Arkan mencari Kanania seorang diri dan sebuah pesan masuk ke jaringannya. Koneksi Arkan sangat bagus hingga di tempat ini ia masih bisa menghubungi teman temannya di tempat pelantikan.
Sebuah pesan suara dari Ardo, "lo cari Kanania sendiri aja? Dahal ajak yang lain jangan sendiri. Tar lo yang kewalahan."
Arkan membalasnya sesingkat yang ia bisa.
Gue bisa sendiri.
sendIa mematikan daya handphonenya. Ia harus menemukan Kanania. Hujan seperti ini Kanania akan mencari tempat berlindung, tapi tak ada di hutan seperti ini.
Arkan teringat sesuatu tentang apa yang dikatakan Haikal waktu itu. Arlojinya menunjukan pukul dua dini hari. Aura disana semakin mencekam saja.
Kanania mengerjapkan matanya, kepalanya pening sekali. Hujan sudah berhenti, seluruh tubuhnya basah kuyup. Ia baru ingat dirinya memiliki senter. Ditatap arloji nya menjukkan pukul tiga.
Kanania menyalakan senter lalu bangkit dan menatap sekeliling. Hanya ada bongkahan bongkahan batu. Seperti puing puing bekas rumah batu yang di tumbuhi lumut.
Kanania mengelingi komplek puing itu. Membuka handphone-nya lalu mengumpat dalam hatinya.
"Sial, ada acara mati segala."
Kanania menatap langit yang mulai menerang. Entahlah, dirinya merasa sudah terang saja. Ia mengingat kenapa dirinya ada disini.
Kanania merasa satu tetes air menganai dahinya. Lalu menatap langit yang mulai menjatuhkan air dari sana.
Kanania memicingkan matanya, dari remang lilin satu kelompok, ada sosok bayangan hitam mendekatinya. Tanpa pikir panjang, ia berlari mengikuti kemana saja kakinya membawanya pergi.
Ia menghembuskan nafasnya kasar, "gue nyusahin orang lagi," gumamnya lalu duduk di sebuah batu dekat puing puing itu.
"Arkan!" Entah kenapa, hanya itu yang ada dipikiran Kanania.
Ia berdiri lagi lalu mengelilingi puing itu lagi.
Arkan menginjakan kakinya di dekat sebuah batu besar. Kakinya sungguh lelah sekali. Keringat bercucuran dan tubuhnya juga basah kuyup disiram air hujan.
Ia meneruskan mencari Kanania dengan berjalan kaki. Menapaki tanah basah dengan rumput rumput lembab di bawah sepatunya. Tiba tiba Arkan mendengar kasak kusuk di belakangnya. Ia menghentikan langkah kakinya.
Arkan merasakan sosok yang dibelakangnya semakin mendekat saja. Keadaan hutan ini lumayan gelap. Dan tiba tiba, sasuatu menabrak punggungnya. Arkan segera berbalik.
"Aaaaaaaa!" Teriak Arkan melihat sosok di depannya juga berteriak. Wanita dengan penampilan sangat berantakan.
"Setaaaan!" Teriak Sosok di depannya.
Tunggu, setan kok teriak setan. Arkan menyalakan senter di tangannya. Menyinari siapa sosok ini. Bukan takut, Arkan malah memeluknya.
"Gue nemuin lo lagi, Ya."
Kanania tak kalah erat memeluk Arkan. Ia meletakkan wajahnya di ceruk leher Arkan. Ada kehangatan diantara mereka. Diantara dinginnya udara dini hari.
"Khawatir sama gue?" Kanania malah bertanya seperti itu dan sejurus kemudian Arkan menjitak kepala Kanania pelan.
"Jelas lah, lo tiba tiba ilang. Mana ujan lagi," timpal Arkan.
"Kenapa lo peduli banget sama gue?"
Arkan menatap Kanania. Pertanyaan itu yang ditakuti Arkan. Meski ia tau resiko kedepannya akan seperti apa, Arkan akhirnya menjawab. "Karena gue sayang sama lo, Ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ombrophobia Girl [✓]
Teen Fiction7 April 2020 - 22 Agustus 2020.✨ Cerita ke-2 setelah 'The Last Hope.' <><><><> Tidak ada yang mau memiliki kekurangan. Bahkan memiliki phobia terhadap sesuatu tidak ada yang mau. Semua orang ingin hidup normal seperti hal nya manusia biasa. Kanania...