Happy Reading ♡
.
.
.
Tandai jika ada typo, kadang nih mata gak teliti liat deretan kalimat itu.
.
.
.Allisya memakirkan motor maticnya itu di halaman rumahnya, masuk ke dalam rumah dengan langkah kaki lunglai. Gadis itu sudah tak ada nyawa lagi untuk berjalan, ia sangat ingin cepat-cepat sampai di kamarnya lalu melakukan rutinitasnya yaitu rebahan.
Meong ...
Meong ...
Allisya memberhentikan langkah kakinya tepat di tangga pertama, mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah untuk mencari seekor kucing itu.
"Fush ... Fush ... sini sayang, Mami udah pulang!" ucapnya memanggil kucing kesayangannya itu.
Kucing persia itu berjalan ke arah Allisya, mengintari kaki Allisya sehingga membuat gadis itu terkikik geli.
"Laper ya kamu? Ya udah sini yuk, kita makan!!" serunya sembari menggendong kucing itu menuju lantai atas.
Kucing persia yang di beri nama Fush-fush itu sebanarnya kucing milik Dika, hanya saja cowok itu menitipkannya kepada Allisya karena Angel adiknya itu alergi dengan bulu kucing.
Dan asal usul kucing itu pun masih belum jelas sama sekali, Dika bilang pada Allisya ia menemukan kucing itu di dekat selokan sekolah dengan keadaan kotor dan juga tidak sehat. Lalu dengan senang hati Dika membawa kucing itu pulang dan di berikan kepada Allisya untuk merawatnya, dan ia hanya berkewajiban untuk memberi uang makan selama satu minggu sekali untuk kucing nya itu.
Awalnya Allisya sempat jijik karena keadaan kucing itu sangat menjijikan, namun setelah ia merawatnya dan rajin memberinya makan serta vitamin lambat laun kucing itu terlihat sangat menggemaskan.
"Nih, tadi Papa mu kasih Mami uang buat makan kamu. Jadi, hari ini kamu makan enak," ucapnya sembari memberi Fush-fush makan di wadahnya.
Allisya tersenyum senang tatkala melihat kucing kesayangannya itu makan dengan lahap, terlihat sangat menggemaskan.
°°°°°
"Gas, lo bisa bikin laporan ini kan?" tanya Dika.
Saat ini ketiganya masih berada di sekolah, tepatnya di dalam ruangan Osis untuk membicarakan persoalan turnamen futsal nya minggu depan.
"Laporan apa nih?" tanya Bagas tak paham.
Dika menghembuskan napasnya pelan, "Itu surat izin buat ikut turnamen minggu depan," sahutnya.
Bagas mengangguk sembari ber-oh ria, dan mulai mengerjakan apa yang di perintahkan oleh si ketua tim futsal itu.
"Ngga, lo udah siapin siapa aja nanti yang bakal ikut turnamen?"
Angga mengacungkan jempolnya ke atas, menunjukan kertas HVS yang sudah terisi penuh oleh nama-nama yang akan mengikuti acara turnamen itu.
Sejak memasuki SMA Dika memang kerap aktif di ekstra kulikuler futsal, awalnya ia hanya menjadi tim inti biasa. Hingga ketika ia menaiki kelas sebelas semester dua ia di angkag untuk menjadi ketua tim futsal SMA Nusantara itu karena skill yang dia punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [END]
Подростковая литература[Sedang Revisi] _____________________________ Di sini kita belajar jika mencintai tak mesti memiliki. "Dik ..." "Cha ..." "Mau sampe kapan?" "Jangan berharap sama gue ya, kasihan di sama lo nya."