Chapter 41| 🦩

445 43 37
                                    

Sebuah nafas tersengal sengal kini dapat terdengar keras dikesunyian tempat paling atas pada sebuah gedung rumah sakit.

Tangan kanan nya masih sedikit gemetar setelah berhasil menjinakkan bom yang tak jauh dari tempatnya.

Rasanya tenaga yang ada didalam dirinya telah terkuras habis. Bahkan ia sudah tak sanggup lagi berdiri dari tempat nya, untuk hanya sekedar beranjak dari tempat itu.

BRAK !

"Hei nak ! kau baik baik saja?" tanya beberapa pria yang memakai pakaian polisi dengan beberapa atribut.

Manik Woojin langsung beralih pada polisi yang datang itu sambil menyunggingkan senyumannya terpaksa.

"Kau lumayan juga," ucap salah satu polisi disana, sambil menepuk bahu Woojin.

Woojin tak dapat mengatakan apa apa, ia hanya mengendikkan bahunya pelan.

"Pak ini bomnya, dan terimakasih sudah mengarahkan saya dan mengizinkan saya mengambil tindakan sebelumnya," ujar Woojin pada beberapa polisi tersebut.

Beberapa polisi tersebut menganggukan kepalanya, dan mengamankan bom yang dimaksud oleh Woojin.

Setelah nya, polisi yang hadir tersebut berpamitan dengan Woojin, sekaligus mengatakan padanya jika ada datanya yang nanti nya memerlukan bantuannya, maka Woojin harus bersedia datang ke kepolisian, dan tentu saja Woojin mengiyakannya.

Beberapa polisi yang sempat datang kini sudah mengambil bomnya dan juga meninggalkan dirinya yang masih shock, dan lemah.

Namun deru nafas Woojin kini sudah jauh  lebih stabil dibandingkan sebelumnya.

Dengan menghirup nafas panjang, Woojin berusaha bangun dari tempat nya, dan berdiri tegak.

Kaki kaki nya masih tampak lemah. Secara perlahan langkah demi langkah Woojin berhasil melewati tangga menuju rooftoop dan menaiki lift menuju lantai dimana Jihoon berada. Ia tak ingin terlalu lama meninggalkan Jihoon-nya.

Sudah cukup bagi Woojin meninggalkan Jihoon hampir dua setengah jam yang dimana ia mengatakan pada Jihoon hanya akan meninggalkan nya selama setengah jam saja.

Woojin yang semakin sadar meninggalkan Jihoon terlalu lama, akhirnya mempercepat langkahnya dengan hati yang berdegup cepat. Entahlah Woojin tiba tiba saja takut jika Jihoon dalam keadaan tak baik, atau melakukan hal konyol karena dirinya meninggalkan Jihoon tidak sesuai janjinya.

Ceklek

"Hoonie !" pekik Woojin keras dengan langkah nya yang langsung mendekat ke arah Jihoon yang masih terduduk pada posisi nya, dengan tangannya sibuk menutup wajah nya, belom lagi dengan dua bodyguard yang Woojin kira akan berada di luar ruangan Jihoon justru sedang berada di dekat Jihoon.

Tanpa menatap wajah Jihoon yang tertutup tangannya itu, Woojin langsung menarik Jihoon lembut mendekap kearah nya.

Sungguh perasaan Woojin sangat lah campur aduk, ia takut akan kehilangan Jihoon kesayangannya itu.

Jantung Woojin yang semula berdegup cepat karena takut ada sesuatu yang terjadi pada Jihoon, kini mulai berdetak teratur setelah merasa yakin bahwa Jihoon benar benar dalam baik baik saja.

"Wo...-Woojinie akhirnya kembali ... hiks ... kukira Woojinie akan meninggalkan ku lagi,Woojinie pembohong ... hiks ... ini sudah lebih dari dua jam," rengek Jihoon dalam dekapan Woojin.

Seketika Woojin membeku.

Ia tak tahu jika Jihoon sedang menangis karenanya.

"Maaf ... maafkan aku," ujar Woojin merasa bersalah pada Jihoon sambil mengusap punggung Jihoon lembut.

CRYPT [2PARK][END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang