11

771 87 1
                                    

Flashback enam tahun yang lalu.

Baskara adalah anak tunggal dari kedua pasangan yang sama-sama kaya raya. Ibunya Baskara adalah seorang pengusaha kuliner yang sukses dan sudah membangun cabang di sekitar JABODETABEK sedangkan Ayah Baskara mengelola perusahaan milik mendiang kakeknya.

Keluarga Baskara begitu harmonis meskipun Ibunya memang tidak terlalu memperhatikan Baskara dan lebih sibuk berada di luar rumah untuk urusan bisnis kuliner, bahkan jika ada waktu liburpun, Ibu Baskara masih jarang berada di rumah karena berkumpul dengan teman-temannya.

Tapi Baskara tidak merasa kehilangan kasih sayang karena dia masih memiliki ayah yang begitu menyayangi Baskara serta memberi perhatian penuh.

Baskara tahu Ayah begitu menyayangi Ibu meski Ayah tidak pernah terlihat untuk mengungkapkan itu karena Ayah tidak pernah egois untuk menahan Ibu tetap tinggal di rumah dan menghabiskan waktu dengan keluarga karena Ayah tahu, kesenangan Ibu ada di luar rumah dan Ayah tidak melarang itu untuk mencegah keributan.

Sampai dimana Ibu ternyata ketahuan selingkuh dengan pria yang menjadi patner bisnisnya. Ayah mungkin lelaki yang pengecut, Baskara menganggapnya begitu ketika Ayah tidak sama sekali menahan kepergian Ibu. Tapi Baskara lambat laun menyadari kalau ternyata justru itu tindakan yang harusnya laki-laki sejati lakukan untuk membiarkan wanitanya memilih pilihannya.

Ayah terlihat menerima keputusan ibu meski sebenarnya hati Ayah terluka di dalamnya. Baskara yang masih baru masuk SMP tidak tahu harus berbuat apa untuk membuat sembuh hati Ayahnya. Sampai dimana mimpi buruk Baskara datang ketika pada suatu pagi Baskara terbangun dan melihat ayahnya dalam kondisi mulut berbusa dan sudah tak bernyawa. Ternyata selama ini Ayahnya mengonsumsi obat penenang dalam dosis tinggi sehingga kini terjadi overdosis. Baskara marah, Baskara begitu marah. Dia yang biasanya tidak pernah berkomentar dengan sikap Ibunya, kini mulai berani angkat bicara.

"Kalau ada yang harus disalahkan atas kematian ayah, maka ibu adalah orang itu," Baskara menemui Ibunya yang sedang makan di salah satu restoran miliknya sendiri bersama selingkuhannya.

"Baskara, kamu ngomong apa sih, nak?" Ibunya masih terlihat begitu tenang. "Duduk sini, makan bareng sama ibu dan calon ayah baru kamu. Oh iya, nanti kita pindah rumah ya, nak, setelah ibu menikah dengan Om Rudi."

"Aku punya pilihan," Baskara menggeleng tegas. "Aku mau tinggal sendiri."

"Oh, ya?" Ibu Baskara tampak meledek anaknya yang masih SMP itu. "Tapi Bi Eros, Ibu ajak tinggal sama ibu nanti. Kamu yakin bisa sendiri?"

"Aku akan tinggal di apartmen punya kakek," balas Baskara dingin. "Semoga Ibu bahagia sama pilihan ibu."

"Oke kalau itu keputusan kamu. Nggak usah khawatir ya, Bas, ibu akan selalu tranfser uang ke rekening kamu nanti tiap bulannya. Oh iya, warisan peninggalan ayah kamu, semuanya kamu yang ambil. Ibu nggak perlu," ujar Ibunya, begitu angkuh. "Iya, kamu tenang aja, Ibu pasti bahagia sama pilihan ibu. Hidup itu memang soal memilih, Baskara. Terserah kamu menyalahkan Ibu atas kematian ayahmu. Tapi itu pilihan ayahmu untuk mengakhiri hidupnya, Ibu tidak ikut andil di dalamnya."

Baskara mengangguk. "Baskara pergi dulu," pamit Baskara lalu perlu dari hadapan ibunya tanpa sedikitpun melirik selingkuhan ibunya.

Baskara mungkin marah dengan Ibunya, tapi tidak untuk membencinya. Bagaimanapun, Baskara pernah dipinjami rahim kemudian bisa melihat dunia berkat usaha keras Ibunya melahirkan dirinya di rumah sakit. Akan sangat tidak tahu diri jika Baskara membenci Ibunya setelah ribuan kebaikan lain yang Ibunya berikan.

CHOICE [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang