk lantas berpikir. Daripada dirinya hanya melamun menatap keluar, "ayo deh."

Mereka segera bersiap. Padahal acaranya masih dua hari lagi. Tapi Kenan ingin cepat-cepat.

"Lo yakin?" Kenan tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Yakin. Udah lolos juga," jawab Kanania mencoba terlihat santai.

"Yakin dipendam sendirian? Nanti nangis lho," delik Kenan.

Kanania diam. Mencoba mencerna apa yang dikatakan Kenan.

"Gue gak siap untuk sekarang. Lo aja yang kasih tau yang lain," pinta Kanania.

Kenan hanya mengangguk dan akhirnya mereka sampai. Kenan tengah memarkirkan mobilnya. Kanania enggan turun, ingin merenung sendirian disini.

Apa yang dikatakan Kenan tadi ada benarnya juga. Tapi mengatakan pada orang lain akan semakin membuatnya berat untuk pergi jauh, sangat jauh.

My Ombrophobia Girl [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang