Seminggu berlalu.
Pada hari minggu, lelaki berusia tiga puluh tujuh tahun bernama Fadil yang merupakan orang kepercayaan keluarga Jarvis datang membawa berkas-berkas berisikan informasi yang Jarvis butuhkan mengenai Nachel.
Fadil sudah kurang lebih sepuluh tahun berkerja dengan keluarga Jarvis. Tentu keluarga Jarvis yang kaya raya dan begitu terpandang itu membutuhkan orang seperti Fadil karena banyak sekali di luar sana oknum yang ingin menjatuhkan mereka. Untuk itu, jika ada oknum yang berencana seperti itu bahkan memang sudah membuat berita yang tidak benar tentang keluarga Jarvis, tentu saja Fadil turun tangan untuk mengorek semua informasi pihak lawan sehingga keluarga Jarvis punya senjata jitu untuk balik menjatuhkan musuhnya.
Jarvis yang telah menunggunya lekas membuka berkas tersebut, sedangkan Fadil duduk manis di hadapan Tuan Mudanya sambil menyesap kopi hitam yang baru saja disediakan oleh salah satu asisten rumah tangga di rumah Jarvis.
"Nachelda Shendrina," gumam Jarvis sambil membaca-baca info mengenai gadis tersebut, lalu melirik Fadil kemudian. "Dia lumayan terkenal, ya?"
Fadil mengangguk, "Sebenarnya yang saya tau, Nachelda sudah hampir mau masuk ke dalam industri film karena ada beberapa sutradara yang melirik beliau. Tapi sebelum buat kontrak apapun, Nachel tiba-tiba menghilang dari dunia model yang kurang lebih empat tahun ini digelutinya, sekitar sebulan belakangan ini. Nachel bahkan membatalkan kontraknya dengan beberapa brand yang sudah menggandeng Nachel sebagai bintang iklan untuk mempromosikan produk mereka dan menjadi brand ambassador mereka."
Jarvis manggut-manggut. Sudah pasti hal ini ada kaitannya dengan Nachel yang sedang hamil. Jarvis menaruh berkas yang Fadil berikan saat sudah selesai membacanya, lalu menyesap kopi susunya sejenak. "Soal Baskara?"
"Nggak begitu banyak info soal Baskara. Informasinya pun masih rancu. Ada yang mengatakan mereka dekat karena pernah terikat hubungan sebelumnya, tapi ada yang berkata juga bahwa mereka hanya sekadar saudara. Maaf, Mas Jarvis, perkara Baskara biar saya cari tahu lagi nanti," ucap Fadil.
"Kalaupun Nachel dan Baskara pernah ada hubungan, harusnya hubungan mereka memang sudah selesai sejak lama, 'kan?" tanya Jarvis karena mengingat Baskara sudah berpacaran dengan Anika.
Fadil mengangguk. "Nachel memang diberitakan sedang menjalin hubungan dengan lelaki bernama Adrian Pangestu, seorang direktur dari sebuah brand yang cukup terkenal. Tapi dari yang saya selidiki, mereka sepertinya sedang renggang, entah ada masalah atau memang hubungannya sejak awal hanya gimmick untuk meningkatkan penjualan produk."
"Menurut lo, mungkin nggak kalau Adrian memang berniat membuat gimmick tanpa mengajak Nachel untuk berunding terlebih dahulu sebelumnya alias, Nachel menganggap Adrian benar-benar menyukainya, dan Nachel juga menyukai Adrian betulan?" tanya Jarvis dengan raut wajah serius.
Fadil menggaruk belakang telinganya, dia agak bingung untuk menjawab pertanyaan itu. "Mas Jarvis bertanya mengenai pendapat saya?"
"Mmm."
"Saya biasanya hanya mengatakan yang berdasarkan fakta dan data yang saya selidiki, Mas Jarvis, jika ini perkara opini, saya bingung harus menjawab bagaimana," ungkap Fadil jujur.
Jarvis menghela napas. "Ya udah, kalo gitu lo boleh balik. Komisi untuk lo bakalan gue transfer."
"Mas Jarvis yang membayar saya? Bukan Tuan atau Nyonya?" tanya Fadil.
"Gue yang nyuruh lo melakukan pekerjaan ini, bukan Mama ataupun Papa, jadi udah sepantasnya gue secara pribadi yang bakalan bayar lo," ucap Jarvis.
"Baik Mas Jarvis," Fadil mengangguk pada akhirnya. "Nanti kalau ada keperluan lain, lekas hubungi saya. Kalau gitu, saya permisi, Mas. Terima kasih atas kopi hitamnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
CHOICE [LENGKAP]
Fiksi RemajaHidup adalah sebuah pilihan. Tiap hal selalu saja dihadapi dengan pilihan. Sekalipun itu mengenai cinta. Kadang kala, kita tak bisa memilih untuk bersama orang yang teramat kita cintai bukan karena perasaan itu sudah tidak ada lagi. Tapi karena...