37. Nanti, tidak sekarang

104 9 0
                                    

"Ya!"

"Kanania!"

Dua orang itu memanggil Kanania. Di hadapan Kanania ada Arkan dan di belakangnya ada Irene.

Keduanya bersitatap.

"Leya?" Tanya Arkan panik karena Kanania akan bertemu dengan Leya.

"Arkan?"

"Irene?"

Kanania heran, kenapa Arkan memanggil Irene dengan nama Leya?

"Lo kenal Arkan?" Tanya Kanania menghilangkan kosa kata aku kamu dengan Irene.

"Ya," panggil Arkan.

Kanania menoleh.

"Kita pulang, Ibu udah khawatir banget sama lo," ujar Arkan.

Kanania menggeleng, "jelasin dulu, lo kenal Irene?"

"Pulang Kanania!"

Kanania kaget, Arkan membentaknya. Ia menangis lagi dan saat Irene berusaha mendekati Kanania yang menangis, "berhenti Leya!"

Leya juga kaget, ia menghentikan langkahnya. Arkan mendekati Kanania.

"Gue jelasin di mobil, asal lo mau pulang."

Kanania berjalan sedikit diseret. Irene menatap Arkan yang merangkul Kanania. Ternyata, orang istimewa yang Kanania ceritakan adalah Arkan.

Irene Caleya.

*::Amanda Rawles

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*::Amanda Rawles

Masa lalu yang meninggalkan Arkan tanpa kejelasan dan teman Kanania yang Kanania percaya, yang sama dengan Yara. Entahlah Kanania akan kembali percaya pada Irene atau tidak.

Ini dia ketakutan Arkan. Pertemuan Leya alias Irene dengan Kanania. Arkan kira, Irene adalah orang yang berbeda dengan Leya. Ia tak pernah tahu sebelumnya nama Leya itu adalah nama panggilan kecilnya saja.

Masalah Kanania yang menghilang telah selesai, muncul kembali masalah lain. Harus selalu seperti ini hidup Arkan?

"Ya," panggil Arkan saat di dalam mobil.

Kanania diam, tak menjawab. Tak ingin. Kecewa menyelimutinya.

"Ya, dengerin gue."

Kanania tetap tak menjawab, hanya menoleh, menatap Arkan.

Arkan menghela nafas, "gue enggak tahu nama Leya itu Irene. Saat lo cerita Irene-Irene itu gue gak tau kalo itu Leya. Dan waktu kita main malem itu, yang gue bilang ada yang nanyain alamat, itu Leya. Irene.

"Lo jahat."

"Belum selesai, Ya. Dulu, emang gue pernah pacaran sama dia, terus tiba-tiba dia ilang gitu aja, hilang dari radar gue, Ya. Tolong lo percaya gue."

"Berarti, lo masih pacar dia."

"Waktu main malem itu, gue mutusin dia. Dia bilang hubungan ini belum berakhir, jadi gue akhiri waktu itu. Sekarang, gue enggak ada hubungan apa-apa sama dia."

Kanania diam.

"Pipi lo lebam," ujar Arkan. "Lisa yang culik lo?" Tanya Arkan.

"Bukan."

"Siapa?"

Kanania bingung akan menjawab atau tidak. Ia masih tidak bisa menahan emosinya pada Arkan.

"Gue tau lo marah sama gue, Ya. Tapi tolong, kali ini aja, jawab pertanyaan gue."

"Pinkan."

Arkan bungkam. Tidak mungkin.

"Tapi HP yang gue temuin itu punya Lisa," kata Arkan.

"Tapi yang culik gue sesi ke-dua ini, Pinkan."

"Sesi kedua," gumam Arkan.  "Mau makan dulu?"

Kanania menggeleng. "Gue mau pulang, gue takut."

"Baiklah."

Arkan melajukan mobil dengan menambah kecepatannya. Dan saat ia menatap kembali Kanania, gadis itu tertidur. Arkan menepikan mobilnya sebentar. Memastikan Kanania benar-benar tertidur. Ternyata memang tidur.

Ia melepas jaket dan memakaikan pada Kanania. Wajahnya pucat. Saat Arkan memegang dahi Kanania, suhunya sedikit panas.

Arkan kembali tancap gas, membawa Kanania pulang.

*****

"Hargh, sialan!" Ujar Pinkan emosi. "Bisa-bisa di cerita semua sama yang lain!"

Pinkan prustasi, "Argh!"

Ia menelpon seseorang.

"Dia lolos lagi."

"Gue angkat tangan, Dik. Gua gak bisa bantu lo lagi."

"Tapi-"

Tut..tut..tut..

"Gak guna!" Pekik Pinkan.

Lisa tidak akan membantunya lagi. Ia akan kalah kali ini.

******

Arkan tak tega membangunkan Kanania. Ia menggendongnya, Kenan sudah di depan pintu bersama Runi.

"Gue aja yang bawa," ujar Kenan. Ia membawa Kanania ke kamar.

"Mari, masuk." Ajak Runi pada Arkan. Ia menuruti Runi.

Kenan membiarkan dulu Kanania istirhaat, ia melihat pipi dan tangannya lebam.

"Pipinya lebam," ujar Kenan. "Siapa yang culik dia? Lo tau enggak?"

Arkan bingung akan menjawab apa.

"Nanti. Gue sekarang lagi enggak mau bahas itu. Tapi besok atau lusa, gue bakalan bilang sama lo siapa penculik Kanania."

"Kenapa kayak gitu?"

"Gue yakin lo enggak akan percaya. Udah nanti aja."

Kenan mengangguk, lalu menatap Arkan.

"Bro, maafin gue repotin lo mulu."

"Enggak apa, Nan."

"Enggak-enggak. Lo sering banget bantu gue," ujar Kenan lagi.

"Gue paham maksud lo kemana, Nan. Gue sayang Kanania, tapi gue terlalu pengecut buat ungkap semuanya. Nanti, enggak sekarang. Gue belum dikasih keberanian. Jangan larang gue buat jaga Kakak lo, Nan."

*****

Kamis, 23 Juli 2020.

Bingung lah apapun sok vote🤣

Luv u all!!!

My Ombrophobia Girl [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang