Pencet tombol bintang nya, ya...❤🙏
Dika menggeram prustasi, acara perjodohannya itu semakin dekat. Semakin dekat dengan acara maka semakin jauh pula ia dengan Allisya. Dan ia harus siap jika akan kehilangan sosok yang selalu ada di sampingnya.
Selama bergunta-ganti cewek, ia tak pernah menemukan sosok seperti Allisya. Si cewek yang mau menerima dia disaat butuh dan iklas melihat dia berbahagia dengan yang lain.
Otaknya seolah-olah penuh dengan Allisya, terlebih setelah dia melihat Allisya tertawa dengan cowok lain.
Cinta memang semenyebalkan itu. Dulu, di saat dia masih dekat Allisya, dia tak berani untuk mengungkapkan apa yang di rasakannya, selalu menolak jika ada yang bilang kalau dia menyukai Allisya, selalu menghindar jika ditanya tentang perasaannya pada Allisya. Baginya, Allisya hanya teman, hanya tempat pelariannya ketika lelah mencari. Bukan menjadi rumah untuknya pulang.
Tapi, nyatanya. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Ketika takdir memang benar-benar harus memisahkan mereka, dia baru merasakan apa arti kehilangan. Mungkin, Dika baru sadar. Kalau yang menarik belum tentu baik, tapi yang baik akan terus berusaha untuk menjadi terbaik.
"Gue benci sama perasaan gue. Gue benci sama keluarga gue" Monolognya.
Dika menghepaskan tubuhnya pada kasur nya itu, mencoba melupakan wajah Allisya yang sedang tersenyum manis ketika bersamanya, melupakan Allisya yang selalu setia mengusap bahunya ketika ia mempunyai masalah, melupakan omelan Allisya ketika ia membuat ulah.
Kenangan demi kenangan dengan mudahnya melewat dalam fikirannya. Semua yang ia lakukan dengan Allisya terjadi begitu saja. Tak pernah terlintas sedikitpun dalam fikirannya. Tapi, sekarang ia harus puas menerima ketika semua hal yang terjadi padanya dan Allisya melewat dengan santainya pada setiap sudut otaknya, pada setiap fikirannya.
♡♡♡
"Iya Ma, Lisya baik-baik aja. Lisya juga udah mutisin kalo Lisya kuliah disini aja"
"Sya, Mama tuh kangen kamu loh sayang. Kangen Shasha juga, sesekali kesini lah liburan. Kamukan udah pinter bahasa inggris sekarang mah. Kuliah disini ya, sama Mama Lis"
"Hmm, Ma. Lisya tuh udah nyaman disini, sama temen-temen Lisya. Lagian kan, kuliah di London sama Indo juga sama kan"
"Hmm, ya sudah whatever deh. Yang pada intinya kamu sesekali kesini lah ya, main. Mau sama your friends juga no problem. Asal kamu kesini, ketemu sama Mama"
"Yes Mom, i'm promis. Nanti Lisya pasti kesana buat ketemu sama Mama"
"Oke, Mama tunggu ya, awas aja kalau kamu ingkar"
"Iya Mama, ya udah Lisya tutup ya. Bye"
Allisya melempar asal ponselnya keatas kasur, kepalanya pusing. Barusan, Mamanya menelpon dia untuk memikirkan kuliahnya, lebih tepat menyuruhnya untuk berkuliah di tempat tinggal nya sekarang yaitu London.
Bertahun-tahun ia hidup dengan ayah dan juga adiknya, membuat ia agak sedikit canggung dengan Ibunya sendiri.
Ayah dan Ibunya berpisah sejak ia menduduki bangku kelas 6 SD pada saat itu adik Shasaha masih sangat kecil. Dan hak asuh keduanya jatuh pada Abraham, ayahnya. Sedangkan Ibunya, setelah bercerai dengan Abraham memilih untuk tinggal di London dengan suami barunya itu.
Tok..tok..tok
"Ka, di panggil Ayah suruh turun!!" Teriak Shasha dari arah pintu kamar Allisya.
"Iya!!" Jawabnya.
****
"Perjodohan kamu sudah semakin dekat, apa kamu gak kepikiran buat beli kebaya atau baju yang samaan gitu sama Kinan? Sekalian beli cincin juga kan ndok?" Ujar Nenek pada Dika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [END]
Novela Juvenil[Sedang Revisi] _____________________________ Di sini kita belajar jika mencintai tak mesti memiliki. "Dik ..." "Cha ..." "Mau sampe kapan?" "Jangan berharap sama gue ya, kasihan di sama lo nya."