"Jadi, gue ketinggalan apa aja nih?" tanya Meylanie saat baru saja kembali dari kantin. Tadi kebetulan Anika mau ikut dengannya, dan Baskara ternyata menyapa Anika. Tentu saja itu jadi tanda tanya besar untuk Meylanie. "Lo, udah kenalan sama Baskara?"
Anika menghela napas. "Harus ya lo bahas? Makan aja deh batagor lo, Mey, gue juga mau makan soalnya."
Meylanie duduk di hadapan Anika, dia memakan batagornya. "Nih, gue makan. Sekarang lo jawab dong pertanyaan gue."
"Udah kayak guru aja suka ngasih pertanyaan," ujar Anika malas, terkesan tidak ingin membagi.
"Anika Pratiwi.. Gue serius tau!"
"Mey, please—"
"Nggak! Lo harus jawab!" desak Meylanie. "Masa perasaan lo sekarang udah ada kemajuan, nggak mau cerita sama gue?"
Anika melirik Meylanie. "Sejak kapan sih gue bilang gue naksir Kak Baskara?"
"Seorang sahabat nggak perlu nanya sama sahabatnya tentang apa yang dia rasain. Dari cara lo natap Kak Bas aja udah jadi bukti, An, gue udah tau lama sejak kita ke lapangan waktu itu," ujar Meylanie. "Gue sih tadinya diem aja karena nungguin lo yang cerita sama gue. Tapi gue lupa, orang kayak Anika mana mau curhat. Gue bener, nggak?"
"Itu tau," balas Anika cuek.
"An... Tapi gue penasaran ih," Meylanie menatap Anika dengan tatapan memelas.
Anika menarik napas panjang. "Iya."
"TUH KAN BENER!"
"Mey, shut up," peringat Anika. "Gue nggak mau nanti ada orang yang sampe denger kalo orang jelek kayak gue naksir sama cowok seganteng Kak Baskara. Bisa diketawain satu kelas, bahkan semesta kalo bisa ketawa, dia juga bakal ngakak Mey."
"Eh, nggak boleh ngomong gitu ah," Meylanie menggelengkan kepalanya. Tidak senang dengan ucapan Anika barusan. "Emangnya kalau suka sama orang harus selalu mengukur diri kita sendiri sama orang yang kita suka, An? Nggak gitu, lagi. Konsep jatuh cinta ya pake hati dan perasaan, kalau muka lo nggak cantik, Kak Baskara bisa lagi jatuh cinta sama lo dari hal lain. Dia belum tau aja Anika ini jago banget main bass, lo tuh keren, An, seriusan deh. Stop saying bullshit to me. Gue jujur anjir."
"Oke, thanks pujiannya. Gue sangat tidak tersanjung," ujar Anika cuek, dia mengunyah bekal makanannya sejenak. "Mey, ini bukan perkara perasaan gue aja. Nggak adil dan egois rasanya kalo gue mikirin gue doang. Kak Baskara punya pacar, itu point utamanya. Dan point yang kedua, kalaupun dia nggak punya pacar, cewek kayak gue nggak akan masuk list kriteria cewek yang dia mau."
"Ya ya ya. Ini tuh cuma perkara lo yang nggak percaya diri, An," Meylanie memutar bola matanya. "Kalo ada obat insecure, gue beliin segudang buat lo. Asli. Gereget banget gue."
Anika mengangkat bahu. "Kalo ada obat buat bikin gue cantik terus langsing, gue beli sekontener, Mey, cumakan nggak mungkin, gue nggak punya duit juga sih."
Meylanie memutar bola matanya. "Ini kita jadi muter-muter kan, gue tadi awal nanya apaan juga."
Anika menenggak minumnya sejenak, kemudian melirik Meylanie. "Gue kasih tau, tapi kalo teriak kayak tadi, lo gue blokir dari pertemanan, Mey."

KAMU SEDANG MEMBACA
CHOICE [LENGKAP]
Roman pour AdolescentsHidup adalah sebuah pilihan. Tiap hal selalu saja dihadapi dengan pilihan. Sekalipun itu mengenai cinta. Kadang kala, kita tak bisa memilih untuk bersama orang yang teramat kita cintai bukan karena perasaan itu sudah tidak ada lagi. Tapi karena...