12

687 90 2
                                    

Baskara terus bercerita sampai tidak menyadari kalau nasi gorengnya sudah diletakan di meja kayu sejak sepuluh menit yang lalu.

Anika tidak tahu harus berkomentar apa karena hubungan Nachel dan Baskara masih terlalu sulit untuk Anika cerna. Apalagi perkara masalah keluarga Baskara yang begitu rumit, Anika merasa terlalu jauh sudah mengetahui itu.

"Ki-kita makan dulu aja ya, Bas?" Anika berkata gugup saat melihat Baskara terus saja menatapnya.

Saat hendak meraih sendok, Baskara tiba-tiba meraih tangan Anika. "Aku suka kamu, boleh, Anika?"

"Nggak mungkin," Anika tidak menyangka akan hal itu. "Saya jelek, jauh banget dari Nachel. Mungkin kamu lagi ngantuk, Bas, mending kita cepat makan karena saya pingin cepat pulang. Takut ibu nungguin."

"Aku serius, Anika, and stop saying you're ugly like that. I don't feel like that. Kalau dari awal aku merasa terganggu seperti yang kamu bilang karena kamu jelek, aku nggak akan ajak kamu ke sini, An," Baskara mengenggam tangan Anika. "Dan aku nggak akan melibatkan kamu sejauh ini. Kamu tadi denger kan aku bilang apa? Hidup itu pilihan, dan aku punya hak untuk menentukan pilihanku. Aku memilih kamu, Anika, aku nggak lagi ngantuk. Aku bicara ini dalam keadaan sadar."

Anika menunduk. "Saya merasa nggak pantes."

"Jangan lagi ngomong sama aku pake 'saya', Anika. Aku mau kita deket dan nggak lagi ada pembatas antara kita dengan kata 'saya' itu," tegas Baskara.

Anika berusaha meyakini kalau ini mimpi. Tapi genggaman hangat Baskara membuat Anika yakin kalau dirinya sedang tak lagi mengunjungi bunga tidur.

Anika mengangkat kepala. Dia tidak pernah merasa dicintai oleh lelaki karena wajahnya yang tidak cantik serta bentuk tubuhnya. Tapi Baskara, cowok itu membuat harapan yang selama ini pupus dari hati Anika kembali muncul.

"Sa-saya belum bisa percaya semua ini, kak. Semuanya terlalu mendadak."

"Aku tau ini terlalu mendadak karena aku juga baru putus dari Nachel. Tapi aku jatuh cinta, An, sama kamu. Dan nggak ada waktu yang lebih baik aku untuk bilang ini selain secepat mungkin seperti hari ini," ujar Baskara. "Aku nggak mau kamu terlanjur sama yang lain nantinya."

Anika mengalihkan pandangan. Dia bisa melihat ketulusan dari mata Baskara. Tapi sekali lagi rasanya sulit mempercayai ini.

"Kamu cuma mau aku gantiin Nachel karena dia udah punya pacar sekarang?" tanya Anika.

"Nggak, An," Baskara menggeleng. "Kamu nggak akan menggantikan peran siapapun. Nachel dan kamu punya posisi yang berbeda. Tentu kamu lebih unggul karena aku bisa cinta sama kamu, sedangkan ke Nachel, nggak, aku nggak bisa."

"Bas—"

"An, kamu nggak percaya kalau aku cinta sama kamu?" Baskara mengabaikan nasi goreng yang mulai dingin karena meyakinkan Anika jauh lebih penting. "Aku nggak pernah bisa untuk cium Nachel selama aku sama dia pacaran. Tapi sekarang, saat sama kamu, aku bener-bener mau cium kamu, An. Tapi nggak mungkin aku lakuin itu di sini untuk membuktikan perasaanku ke kamu kan, An?"

Anika tiba-tiba berdiri. "Aku mau pulang sekarang, Bas," dia tidak bisa menjawab kalimat demi kalimat yang Baskara sampaikan sekarang juga. "Kalau kamu belum mau pulang, silakan, aku bisa pulang sendiri."

CHOICE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang