9

666 98 1
                                    

Baskara mengajak Anika untuk makan di KFC yang berada di depan gedung tempat berlangsungnya acara pameran baju yang akan dimulai satu jam lagi.

"Kak, ayo, kasihan pacar kakak pasti nungguin di dalem."

"Santai," ujar Baskara terlampau kalem. Dia meminum coca cola sejenak. "Nachel dibanding nungguin gue, dia udah pasti lebih milih buat ngecek make up dan tatanan rambut dia. Percaya deh, An, gue kenal dia udah 6 tahun. Tau banget gue Nachel kayak apa orangnya."

"Iya juga," Anika mengangguk. Lagi dan lagi perasaannya sesak. "Kak Baskara kan pacarnya Kak Nachel, pasti Kak Baskara udah tau apapun soal Kak Nachel. Sorry ya, jadi nggak enak saya udah sok tau."

"Nggak enak mulu," cibir Baskara. "Lo makanya ikutan makan juga biar enak."

Anika menggeleng. "Nggak deh, saya nggak laper."

"Diet?" Baskara melirik Anika.

Anika nyengir. "Saya emang nggak makan malem, kak, sebenernya."

"Tapi kali ini lo harus makan," Baskara menyodorkan kentang goreng di depan Anika. "Kita nggak akan jalan ke sana sebelum lo makan."

"Tapi-"

"Udah, nggak usah bawel, gue lagi makan," Baskara berkata cuek sambil menghabiskan sepaket nasi dan fried chicken di hadapannya.

Dengan berat hati, Anika memakan kentang goreng yang Baskara berikan. Sejujurnya dia kesal, tapi bersama Baskara rasa kesal itu selalu bisa Anika redam. Mungkin efek cinta memang bisa sampai sekonyol ini.

Beberapa saat berlalu, Baskara baru habis mencuci tangannya lalu kini dia sedang mengusap bibirnya dengan tisu.

"An, yuk?" ajak Baskara.

Anika mengangguk. Dia berjalan mengekori Baskara.

Saat hendak menyebrang, Baskara meraih tangan Anika untuk berada di genggamannya lalu mereka menyebrang bersama. Lagi-lagi Anika tidak mampu bersuara. Di satu sisi Anika menikmati perlakuan Baskara yang lembut seperti ini terhadapnya. Di lain sisi, Anika juga merasa bersalah karena sudah menaruh harapan lebih dengan Baskara yang sudah memiliki pacar.

Baskara melepaskan tangannya saat sudah masuk ke dalam gedung. Anika merasa kehilangan sebetulnya, tapi dia buru-buru menggelengkan kepalanya. Tidak, ini tidak benar. Anika harus bisa menahan perasaannya.

"Chel!" Baskara melambaikan tangan pada seorang gadis yang sedang melihat dirinya di depan cermin. Baskara memang Nachel perbolehkan untuk datang ke backstage, dan memang selalu seperti itu ketika Baskara menonton acara fashion show seperti ini. "Gimana, udah siap?"

"Siap banget dong, Bas," Nachel tersenyum dan gadis itu tampak begitu cantik. "Kamu tumben ganteng, kesambet, ya?"

"Kamu bilang aku ini selalu ganteng, Chel? Kok sekarang bilang gitu?" Baskara tidak marah, dia justru terkekeh lalu mendekati Nachel. "Kamu cantik, sama kayak kemarin-kemarin."

"I know but thankyou babe," Nachel mengusap kepala Baskara. "Kamu sama siapa?" Nachel melirik Anika yang berada di belakang dan tidak tahu harus bersikap seperti apa. Karena pemandangan di depannya terlalu menyakitkan bagi Anika. Memang terlalu bodoh Anika harus menyetujui ajakan Baskara untuk datang ke sini.

"Sini, Anika," Baskara menggerakan tangannya, bermaksud menyuruh Anika mendekat.

"Itu gaun yang waktu itu kamu fotoin dan harusnya buat aku, ya, Bas?" tanya Nachel saat melihat gaun yang Anika kenakan.

"Iya. Tapi dia yang pake karena kamu bilang, kamu nggak suka sama warnanya."

"Bener sih," Nachel terkekeh. "Aku sukanya hijau muda, bukan biru muda. Kamu lupa nih, kesel aku sebenernya. Tapi nggak punya waktu untuk marah ke kamu karena sibuk buat mikirin hari ini."

"Iya, marahnya tunda aja ya," Baskara mencubit pipi Nachel, merasa gemas.

"Bas! Nanti make up aku luntur!" Nachel memukul tangan Baskara.

"Baru aku pegang aja udah takut luntur, gimana kalau aku cium?" goda Baskara, seolah menganggap di sana tidak Anika.

Diam-diam, Anika meremas gaunnya sendiri. Dia tidak menyangka akan sesakit ini rasanya melihat langsung Baskara bermesraan dengan pacarnya. Rasanya jika di sini tidak ada siapa-siapa, Anika inginnya sudah menangis dan menumpahkan semua rasa sakit hatinya. Tapi tidak mungkin karena Anika akan ditertawai kedua pasangan sejoli itu jika Anika ketahuan menangisi kebersamaan mereka.

"Baskara.. Nggak enak banyak orang!" Nachel melotot. "Mending kamu kenalin temen kamu sama aku."

"Iya iya," Baskara merangkul Anika di hadapan Nachel. "Jadi, babe, ini Anika. Dan Anika, ini Nachel. Kalian bisa kenalan sekarang."

"Nachel," dengan begitu ramah, Nachel mengulurkan tangan ke hadapan Anika.

"Anika," balas Anika dengan agak kikuk.

"Lo cocok pakai baju itu," puji Nachel dengan tulus. "Baskara emang pinter milihin baju, gue juga seringnya suka sama baju pilihan dia. Tapi kali ini dia lagi melakukan kesalahan makanya gue nggak suka sama baju yang dia pilih, yang lo pake sekarang ini."

Anika tersenyum canggung. Dia bingung harus bicara apa. Sejujurnya dia tidak menyangka bahwa Nachel tidak hanya cantik, tapi gadis itu juga sangat ramah sama seperti Baskara. Pantas mereka bersama. Menurut Anika, mereka adalah pasangan yang begitu sempurna. Anika benar-benar merasa bersalah telah mencintai Baskara.

"Eh ya udah, gue mau siap-siap tampil dulu ya," Nachel sudah mendengar pengeras suara memanggil para model untuk briefing beberapa menit sebelum acara benar-benar di mulai.

"Sip," Baskara tersenyum. Dia maju dan mengecup kepala Nachel. "Semangat, Chel."

"Thankyou, babe," Nachel balas tersenyum kemudian berlalu dari hadapan Anika dan Baskara.

Sesudah itu, Baskara melirik Anika yang raut wajahnya terlihat agak muram. "Lo kenapa, An? Sakit?"

"Hah? Sa-sakit? En-ngggak kok," Anika menggeleng.

"Kalo sakit atau nggak nyaman bilang," Baskara merangkul Anika untuk berjalan keluar backstage. "Gue pasti antar lo pulang."

"Saya nggak pa-pa, Kak," Anika menjauhkan tangan Baskara dari bahunya.

"Bener?" tanya Baskara santai, seolah-olah menganggap kalau apa yang Baskara lakukan dengan Anika adalah hal biasa.

"Iya."

"Oke," Baskara berjalan lebih dulu ke depan, dia menempati tempat duduk paling depan seperti biasa dia menonton acara catwalk Nachel. "Sini!" Baskira memanggil Anika agar ikut duduk di sebelahnya.

Anika berjalan mendekat, kemudian dia duduk di sebelah Baskara. Tepuk tangan riuh menggema di seluruh ruangan. Terlebih saat Nachel masuk paling pertama setelah pembawa acara selesai membuka acara.

"Look at Nachel, Anika," Baskara berdecak kagum. "She's always look awesome, everyday."

Anika mengangguk dengan perasaan yang sangat rapuh. "Kak Baskara pasti sayang banget sama Kak Nachel."

Kemudian Baskara menoleh ke arah Anika. "Dan gue akan putusin Nachel malam ini."

Anika melebarkan matanya saking begitu terkejut mendengar pernyataan Baskara. Dia ingin bicara untuk mempertanyakan apa maksud Baskara bicara begitu, tapi Baskara terlalu sibuk untuk bertepuk tangan dan bersiul ketika Nachel kembali masuk dengan pakaian yang berbeda.

Ada apa sebenarnya dengan Baskara malam ini? Anika hanya bisa berdoa dalam hati agar apa yang Baskara katakan hanyalah sebuah candaan belaka. Karena tidak mungkin Baskara memutuskan hubungan dengan gadis hampir sempurna seperti Nachel.

Tidak mungkin.

***

CHOICE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang