Allisya menenggelamkan wajahnya pada bantal nya itu, dari sepulang sekolah tadi ia sama sekali belum keluar dari kamarnya. Fikirannya masih terus memikirkan kejadian saat di sekolah tadi.
Di saat ia memutuskan untuk menurunkan gengsinya dan meminta maaf pada Dika. Tapi, yang ia dapat hanya sikap acuh yang di berikan Dika pada Allisya.
"Dika kenapa ya? Ko hari ini dia kayak ngehindarin gue, apa karena kelamaan gue marahin" Tanyanya pada diri sendiri.
Allisya menghela nafasnya pelan, kenapa semuanya menjadi panjang seperti ini. Kenapa disaat ia akan menyelesaikan semuanya pihak kedua justru menjauhinya.
Drrrtttt..
Allisya mengambil ponsel nya yang berada di dalam tas sekolahnya itu, di lohatnya nama yang terpampang jelas di layar ponsel miliknya, Masbro. Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan, ada apa lagi ini? Fikirnya.
Masbro is calling...
Hallo
Hari ini kita belajar di cafe
Hah! Dirumah aja lah
Gak
Kan malem, tar kalo gue diculik, di mutilasi, di jual. Kan sayang, gak ada lagi cewek yang kayak gue ini
Belajarnya sekarang, soalnya tar malem gue ada acara
Ish, gimana si. Biasanya malem kan
Mau sekarang atau malem? Kalo sekarang, malem lo bebas. Tapi, kalo malem siap sampe jam 12 malem lagi?
I..iya sekarang, cafe mana?
Tar gue sherlock
Oke
Hmm
Pip
Allisya melemparkan ponselnya asal, mood nya benar-benat turun drastis.
Niatnya untuk bersantai dirumah, mendinginkan kepalanya, dan mengistirahatkan tubuh serta fikirannya itu harus gagal.
Allisya berjalan gontai menuju kamar mandi untuk bersiap menemui Dimas__guru les nya.
Kenapa hidupnya semakin runyam, kenapa hidupnya semakin membuat dia merasa prustasi sendiri. Semua hal yang dia benci, begitu mudah datang pada kehidupannya. Dika, cowok yang ia suka sejak lama tiba-tiba menjauhinya. Dan sekarang, kegiatan yang paling Lisya tak suka, harus ia lakukan.
****
"Jadi, lo milih buat ngehindar dari Allisya?" Tanya Alleta tak percaya pada cowok di depannya itu.
Kini mereka sedang berada di salah satu cafe yang letaknya tak jauh dari sekolahnya.
Dika memejamkan matanya, dia bingung. Dalam posisi ini ia merasa serba salah. Satu sisi dia ingin membicarakan persoalan perjodohannya pada Allisya, satu sisi juga dia takut Allisya akan merasa sakit atau sedih karenanya. Dika bukan cowok bodoh, ia tahu Allisya masih mempunyai rasa padanya, sejujurnya iapun sama mempunyai rasa pada Allisya. Hanya saja, waktu yang tak bisa mempersatukan mereka. Bukan jodoh mungkin, fikirnya.
"Kayaknya cuma ini jalan satu-satunya buat gue, Allisya akan terus merasa sakit hati jika terus ada di dekat gue. Gue takut dia semakin berharap pada harapan kosong gue ini, lo tau sendiri, gue udah di jodohin sama Kinan"Jawab Dika lelah.
Alleta menghela nafas pelan, begitupun dengan Elina dan juga Edrea yang berada di meja yang sama.
"Berat si, kalo gue jadi Allisya juga akan merasa berat untuk menerima ini semua. Dimana saat ada seseorang yang ia harapkan sosoknya tapi hanya bayangan yang ia dapat" Ucap Edrea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [END]
Teen Fiction[Sedang Revisi] _____________________________ Di sini kita belajar jika mencintai tak mesti memiliki. "Dik ..." "Cha ..." "Mau sampe kapan?" "Jangan berharap sama gue ya, kasihan di sama lo nya."