Kenan mengajak kekasihnya untuk berkunjung ke tempat ayahnya. Kekasih Kenan bernama Pinkan. Masih kelas sebelas dan sudah lama sekali membuat Kenan penasaran.
Hanya Pinkan yang tak memfollow atau meminta save di Whatsapp. Itu yang membuat Pinkan beda di mata Kenan. Wanita sederhana yang baik hatinya. Sang Juara Umum setiap tahun. Sudah cantik, baik, pintar, shalehah, Aamiin.
"Ayah kakak meninggal gegara apa?" tanya Pinkan seraya menabur bunga disana.
"Kecelakaan," jawab Kenan seadanya.
"Kak, kok ini ada bunga yang masih agak baru ya, kek baru kemarin-kemarin ditabur disini."
"Aku juga heran sih, Kanania enggak mungkin dateng kesini. Orang tiap hari molor di rumah," ujar Kenan.
"Kak Kanania itu pacarnya Kak Arkan?"
"Gantung ah. Arkan enggak kayak aku," ucap Kenan dengan bangga.
"Emang kakak gimana?"
"Aku kan berani mengutarakan perasaan."
"Ngawur aja," Pinkan tergelak lalu tiba-tiba berhenti. "Kak, itu bukannya Kak Haldi, ya?"
Kenan melihat apa yang dikatakan Pinkan. Ia tak mengenali lelaki itu. "Aku gak tau siapa dia, tapi tunggu. Kenapa dia sama Valen?"
Pinkan mengedikan bahu. "Ngapain mereka di pemakaman ini, kak?"
"Aku gak tau juga sih. Ayo ngumpet," perintah Kenan dan mereka beranjak dari sana.
"Nguping? Ah seneng deh aku nguping bareng sama kamu." Pinkan tergelak.
"Hobby-nya nguping. Biasanya juga jutek," goda Kenan.
Pinkan terkekik geli dan mereka mengumpat di belakang pohon besar yang tak jauh dari sana.
*****
"Lo kaget?" tanya Arkan dengan tawa yang tak kunjung selesai.
"Bencadaannya enggak lucu, lho."
"Gue cuma pengen liat ekspresi lo kayak gimana, ternyata sekaget itu," Arkan tertawa lagi sambil memegangi perutnya.
"Tapi enggak gitu juga caranya kali, bikin orang kaget aja," Kanania mengerucutkan bibir mungilnya.
Flasback on
Arkan membuka matanya, perlahan. Kanania terkesiap dan menunggu Arkan tersadar sepenuhnya.
"Arkan," panggil Kanania lembut.
Arkan menoleh, wajahnya berubah heran, "kamu siapa?"
"Halah jangan becanda, udah tau gue lo becanda," kata Kanania terkekeh hambar tak percaya.
"Maaf ya mbak, saya enggak suka orang sok kenal seperti mbak berbicara seperti itu. Belum kenal udah enggak sopan!" Kata-kata Arkan barusan membuat Kanania bungkam
"Arkan benar-benar hilang ingatan?" Batin Kanania.
"Ini gue, Kanania. Lo lupa?" Tanya Kanania mulai panik.
"Maaf saya tidak punya teman bernama Kanania," ujar Arkan.
Kanania menangis. Sungguh,dia menangis tepat di hadapan Arkan.
Ia merapikan barang-barang dan menghapus air matanya kasar. Beranjak dari sana, "maafkan saya, Tuan."
Kanania melangkah pergi dan sepertinya terisak menghapus air mata. Baru saja Kanania akan membuka pintu, Arkan tertawa terbahak dan sangat keras. Kanania menoleh dan mulai menyadari ada sesuatu yang janggal.
Flashback off
"Lo nangis sih, jadi gue enggak tega. Tadinya mau gue gituin sampe besok. Baru di mulai aja nangisnya sampe ingusan," ujar Arkan masih dengan sedikit tawanya.
Kanania diam. Mau marah tapi tak bisa.
"Maafin gue. Lo takut banget gue lupain lo?" Tanya Kanania.
"Menurut lo?"
"Menurut gue sih iya. Kalo tadi pas gue pura-pura amnesia terus lo malah keliatan seneng. Bakalan gue yang sedih kayak lo tadi," jelas Arkan membuat Kanania menoleh kerahnya.
"Jangan diulang yang kayak gitu, panik gue."
"Ya," panggil Arkan.
"Hm," kata Kanania seraya bermain dengan handphonenya.
"Lo sayang gue?" Tanya Arkan.
Kanania menoleh, tanpa tau akan menjawab atau tidak.
*****
Kenan sedang menonton televisi dan mengingat apa yang ia dengar di pemakaman tadi. Ia ingat betul jika Valen dan pria tadi yang kata Pinkan itu bernama Haldi, berbincang dan membawa-bawa nama Kanania.
"Kok gue jadi curiga ya," gumam Kenan.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Tadi lo kenapa?" tanya Kenan.
"Dikejar orang. Gatau siapa, Arkan yang luka parah," jawab Kanania.
"Jidat lo di sayang tembok," celetuk Kenan asal.
"Lo inget gak sih, Kak, siapa yang culik lo waktu itu?" tanya Kenan to the point.
Kanania duduk di samping Kenan. Mengambil alih cemilan yang sedang ia pegang. "Mana gue tau. Dia pake jubah jadi gue enggak tau," jawab Kanania acuh. "Males bahas itu gue," katanya lagi.
"Tapi gue penasaran banget sekarang."
"Dulu lo bilang enggak akan memperpanjang masalah ini," selidik Kanania mulai curiga.
"Dulu emang iya. Tapi sekarang gue harus cari tau."
"Terserah lo aja, Ibu mana?" tanya Kanania sambil celingukan.
"Ada arisan katanya."
Kanania ber-oh ria dan beranjak untuk pergi ke kamarnya.
"Gue curiga Valen sama Haldi ada di balik ini semua," gumam Kenan.
*****
"Lo sih de ngapain coba kebut-kebutan?" tanya Haikal yang sedang memperhatikan Sari sedang mengganti perban Arkan. "Mana bawa Kanania, kalo dia kayak bokapnya kan berabe," katanya lagi.
"Itu di kejar siapa sih?" tanya Sari.
"Aku juga enggak tau, Ma. Tau-tau aja nongol gitu. Mana minta serahin Kanania, kayak minta anak ayam aja," dumel Arkan.
"Lain kali kamu hati-hati. Untung Kanania enggak kenapa-napa. Kamu juga cuma luka ringan doang. Besok kamu berangkat sama Kakak kamu aja. Dianter," jelas Sari.
"Aku aja yang bawa mobil," tukas Arkan. "Bawa motor aja yang susah, mobil mah bisa kayaknya."
Sari menggeleng cepat-cepat. "Enggak-enggak. Kalo kamu pengen barengan sama Kanania, sekalian jemput dia aja. Bahaya juga kalo kayak gini dia berangkat sendiri. Kembarannya juga pasti nganter, cuma kamu kan ngebet pengen rempetan mulu sama dia," jelas Sari panjang lebar kali tinggi.
"Iya-iya. Abang mau jemput Kanania dulu?" tanya Arkan.
Sari menoleh kearah Haikal, "iya."
"Yes! Di jok belakang berdua-an," ucap Arkan dengan semangatnya sampai lupa kalau tangannya sedang terluka.
Di tempat lain, dua pria tengah di maki seseorang yang badannya jauh lebih kecil dari mereka.
"Kalian semua enggak ada gunanya!"
"Kanania maupun Arkan, dua-duanya selamat!"
"Maafkan kami, Tuan."
"Pergilah, biar gue sendiri yang hancurin mereka," kata laki-laki yang di masih di selimuti emosi itu.
****
Rabu, 17 Juni 2020.
Dahlah aku bingung harus bercakap cakap seperti apa.
See u next part!
Luv u all!
-Thank you!:)
![](https://img.wattpad.com/cover/218397745-288-k56358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ombrophobia Girl [✓]
Teen Fiction7 April 2020 - 22 Agustus 2020.✨ Cerita ke-2 setelah 'The Last Hope.' <><><><> Tidak ada yang mau memiliki kekurangan. Bahkan memiliki phobia terhadap sesuatu tidak ada yang mau. Semua orang ingin hidup normal seperti hal nya manusia biasa. Kanania...