9. Ditemukan

246 33 17
                                    

Sudah 4 hari, Kanania belum ditemukan. Pihak polisi juga sudah mencari bukti di sekolah. Keadaan Runi semakin hari semakin memburuk. Arkan juga setiap hari nampak lesu, apalagi Kenan. Semua teman - teman satu sekolah ikut khawatir dengan menghilangnya Kanania. Tapi, tidak dengan Alisa Nerethia. Lisa terlihat biasa saja.

Hari ini, pengurus osis mengadakan kumpulan dan tentunya tanpa Kanania. Arkan juga ogah-ogahan tapi Lisa yang memaksa.

Sampai kumpulan berakhir pun, Arkan tak bersemangat dan itu membuat Lisa geram.

"Arkan!"

"Apa sih!" Arkan tak kalah geram. "Gue lagi puyeng, mending lo balik sana!"

Lisa terlonjak kaget, amarah dan rasa kesalnya semakin tak bisa ia tahan."Mikirin anak yang nyusahin itu?"

"Kanania enggak nyusahin!" Bentak Arkan. "Lo yang nyusahin," kata-katanya tenang namun penuh penekanan.

"Belain aja dia terus, semua orang cariin dia. Dia sebentar lagi bakalan mati!" Teriak Lisa menyimpan tangan kanannya tepat di meja di depan Arkan.

Arkan berdiri dari tempatnya, menatap Lisa lekat lekat. "Apa lo bilang!?"

Ini yang sangat ditakuti Lisa, kemarahan Arkan. Tapi ia mencoba tak peduli. Ia tak mau kalah dari Arkan.

"Dia bakalan, MATI!"

PRAK!

Lisa memegangi pipi kirinya yang memanas. Tamparan dari Arkan cukup kuat, kuat juga untuk menampar hatinya, menampar perasaannya.

Air mata di pelupuk mata Lisa mulai menggenang. Wajahnya merah padam menahan amarah, tangis, dan mungkin menahan rasa malu terhadap dirinya sendiri yang di perlakukan semena-mena oleh Arkan.

"Lo bener bener berubah semenjak lo kenal Kanania!" Tangis Lisa sudah tidak bisa dibendung lagi, air bening itu luruh di pipi Lisa.

"Lo yang berubah!" Sekali lagi, Arkan membentaknya.

Lisa lagi - lagi diam, mengontrol emosinya.

"Lo dulu pernah bilang, lo bakalan jadi sahabat baik buat gue! Lo bakalan jadi tempat cerita gue kalo gue sedih! Lo bilang lo gak akan pernah kecewain gue!" Arkan menahan emosi dan ucapannya. "Lo bilang lo bakalan selalu ada di samping gue dalam situasi apapun, tapi apa!?" Lagi lagi Arkan tersulut emosi.

Lisa tetap diam. Perkataan Arkan semua benar. Tapi ia tak peduli dan akhirnya pergi meninggalkan Arkan sendirian. Pikiran Lisa tak karuan sekarang ini. Pikirannya terbang ke beberapa belas tahun lalu.

Seorang gadis kecil jatuh tersungkur. Ia menangis.

"Aduh, Ica kenapa?" Tanya bocah laki laki ompong kepadanya.

Gadis itu tak menjawab dan terus saja menangis.

"Udah udah janan nangis, disini ada Alkan." Arkan cadel saat masih kecil.

"Tapi tutut Ica sakit, Alkan mau ngobatin tutut Ica?" Tanya Lisa kecil pada Arkan kecil.

"Alkan ada kapanpun buat Ica. Asal Ica janan kecewain Alkan.

"Iya Ica janji gak bakalan kecewain Arkan."

Lalu sepasang anak itu tertawa.

"Lo berubah sejak ada Kanania, Arkan!" Geram Lisa. "Berarti, dia udah ngerebut dua orang yang selalu ada buat gue selama ini!"

Ia segera menuju mobilnya dan mengeluarkan sesuatu berwarna hitam dari dalam tas-nya.

*****

Arkan melanjutkan pencarian. Ada satu tempat yang sama sekali belum ia datangi, tapi sepertinya tidak akan mungkin Kanania ada disana. Tempat itu sangatlah jauh dari sini.

My Ombrophobia Girl [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang