3

926 117 3
                                    

Rutinitas Anika ketika malam minggu adalah pergi keluar rumah dengan menggunakan motornya tanpa tujuan yang jelas, terkecuali malam ini, Anika sudah punya niat untuk makan pecel lele sendirian.

Anika memang tidak punya teman di rumah, untuk itu dia selalu pergi sendirian seperti ini.

Di jalan, Anika merenung di atas motor bebeknya. Anika memikirkan perasaannya pada Baskara yang ternyata sudah berjalan sekitar tiga bulan, dan Anika empat dapat menghilangkannya.

Sejak Anika melihat Baskara di lapangan saat jam istirahat bersama dengan Meylanie, sejak itu juga Anika meyakini hati kalau dirinya tidak boleh menyukai Baskara lagi mengingat Meylanie memberitahunya kalau Baskara sudah punya pacar.

Tapi semakin Anika berusaha menghapus lelaki itu dari dalam hatinya, semakin besar juga perasaan itu keberadaannya. Walau Anika sudah bersusah payah menghindar di sekolah, kadang-kadang Anika masih suka bertemu dengan Baskara dan sialnya Anika dan Baskara saling kontak mata meski tidak bicara.

Meylanie bilang, Baskara adalah laki-laki dengan sifat baik dan ramah yang berlebihan. Itu sebabnya, Anika selalu menekankan diri agar tidak semakin jatuh hati, tapi kini yang terjadi justru sebaliknya, Anika begitu merasa mencintai Baskara meski Anika yakin, Baskara tidak ingat mungkin ingat telah berbuat baik dengannya.

Saat ada warung pecel lele yang menjadi destinasinya pada malam minggu kali ini, Anika lekas turun dari motor, lalu masuk ke dalam warung pecel lele tersebut.

"Bu, lele sama nasi satu, minumnya es teh, makan di sini, ya."

"Iya, mbak, tunggu bentar."

"Iya, Bu," Anika duduk usai memesan, lalu mengambil ponsel dari saku celana pendek dengan motif army yang ia gunakan.

Anika juga membuka penutup kepala yang ada pada hodie-nya karena Anika ingin mendengarkan lagu melalui earphone untuk menemaninya 'ngegalau' di warung pecel lele.

Ini bukan kali pertama Anika jatuh cinta. Sebelumnya, Anika sudah pernah beberapa kali menyukai lelaki tapi selalu tidak berujung apa-apa.

Selalu seperti itu. Anika jatuh cinta diam-diam, menunggu diam-diam, lalu mundur juga diam-diam. Memang mau berharap apa? Anika sendiri menyadari dia tidak cantik, tubuhnya juga tidak bagus, jadi wajar sekali jika tidak ada yang bisa suka dengannya.

Kadang Anika berpikir, apa selamanya Anika akan seperti ini? Apa Anika tidak akan mendapatkan jodoh nantinya?

"Bu, dada ayam satu ya, sama sate ampelanya dua. Di bungkus," seorang pria bicara di sebelah Anika. Meski memakai earphone, tapi Anika tidak mengeraskan volumenya karena takut nanti penjualnya mengatakan kalau pesanannya sudah siap.

"Mbak, ini es tehnya dulu, ya."

Anika mengangguk lalu tersenyum. "Makasih, bu."

"Ditunggu ya, lelenya lagi digoreng."

"Oke," Anika menggerakan kepalanya untuk mengikuti alunan musik dari ponselnya. Bibirnya juga ikut menyenandungkan pelan lagu yang sedang diputarnya.

Anika iseng melirik ke segala arah karena lumayan bosan menunggu pesanannya matang. Mendadak, matanya melebar saat melihat laki-laki dengan jaket bomber berwarna abu-abu di sebelahnya. Apa Anika sedang mimpi? Ada Baskara di sampingnya?

Bertepatan itu juga Baskara yang sedang iseng bersiul, menoleh ke samping. Tatapan mereka bertemu, Baskara tampak mengerutkan dahinya saat melihat wajah Anika.

"Kita kayak pernah ketemu?" ujar Baskara, reflek.

Anika tidak menanggapi, gadis itu dengan perasaan yang begitu gugup langsung buru-buru menenggak es tehnya.

Baskara manggut-manggut saat menyadari dirinya tidak salah bicara. "Dilihat dari lo yang cuma diem, gue rasa gue ingat kita ketemu dimana," Baskara terus memperhatikan Anika yang mulai keringat-dingin karena panik diperhatikan seperti itu. "Lo.. Cewek yang waktu telat bareng gue, kan?"

Anika mengangguk tanpa melihat wajah Baskara.

"Gokil, kebetulan banget kita ketemu di sini," ujar Baskara. "Rumah lo daerah sini emangnya?"

"Ng.. Nggak, Kak. Ini kebetulan lagi keluar aja."

"Sama siapa?" Baskara mengedar pandangan, barang kali menemukan seseorang yang Baskara bisa perkirakan adalah orang yang pergi bersama gadis di sebelahnya. "Pacar?"

Anika menggeleng. "Sendiri."

"Cewek, keluar sendirian malem-malem begini?"

"Udah biasa, Kak," Anika berusaha lebih rileks bicara dengan Baskara, dia tidak ingin Baskara menyadari kalau Anika sebenarnya sedang salah tingkah.

Baskara tersenyum. "Gokil," dia berdecak kagum, seolah yang Anika lakukan dengan keluar malam sendirian adalah sebuah prestasi yang membanggakan. "Cowok lo, sibuk banget emang? Sampe nggak bisa nemenin lo keluar."

Anika menggeleng, boro-boro punya pacar. Ada yang mau dengannya saja tidak. "Nggak, Kak, saya nggak punya pacar."

"Eh, sorry, gue nggak tau."

"Gapapa."

"Oke," Baskara mengangkat bahunya. "Kita udah ngobrol gini padahal belum kenalan," Baskara mengulurkan tangannya ke samping. "Baskara.  Lo?"

Dengan ragu, Anika menerima uluran tangan Baskara. "Anika."

"Mbak, Mas, ini pesanannya," penjual pecel lele itu membuat Anika buru-buru melepaskan tangannya.

"Eh, i-iya, Bu, makasih," Anika mengambil piring berisi nasi dan lele serta lalapan dan sambalnya.

Baskara mengambil plastik berisi pesannya itu, membayarnya pada penjual lalu melirik Anika. "Em, Anika, pesanan gue udah jadi, nih."

Anika menoleh. "Iya, Kak."

"Sorry, nggak bisa nemenin," Baskara terkekeh, Anika tahu itu hanya bercanda. "Soalnya ini cewek gue udah nungguin, rewel banget dia. Enak ya lo An, nggak punya pacar, bisa bebas."

Anika tersenyum kikuk. "Tapi Kakak punya pacar, enak juga kali, ada yang perhatian."

"Banyak orang yang perhatian sama gue, tapi nggak semua orang bisa ngertiin gue," Baskara tersenyum lalu menepuk bahu Anika. "Ya udah, An, lo pulangnya jangan kemaleman."

Anika tidak boleh terbawa perasaan, dia berusaha penuh untuk tidak menganggap lebih perlakuan Baskara. Cowok itu sudah memiliki pacar. Ingat.

"Iya, Kak."

"Oh iya. Kalo kita ketemu di sekolah, lo nggak sungkan nyapa, kita kan udah saling kenal nih sekarang," ujar Baskara. "Jangan kayak biasanya, lo cuma ngeliatin gue doang, nggak berani nyapa, cemen ah."

Anika kehilangan kata-kata. Dia tidak menyangka kalau selama ini Baskara menyadari Anika kerap mencuri-curi pandang ke arahnya.

"See you, Anika," Baskara berlalu dengan enteng. Seolah ucapannya adalah kalimat biasa yang tidak berakibat apa-apa untuk Anika.

Anika belum menyentuh pecel lelenya sama sekali sejak Baskara berlalu darinya sekitar sepuluh menit yang lalu.

Anika masih tidak menyangka akan bertemu Baskara, cowok yang disukainya di warung pecel lele seperti ini. Anika merasa seperti mimpi, bagaimana tidak? Anika dan Baskara tadi berkenalan yang artinya Baskara saat ini sudah mengenalinya dirinya siapa.

Kalau seperti ini, bagaimana cara Anika untuk curi-curi pandang ke arah Baskara lagi?

***

CHOICE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang