EXTRA PART. (LAST)

406 43 24
                                    

Nachel menatap pantulan dirinya di depan cermin. Malam ini, dia mengenakan sebuah gaun berwarna biru muda selutut dengan tali yang berada di kedua bahunya, memamerkan tulang selangkanya yang indah. Tentu saja Nachel mengenakan pakaian yang bagus karena beberapa saat lagi, Nachel akan makan malam dengan Jarvis.

Sepanjang dirinya memoles make up ke permukaan wajahnya, Nachel selalu saja tersenyum. Dia merasa begitu bahagia akhirnya bisa bertemu dengan Jarvis lagi, bahkan ternyata lelaki itu juga turut merindukannya.

Ketika susah rapi, Nachel menatap pantulan dirinya sekali lagi melalui cermin di kamar. Saat dirasa penampilannya sudah sempurna, Nachel lekas meraih sepatu hak yang telah disiapkan olehnya sendiri sejak tadi sore. Nachel juga mengambil tas mahalnya yang diletakan di atas meja, lalu keluar dari kamar.

Tadi Jarvis sudah meneleponnya dan mengatakan kalau lelaki itu akan datang ke apartment untuk menjemputnya. Maka dari itu, kini Nachel melangkah dengan anggun menuju lobi karena Jarvis akan menunggunya di sana.

Saat Nachel baru saja keluar dari lift, dia sudah melihat Jarvis sedang duduk di bangku yang berada di lobi. Melihat itu, tentu saja Nachel tersenyum lebar. Dari jarak sejauh ini saja Jarvis terlihat sangat menawan. Lelaki itu mengenakan jas berwarna biru yang cukup senada dengan gaunnya malam ini. Nachel merasa dirinya akan sangat cocok jika bersanding dengan Jarvis nanti.

Jarvis kebetulan sedang mengalihkan pandangan dari ponsel, dia melihat Nachel yang sedang berjalan ke arahnya. Tentu saja Jarvis langsung berdiri untuk menyambut Nachel dengan senyuman. Gadis itu tidak pernah tidak cantik di matanya. Bahkan sejak pertama kali mereka bertemu waktu bertahun-tahun yang lalu.

"Kenapa ngeliatinnya gitu banget, sih? Ada yang salah, ya?" Nachel memperhatikan gaun mahalnya dengan saksama. Tidak ada yang salah dari itu. Kemudian, Nachel membuka tasnya untuk mengambil kaca dari sana. Dia juga melihat bahwa riasan wajahnya baik-baik saja. "Gue cantik kok. Kenapa lo ngeliatnya kayak aneh gitu sih, Vis?" Nachel mengeluh jengkel. Dia percaya diri kalau dirinya memang cantik. Namun, kalau Jarvis berkata sebaliknya, mungkin Nachel akan langsung down.

Jarvis mengangguk kalem, lalu memajukan kepalanya untuk bicara di depan telinga Nachel. "Itu alasan kenapa gue melihat lo sampai segitunya. Karena gue sangat mengagumi lo, Nachelda."

Nachel mengulum senyum, merasa sangat tersipu Jarvis memujinya seperti itu. Padahal biasanya Nachel tak pernah peduli dengan pujian apapun yang orang-orang layangkan kepadanya. Namun, jika Jarvis, itu akan lain urusannya.

"Ya udah, yuk." Jarvis meraih tangan Nachel. Menggenggamnya dengan erat, seakan Jarvis tak mau melepaskan perempuan ini lagi sampai kapanpun.

Jarvis dan Nachel masuk ke dalam mobil. Tidak butuh waktu lama, Jarvis mengemudi dengan segera mobilnya untuk keluar dari apartment yang Nachel tempati.

"Gue sampai lupa," Ujar Jarvis sambil melirik Nachel sekilas. "How are you? Di waktu pertama kita ketemu lagi kemarin, gue belum sempat menanyakan kabar lo."

Nachel tertawa pelan. "Iyalah lo kelupaan nanya kabar gue. Lo udah kebelet buat cium bibir gue yang seksi ini."

Jarvis melebarkan mata, tidak menyangka bahwa Nachel akan mengatakan kalimat yang begitu frontal. "Lo perempuan, Chel, kenapa lo bicara vulgar kayak gitu, sih?"

"Vulgar apanya, sih?" Nachel memutar bola mata. "Gue cuma ngomong apa adanya. Lo kan yang cium gue duluan kemarin?"

Jarvis mendengus pelan. "Tapi gue cium lo bukan karena bibir lo seksi. Lagian, siapa yang bilang bibir lo seksi?"

"Terus karena apa?" Nachel menoleh dengan mata melotot. "Tuan Jarvis Adelio yang terhormat, semua orang yang melihat gue, pasti bakalan berpendapat hal yang sama kalau bibir gue seksi. Jadi, lo pasti bohong kalau lo bilang bibir gue nggak seksi!"

CHOICE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang