"Daripada buang uang gini, harusnya gue bisa pulang ke rumah untuk ganti baju, Vis," keluh Anika saat Jarvis memaksanya untuk membeli baju sebagai pakaian ganti karena Jarvis tidak mau harus memutar arah ke rumah Anika dulu tadi. "Kalo kayak gini, mesti ganti pake apa gue?"
"Gue nggak ada bilang lo harus ganti."
"Tapi, kan—"
"Udah, buru. Film-nya mau mulai sepuluh menit lagi," ujar Jarvis usai melihat jam tangan di lengan kirinya. Dia memang sudah booking tiket via online tadi ketika di parkiran agar tidak memakan waktu untuk membeli tiket nonton langsung dari bioskop.
"Ya udah, tapi nanti bajunya gue balikin aja ya ke lo?" ujar Anika sambi melipat pakaian putih abu-abunya dan kemudian memasukannya ke dalam tas.
"Terserah," Jarvis tidak mau ambil pusing. "Cepet, gue mau bayar."
"Eh, tapi ini udah dipake, Vis?" Anika bingung.
Jarvis menarik tanda harga yang ada di baju dan celana Anika. "Selesai, gue tinggal kasih ini ke kasir," Jarvis juga menarik tanda harga yang berada di baju dan celana yang dikenakannya.
Saat mereka sedang berjalan ke arah kasir, Anika mendengar suara dua orang tertawa. Anika tidak asing dengan salah satu suaranya. Tentu saja Anika menoleh, betapa terkejutnya Anika saat melihat Baskara dan Nachel baru saja masuk di toko baju yang sama dengan yang dikunjunginya oleh Jarvis.
Jadi, Baskara bohong dengannya?
Bukannya Baskara bilang dia akan menemani Nachel pergi untuk casting? Kenapa justru kini Baskara ke toko pakaian bersama Nachel?
Anika terdiam memandangi Baskara dan Nachel yang sudah beranjak ke sisi lain untuk memilah-milih pakaian. Hati Anika benar-benar sakit melihatnya. Anika tidak pernah tahu kalau dibohongi rasanya akan sesakit ini.
Mungkin apa yang Meylanie bilang benar, prioritas Baskara masih Nachel. Anika tidak benar-benar berada di list pertama dalam hidup Baskara untuk jadi seseorang yang harus diutamakan.
Jarvis melihat apa yang Anika lihat. Dia sudah membayar pakaian yang dibelinya, kemudian meraih tangan Anika untuk segera keluar dari toko pakaian tersebut.
Saat sudah di luar, Jarvis melirik Anika yang pelupuk matanya sudah mulai digenangi air mata. "Jangan nangis di sini," dia mengusap pelupuk mata Anika buru-buru. "Tahan dulu nangisnya, sebentar, Anika."
Jarvis langsung merangkul Anika dan berjalan secepat mungkin untuk menuju ke dalam bioskop kemudian masuk ke dalam teater yang memang sudah dibuka. Anika tidak bicara apa-apa selama berjalan, tapi Jarvis tahu hati gadis itu sedang hancur sekarang.
Saat di dalam teater, Anika mengambil ponselnya kemudian lekas mengirimi chat kepada Baskara.
Anika Pratiwi: bas, km jd nemenin Nachel casting?
Lima menit kemudian, Baskara membalasnya.
Baskara Alfian: jadi, An, kenapa?
Anika Pratiwi: km udh ada di sana?
Baskara Alfian: ya, An, udah. Kamu tumben nanya-nanya gini. Masih kesel sama aku karena aku tunda janji kita hari ini? Sekali lagi aku minta maaf, Anika.
Anika Pratiwi: ya udah, hati-hati ya, Bas. Love you.
Baskara Alfian: anika kamu tumben sumpah wkwk but, i love you more, An.
Anika meletakan ponselnya di atas tas, kemudian menunduk dan menangis. Baskara baru saja berbohong dengannya, padahal jelas-jelas Anika melihat Baskara ke toko pakaian bersama Nachel.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHOICE [LENGKAP]
Teen FictionHidup adalah sebuah pilihan. Tiap hal selalu saja dihadapi dengan pilihan. Sekalipun itu mengenai cinta. Kadang kala, kita tak bisa memilih untuk bersama orang yang teramat kita cintai bukan karena perasaan itu sudah tidak ada lagi. Tapi karena...