32. Keputusan Arkan

96 13 12
                                    

Runi tengah memasak di dapur, Kenan tengah membereskan halaman belakang untuk kedatangan teman-temannya hari ini, dan dimana Kanania, dia sedang rebahan diatas sofa.

"Nia, kepala kamu masih sakit?" tanya Runi mendekati Kanania.

"Kalo gak sengaja ke pegang mah, iya sakit," jawab Kanania.

"Woy, bantuin napa," keluh Kenan dengan keringat bercucuran dari wajahnya.

Kanania dan Runi malah cekikikan, "siapa yang ngajak coba. Ya, dia yang beresin semua."

"Kan ini rumah lo juga," ujar Kenan seraya duduk di sofa sebrang Kanania.

"Ya, tetep lo yang ngajak."

Runi geleng-geleng dan kembali ke dapur.

"Pacar lo kesini sama siapa?"

"Sama Yara. Gue titip ke dia, karena kalo gue titip dia ke Arkan atau temen-temennya. Ah gak tau deh gue," jelas Kenan.

Kanania mengangguk-ngangguk, "kesini abis maghrib semua?" tanyanya.

"Iya. Si Arkan katanya mau bawa motor sendiri."

"Ah yang bener?" Kanania menatap Kenan dengan penuh selidik.

"Eh, mobil."

"Itu di belakang udah siap semuanya? Kursi?"

"Udah. Makannya bantuin, ngomong mulu."

Kanania tertawa dan sedikit memukul Kenan sebelum dia pergi ke kamarnya. "Gue mau mandi dulu. Lo juga," titah Kanania.

"Iya Kakaku yang cantik tapi pendek."

Kanania hanya menjulurkan lidahnya dan berlari ke kamar. Membawa handuk dan mencepol rambutnya untuk ritual mandinya kali ini. Sebenarnya, karena akan bertemu Arkan.

*****

Kanania tengah duduk-duduk di sofa ruang tamu. Menunggu para pembuat rusuh datang. Kenan juga baru selesai mandi dan Runi sudah siap berdiam diri di kamar. Biasa, mengawasi secara diam-diam.

Suara klakson terdengar dan itu suara motornya Yara. Yang semangat bukan Kanania, malah Kenan yang lari duluan. Karena ada Pinkan.

"Woy, awas jatoh!" Teriak Kanania memperingatkan adiknya yang petakilan akut.

Kanania menyusul dan menyambut Yara dengan pelukan.

"Aku beneran diajak, Kak Nia?" tanya Pinkan malu-malu bersembunyi di balik lengan Yara.

"Ih kok malu-malu gitu, gapapa, ayo masuk jangan malu," ajak Kanania.

Ada satu mobil putih masuk ke pekarangan rumah Kanania. Bukan mobil Arkan.

Para penghuni mobil keluar satu persatu. Bobby yang ambil alih kemudi keluar, diikuti Zaki. Hanya mereka berdua dan Bobby mengunci mobilnya itu.

Terdengar, Plip-plip. *Woy gimana sih suara mobil di kunci?:(

Raut wajah Kanania yang awalnya semangat dan bahagia seketika menekuk. Tak ada sorot senang di matanya.

"Arkan mana?" tanya Kenan.

"Tangan dia sakit lagi, enggak bisa dateng," jawab Zaki.

Kanania benar-benar kecewa. Mungkin ini karena harapan yang terlalu berlebihan. Raut wajah Kanania berubah lesu dan tak ada semangatnya.

"Anter gue ke rumah Arkan, yu?" pinta Kanania.

"Buat apa?" tanya Bobby.

"Jenguk dia. Ayo!"

My Ombrophobia Girl [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang