"An, dicariin tuh di luar!" celetuk Meylanie yang baru datang dari luar kelas. Tentu saja habis dari kantin, dan kali ini Anika menolak untuk ikut ke sana. Takut bertemu Baskara.
"Sama siapa?" balas Anika malas. Dia masih meletakan kepalanya di atas lipatan tangan dengan tangan yang terus menggulir beranda sosial medianya.
"Baskara."
"Hah?!" itu bukan Anika yang berteriak, itu Putri, teman sekelas Anika yang duduk di belakangnya. Dia langsung berdiri dan melongok ke jendela untuk memastikan ucapan Meylanie bukan sebuah bualan. "Jadi bener Baskara pacaran sama Anika? Anjir, jadi cerita-cerita yang suka ada di novel itu nyata, ya?"
"Yeee, maksud lo apa?" balas Meylanie tampak sewot. "Wajar kali Baskara sama Anika. Mereka cewek sama cowok. Emang kayak gitu seharusnya, lo aja yang aneh."
"Mey, udah ah," Anika malas kalau Meylanie sudah nyolot dengan alasan untuk membelanya itu. "Nggak enak sama yang lain. Malu."
"Gue nggak suka aja nih sama si Putri, sok iye banget ngomong begitu. Gue paham ya arah pembicaraan lo," Meylanie masih kesal. "Lo secantik siapa, Put, udah berani bilang gitu? Gue yang cantik banget aja nggak pernah sok iye kayak lo. Idih!" Meylanie mulai nyinyir.
"Itu lo juga sok iye, bego!" balas Putri jadi kesal juga.
"Gue begini karena lo duluan!" Meylanie melotot.
"Lo aja yang baperan! Orang gue bilang gitu doang, lo aja yang heboh! Anika aja santai!"
"Eh, Putri, gue jambak juga ya lo!" Meylanie hendak mendekati Putri, tapi Anika menahannya buru-buru.
"Mey, gue bilang udah ya udah. Ngerti nggak sih?" Anika menatap Meylanie dengan tajam. "Stop dan kembali ke tempat duduk lo. Gue nggak mau lo ribut gitu cuma mau belain gue. Nggak pa-pa, Mey, Putri nggak salah punya opini begitu."
"Tapi, An-"
"Meylanie Alicia. Please."
"Oke deh oke!" Meylanie mendengus. Dia masih mencuri lirik kepada Putri dengan sinis. "Btw, lo keluar dong, An! Kasian Baskara nungguin di luar. Nanti keburu bel masuk."
Anika menghela napas panjang, lalu beranjak keluar kelas. Sejujurnya Anika masih merasa kalau apa yang Anika lalui dengan Baskara itu hanya mimpi mengingat dirinya yang tidak akan sepadan jika bisa berpacaran dengan Baskara.
Tapi sepertinya Anika tidak bermimpi.
Ini nyata.
Terbukti ketika Anika keluar kelas. Sedang ada Baskara yang berdiri dan sedang mengobrol dengan dua siswi kelas sebelah. Sebetulnya itu hal wajar karena Baskara adalah sosok yang ramah kepada siapapun, tentu saja Baskara akan meladeni siapapun yang mengajaknya bicara.
Anika memilih diam dan membiarkan Baskara selesai bicara dengan dua gadis itu. Sampai dimana, Baskara menoleh ke arahnya. Cowok bermata cokelat itu langsung mengalihkan pandangan dari kedua perempuan yang mengajaknya bicara untuk tersenyum melihat Anika.
"Eh, udah dulu, ya," ujar Baskara, memutuskan obrolan dengan kedua siswi itu. "Gue mau ngomong sama Anika soalnya."
"Jadi, Kak Baskara betulan pacaran sama Anika?" tanya salah satu dari mereka dengan wajah penasaran.
Baskara melirik Anika sebentar, lalu tersenyum. "Semoga. Doain, ya."
Kedua siswi itu langsung berlalu dari hadapan Baskara sambil menatap Anika dengan sangat iri. Bagaimana bisa perempuan buruk rupa bisa membuat seorang Baskara Putra jatuh cinta?
"Hai, An," sapa Baskara agak canggung. Ini pertama kalinya Baskara merasa demikian terhadap perempuan karena ketika membuat kesepakatan dengan Nachel waktu itupun, Baskara tidak sampai segugup ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHOICE [LENGKAP]
Fiksi RemajaHidup adalah sebuah pilihan. Tiap hal selalu saja dihadapi dengan pilihan. Sekalipun itu mengenai cinta. Kadang kala, kita tak bisa memilih untuk bersama orang yang teramat kita cintai bukan karena perasaan itu sudah tidak ada lagi. Tapi karena...