—CHOICE—




Untuk visual Anika, kalian bisa bayangin sendiri sesuai ciri-ciri yang gua jelaskan di cerita ya.Happy reading! I hope you guys like it this story!
***
Anika berlari cepat menuju sekolahnya karena ternyata dia bangun kesiangan. Kebetulan sekolahnya tidak terlalu jauh dari rumahnya, tapi karena sekarang sudah pukul tujuh dan sekolah sudah dimulai pukul tujuh juga, maka sudah dipastikan Anika akan telat pagi ini.
Benar saja. Ketika Anika datang, pagar sudah ditutup. Sekarang hari senin, at least hari berlangsungnya upacara untuk itu Anika tidak bisa mengikuti upacara, lalu terpaksa harus menunggu di luar sekolah hingga upacara selesai dan gerbang sekolah kembali dibuka. Itu sudah peraturan di SMA tempat Anika bersekolah.
Ini pertama kalinya Anika telat karena rumahnya yang tidak begitu jauh dari sekolah dan Anika bisa pergi dengan berjalan kaki adalah alasan paling utama Anika seharusnya tidak datang terlambat. Tapi karena tadi malam Anika asik menonton film menggunakan paketan malam di ponselnya yang akan hangus jika tidak dipakai malam itu juga, Anika jadi terlambat bangun.
Ayah Anika sudah berangkat untuk berkerja di suatu pabrik swasta dan ternyata ibu Anika yang berstatus ibu rumah tangga itu juga kesiangan bangun karena lupa menyalakan alarm.
Anika melongok ke dalam sekolah karena suara orang-orang sedang bernyanyi Indonesia Raya mulai terdengar, sejujurnya Anika merasa panik karena jika telat dan tidak ikut upacara pada hari senin, hukumannya akan disuruh berjalan jongkok di depan para peserta upacara. Anika pasti akan malu sekali. Ditambah lagi Anika memang kurang percaya diri karena tubuhnya yang agak bongsor dan di wajahnya ditumbuhi beberapa jerawat, Anika tidak bisa membayangkan akan semalu apa dia nanti.
"Apa? Pagi-pagi udah nelpon, nggak ada aktivitas lain?"
"Masih aja itu yang dibahas? Astaga. Aku sekarang telat karena kamu semalaman nelponin aku cuma buat nanyain hal nggak penting."
"Terserah. Males banget aku sepagi ini udah mesti ribut, Chel."
Anika menoleh saat mendengar suara kesal laki-laki dari sebelahnya. Ada cowok bertubuh tinggi dengan rambut agak ikal yang wajahnya tampak kusut sekali.
Sebelumnya, Anika tidak pernah berdekatan dengan laki-laki apalagi jaraknya sedekat ini dengan laki-laki di sebelahnya yang sepertinya adalah kakak kelas Anika. Tentu saja, jangankan berdekatan dengan laki-laki, punya teman perempuan saja Anika bisa menghitungnya dengan jari.
"Lo kenapa ngeliatin gue?"
Anika tersentak kaget saat laki-laki di sebelahnya itu tiba-tiba menegur Anika. Langsung saja Anika buru-buru menggelengkan kepalanya. "Eng.. Nggak kok, nggak ngeliatin."
"Jelas-jelas lo sekarang lagi ngeliat ke arah gue."
"Ta-tapi nggak ngeliatin, kan ke-keliatan," jawab Anika gugup karena ternyata mata laki-laki jangkung di sebelahnya berwarna cokelat pekat, matanya begitu bagus, entah pikiran dari mata Anika menyukai mata lelaki itu.
"Lo anak baru?"
Anika menggeleng. Kini dia tidak berani melihat wajah lelaki bermata cokelat itu. "Nggak, kelas sepuluh."
![](https://img.wattpad.com/cover/218391390-288-k550279.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOICE [LENGKAP]
Teen FictionHidup adalah sebuah pilihan. Tiap hal selalu saja dihadapi dengan pilihan. Sekalipun itu mengenai cinta. Kadang kala, kita tak bisa memilih untuk bersama orang yang teramat kita cintai bukan karena perasaan itu sudah tidak ada lagi. Tapi karena...