42

299 49 5
                                    

Adrian mulai buka suara mengenai berita yang telah beredar. Tentu saja Adrian mengelak hal itu benar adanya, hingga kini posisi berbalik jadi Nachel yang belum buka suara. Padahal Baskara kini sudah menyiapkan pengacara untuk mendampingi Nachel, tapi Nachel tampak tidak bersemangat untuk melanjutkannya. 

"Chel," sapa Baskara saat baru pulang sekolah. Saat sudah satu bulan tinggal bersama, Baskara sering sekali melihat Nachel melamun, entah apa yang Nachel pikirkan, Nachel tak pernah mengatakannya, Nachel seperti menyembunyikan sesuatu dari Baskara. 

Nachel yang baru saja meminum susu ibu hamil menoleh. "Eh, Bas, udah pulang," ucap Nachel sambil menaruh gelasnya ke wastafel. "Lo nggak ngajak Anika ke sini?"

"Lagi nggak mau ikut dia. Mau main ke rumah Meylanie katanya."

Nachel manggut-manggut, lalu berjalan perlahan keluar dari dapur sambil sesekali mengusap perutnya yang semakin membesar.

Baskara mengikuti langkah kaki Nachel lalu kini duduk di sofa, bersebelahan dengan Nachel. "Perut lo baik-baik aja, 'kan?"

Nachel mengangguk. "Baik, Bas. Kan lo tau kemarin gue baru aja kontrol ke dokter."

"Chel," ucap Baskara dengan nada serius. "Gue tau ada yang lo sembunyiin dari gue. Gini, gue sama lo itu kenal bukan baru kemaren, tapi udah beberapa tahun, Chel. Gue tau kalo lo lagi ada apa-apa, tapi gue nggak tau karena apa, kasih tau gue, Chel, lo itu udah gue anggap kayak kakak gue sendiri. Lo harusnya bisa untuk terbuka sama gue."

Nachel menarik napas panjang, lalu menoleh ke arah Baskara. "Lebih baik lo hubungi pihak Adrian dan meminta bahwa kasus ini selesai sampai di sini aja. Gue nggak mau ngelanjutin lagi, Bas."

"Hah?" Baskara kaget sekali. "Eh, ini tuh buat keadilan lo, buat calon anak lo. Emang lo mau anak lo lahir tanpa kenal siapa ayahnya?"

"Tapi Adrian nggak menginginkan anak ini, Bas, kalo pun nantinya dia mau tanggung jawab, Adrian juga bakalan terpaksa juga nantinya."

"Lo.. Yakin? Terus lo mau besarin anak lo sendirian gitu?" tanya Baskara. 

Dengan berat hati Nachel mengangguk pelan. 

"Lo tau 'kan gue mungkin bisa bantu lo, tapi gue nggak mungkin selamanya bakalan nemenin lo, Chel."

"Gue tau, Bas, lo tenang aja."

"Gimana gue bisa tenang? Lo bakalan jadi ibu di usia muda dan lo bakalan ngurus calon anak lo sendirian. Chel, nggak usah mementingkan ego lo, biarin Adrian terpaksa juga, gimana pun anak yang ada di perut lo adalah anak dia, Chel."

"Gue nggak cinta sama Adrian lagi, Bas. Dan gue yakin Adrian juga sama. Apa menurut lo dua manusia yang nggak saling cinta bisa tinggal bersama sekalipun alasannya karena anak? Nggak, Bas, ujung-ujungnya juga gue bakalan pisah sama Adrian nantinya."

Baskara menarik napas sambil perlahan membuka seragamnya yang menampilkan tubuh Baskara dibalut kaus polos berwarna hitam. "Oke kalo itu keputusan lo dan lo udah sangat yakin akan hal itu, apapun yang jadi pilihan lo, gue akan selalu dukung, Chel.

Nachel tersenyum. "Makasih banyak ya, Bas. Selama ini lo udah baik banget sama gue. Lo selamanya akan jadi sahabat terbaik gue." 

Baskara balas tersenyum lalu mengusap pelan rambut Nachel. "Lo juga selamanya akan jadi sahabat terbaik gue, Chel."

***

Sebenarnya Jarvis sudah mengetahui keberadaan Nachel yang sesuai dugaannya memang berada bersama Baskara. Tapi Jarvis memilih tidak ingin mengusiknya lagi, apa yang Anika katakan benar, Jarvis tidak berhak menjadikan Nachel pelampiasan atas perasaannya yang tidak bisa diterima oleh Anika.

CHOICE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang