Chapter 42| 🐫

403 35 29
                                    

Berbeda dengan Woojin yang langsung menghampiri Jihoon tidak peduli dengan kaki kakinya yang sebelumnya terasa lemah, dan sedikit gemetar karena kejadian tak terduga yang hampir mempertaruhkan nyawanya sendiri, sekaligus satu rumah sakit.

Kini pemuda yang tak jauh berbeda dengan Woojin yang melakukan hal menegangkan sebelumnya tampak menyenderkan tubuhnya pada dinding tembok yang berada tak jauh darinya.

Nafasnya tampak sedikit tersengal, dengan tubuhnya yang terasa lemah setelah melakukan hal yang berpacu dengan jiwanya itu.

"dad, aku berhasil," ujar pemuda itu pada handsfree yang nyatanya masih tersambung pada seseorang yang memang ia hubungi sebelumnya untuk memberikan instruksinya.

Sebuah helaan nafas panjang terdengar jelas di telinga pemuda itu.

Tak lama suara berat paruh baya itu tampak terdengar kembali bersuara menanyakan mengenai keadaan pemuda itu.

Dengan susah payah pemuda itu mengeluarkan suara nya yang seakan tercekat di tenggorokkannya.

"Aku baik baik saja, hanya saja tubuh ku seakan terasa berat, dan tanganku sedikit gemetar dad," ujar pemuda itu.

"Kau tunggu disana, Dad sudah menghubungiku orangku untuk menemui mu, setelah ini periksakan kondisimu di rumah sakit itu, dad sudah mengutus salah satu orangku untuk menemani mu dalam pemeriksaan Niel,"

Baru saja Daniel hendak menolak apa yang dikatakan ayahnya, dengan cepat Tuan Kang menyelak mengatakan pada Daniel, bahwa apa yang ia katakan tak boleh ada penolakan.

Mau tak mau Daniel hanya dapat pasrah dengan perkataan ayahnya itu.

"Kau menyebalkan dad," cicit Daniel pelan, yang dibalas kekehan dari seberang telefonnya itu.

Tak berapa lama suara hentakan kaki beberapa orang tampak mendekat kearahnya.

"Yak !! Kang Daniel ! Tak bisakah kau menghubungi ku dan tidak melakukan hal konyol yang membuat kepalaku bisa saja pecah, atau jantung ku copot karena ulahmu!!"

Deg

'Mengapa aku seperti mengenal suaranya??' benak Daniel dengan manik nya yang mulai mengedarkan pada sumber suara.

"Hyung?" lirih Daniel pelan, dengan maniknya yang ia kerjapkan beberapa kali.

Sesaat Daniel membeku seolah memikirkan apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Bukankah ia tak pernah memberitahu kakak nya mengenai hal yang ia lakukan sekarang, sekaligus ia meminta sang ayah untuk tak memberitahukan kakak nya itu ?

Lalu mengapa sekarang kakak nya yang justru berlari kencang kearahnya, dengan raut wajah nya yang tak kalah berantakan darinya.

Tunggu .....

'Dad?'

Belum sempat Daniel mengutarakan atas praduga dalang yang memberitahukan kabar mengenai dirinya. Suara dari seberang telefon tiba tiba kembali bersuara.

"Oh ... orangku sudah datang?"

Ok, sekarang Daniel boleh sedikit mengumpat bukan?

Bukankah dia dengan sangat jelas untuk tidak memberitahu kakak satu satunya itu?

Tuk

"Bocah nakal, mengapa tak memberitahu pada hyung? Kau sudah tak waras kah menjinakkan bom ini sendiri? Untung dad membantumu," ujar Sungwoon seenak jidat nya setelah menjitak kecil kepala sang adik.

Daniel tampak mengusap usap kepalanya yang sebelumnya dijitak oleh kakaknya itu.

Oh ayolah, mengapa ia dijitak di depan anak buah kakak nya yang terdiri dari tiga orang lainnya?

Sungguh ia malu.

"Hyung ...,"

"Wae?"

"Kau menjatuhkan martabatku didepan anak buahmu," rajuk Daniel pelan sambil sedikit melipatkan tangannya.

Sungwoon tak peduli. Bagaimana pun hal yang ia lakukan itu hanya sekedar menutupi degup jantungnya yang sebelumnya berpacu cepat, dikarenakan ia khawatir dengan adiknya, agar tidak di ketahui oleh adiknya semata.

Setelah memerintahkan sang anak buah untuk mengurusi bom yang sebelumnya disebelah Daniel, barulah Sungwoon mengangkat tubuh Daniel yang sebenarnya lebih besar dari tubuhnya sendiri.

Kaki kaki Daniel masih sedikit lemas sejujurnya. Hanya saja Daniel yang bisa dibilang gengsi, tentu saja tak menunjukkan nya pada Sungwoon.

Sungwoon yang sedari tadi memerhatikan handsfree di telinga Daniel, langsung saja ia ambil salah satunya dan mengatakan Terimakasih pada orang yang berada di seberang telefon.

Ia tahu bahwa ayahnya masih menghubungi Daniel.

"Dad, bisa tenang sekarang, setelah ini aku yang akan mengurusi bocah ini," ujar Sungwoon santai, sedangkan Daniel justru berdecak kesal dan memutarkan manisnya malas.

Ia tak pernah tahu bahwa ayah nya dan kakaknya itu malah bekerja sama tanpa sepengetahuan dirinya.

"Aku akan memastikan tubuhmu terlebih dahulu disini," ujar Sungwoon tegas sambil membopong tubuh Daniel.

'Hah ~~'

***

Setelah Jihoon dan Woojin kini resmi menjadi sepasang kekasih. Jihoon seperti magnet yang tak ingin berpisah sedikit pun dengan Woojin, seperti sekarang ini, tadinya Woojin hendak menidurkan tubuhnya pada ranjang sofa yang berada tak jauh dari tempat Jihoon, hanya saja tiba tiba Jihoon menggelengkan kepala nya heboh.

Dengan segala rajukan yang dilakukan oleh Jihoon, alhasil kini Woojin justru tidur di ranjang Jihoon.

Lebih tepatnya Woojin tidur bersebelahan dengan Jihoon, dengan posisi Jihoon yang dengan santai nya menaruh kepalanya pada bahu Woojin sambil memegang lengannya seolah sewaktu waktu Woojin akan kabur pergi kembali darinya.

Dengkuran halus sangat jelas terdengar di telinga Jihoon.

Sungguh entah mengapa Jihoon menyukai hal itu, sedangkan Woojin yang sudah masuk kealam mimpinya tak menyadari hal apapun yang Jihoon lakukan.

Sepertinya Woojin sangat lelah dengan apa yang terjadi. Semua energi yang ia punya seakan benar benar terkuras, karena hal sebelumya.

"Mengapa Woojinie tampak lelah sekali?" Monolog Jihoon sambil mengusap kening dan rambut Woojin.

.............
TBC

Maaf ya lama up nyaa ...
Untung ada yang ingetin tadi di Ig seya 😊😊

See you next chapter

Leave a comment and vote

.

.

Seya

CRYPT [2PARK][END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang