23

512 98 5
                                    

"Anika, kamu dimana sekarang?"

"Aku kerja kelompok."

"Nggak sama Meylanie? Aku tadi liat dia di jalan sama cowok."

"Sama Meylanie awalnya, tapi dia pulang duluan karena ada urusan sama pacarnya."

"Terus sekarang kerja kelompok sama siapa?"

"Jarvis."

"Kirim alamatmu sekarang ke aku," nada bicara Baskara terdengar tajam.

"Bas, aku belum selesai-"

"Aku nggak peduli. Cepetan kirim."

Anika menoleh saat Jarvis kini telah kembali dari toilet. Raut wajah Anika terlihat seperti sedang mengalami kebimbangan, haruskah memberitahu Baskara alamat rumah Jarvis atau tidak?

Jarvis yang menyadari Anika seperti hendak mengatakan sesuatu, lekas menghampiri gadis itu. "Apa?"

"Emm.. Vis, alamat lo ini di mana, ya?" tanya Anika ragu.

"Kenapa emang?" tanya Jarvis dengan alis naik sebelah. "Lo baliknya mau naik ojol? Gak usah, biar gue yang anter."

"Bukan, Vis, tapi-"

"An, kirim alamatnya sekarang!" Baskara menggertak dengan begitu kesal. "Kamu dengar nggak sih aku ngomong?!"

"Masih Baskara?" tanya Jarvis, lalu duduk di sebelah Anika.

Anika mengangguk pelan.

"Siniin ponsel lo," Jarvis mengadahkan tangan.

"Buat apa?"

"Katanya dia minta alamat?" Jarvis mendengus, "Biar gue aja yang ngasih tau langsung."

"Ya-yaudah," Anika memberikan ponselnya kepada Jarvis pada akhirnya.

Jarvis langsung memberitahu alamat rumahnya kepada Baskara tanpa banyak basa-basi. Setelahnya, Jarvis langsung mematikan panggilan tanpa mau mendengar kekesalan dan sumpah serapah yang pasti keluar dari mulut Baskara.

"Sekarang lo catet tugasnya. Keburu cowok lo dateng," ujar Jarvis sambil menggeser buku tulisnya agar lebih dekat dengan Anika.

Anika menurut, kemudian lekas menyalin perkerjaan kelompok yang justru dikerjakan oleh Jarvis sendiri. Andai saja Baskara tidak marah-marah dan ingin datang ke sini, Jarvis pasti bisa mengajarinya lebih dulu.

Beberapa saat berselang, suara bel terdengar dari depan diikuti suara panggilan yang terus meneriakan nama Anika. Salah satu asisten rumah tangga Jarvis yang tadinya berada di lantai dua, terlihat lekas menuruni tangga untuk melihat siapa yang membuat gaduh di rumah tuannya.

Melihat itu, Jarvis buru-buru bangkit lalu menahan langkah asisten rumah tangganya. "Nggak usah, biar gue," Jarvis berlalu keluar rumah.

Anika yang kebetulan baru saja menuntaskan perkejaannya buru-buru membereskan alat tulis dan sesegera mungkin beranjak keluar rumah menyusul Jarvis.

Di luar rumah Jarvis, sudah ada Baskara yang sedang cekcok dengan satpam yang menjaga rumah Jarvis. Baskara memaksa masuk, tapi si satpam menghalanginya karena Baskara dinilai akan membuat kegaduhan.

"Dia terus memanggil Anika. Apa Mas Jarvis mengenalinya?" tanya si satpam kepada Jarvis.

Anika lekas menyahut, "Anika itu saya, Pak," kemudian Anika mengalihkan pandangan pada Baskara. "Kamu nggak seharusnya teriak-teriak di depan rumah temenku kayak gini, Bas."

Baskara berdecak, kemudian melirik Jarvis, "Eh, begitu menyedihkannya ya hidup lo yang penuh kekayaan ini sampai lo nggak bisa cari cewek lain yang masih single dan malah deketin Anika yang udah jelas-jelas punya gue?!"

CHOICE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang