Jangan lupa buat Vote and Coment Ya sayang.....
Happy Reading.....
VOTE DULU YOKKKKK
SELAMAT MEMBACA SAYANG.....
Allisya meremas jari-jari tangannya takut, keringat dingin sudah mengucur di pelipisnya, rasa deg-degan, takut, terus menghampirinya.
Kini Allisya sedang berada di kantor polisi, menjadi saksi atas perkelahian teman-temannya tadi. Ini baru pertama kalinya Allisya menjadi saksi atas perbuatan yang bersangkutan dengan hukum, polisi. Siapa yang tahu si, kalau sebenarnya Allisya mempunyai rasa takut katika berhadapan dengan polisi, bukan cuma berhadapan, bertemu di jalanpun Allisya sudah gemetar tak karuan, padahal dalam perjalanan hidupnya, gadis itu sama sekali tak pernah berurusan dengan polisi.
"Jadi disini siapa yang mulai duluan?" Tanya polisi itu tegas.
Allisya hanya menunjuk ke arah segerombol cowok yang masih mengenakan seragam sekolah, kepalanya masih tertunduk kebawah, rasanya ia ingin menangis saja untuk sekarang.
"Baik, kamu boleh keluar" Ucap polisi itu.
Allisya tak mau mengulur waktu lagi, gadis itu langsung berjalan keluar dari dalam kantor polisi, dan duduk di bangku panjang yang berada di luar.
"Ya ampun Sya, lo gak papa kan?" Tanya Edrea saat melihat sahabatnya itu sudah keluar.
"Mana yang sakit Sya? Lo di apain aja sama tuh cowok sialan?" Ucap Alleta heboh, sembari memutar-mutarkan tubuh Allisya.
"Sini duduk dulu Sya" Ucap Elina, memberi ruang Allisya untuk duduk dan menenangkan diri.
Allisya duduk dengan badan yang masih gemetar, fikirannya melayang kearah perkelahian tadi, tendangan, pukulan, dan wajah Arsen yang babak belur pun sangat jelas di ingatannya.
"ANJING!! DISINI ELO YA YANG MULAI DULUAN, BANGSAT, BANCI LO PADA GAK MAU NGAKU!!" Teriakan Arsen yang bersumber dari dari dalam membuat Allisya kembali takut, tubuhnya semakin bergetar hebat, wajahnya sudah mulai memucat.
"Sya, lo gak boleh dengerin yang di dalem ya" Ucap Edrea.
Allisya diam, ia masih takut.
"Minum dulu Sya" Ucap Arkan sembari memberikan air mineral pada Allisya.
Allisya langsung menerimanya, dan meminumnya dengan tangan yang bergetar.
"Udah Sya, lo bakal aman selama ada kita-kita, selow gak usah takut" Ucap Angga mencoba menghibur Allisya.
"BANGSAT!! GAK BISA GITU DONG PAK!!" Lagi-lagi teriakan Arsen semakin membuatnya takut.
"El, kamu bisa tolong telfon nin papa kamu? Buat bantuin Arsen keluar dari sini, soalnya harus ada wali yang menjemput" Tanya Bagas pada Elina yang masih sibuk menenangkan Allisya.
"Arsen gak salah? Arsen di bebasin? Gak di tahan?" Tanya Alleta.
Bagas menggeleng.
"Nggak, sesuai keterangan Allisya sama Dika, Arsen gak salah. Tapi ya gitu harus ada wali yang dateng, tapi sayangnya kedua orang tua Arsen lagi di luar kota. Nah kebetulan papa nya si Elina kan pengecara, biar sekalian kasih tuntutan aja sama tuh anak-anak dari SMA Garuda" Jelasnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [END]
Teen Fiction[Sedang Revisi] _____________________________ Di sini kita belajar jika mencintai tak mesti memiliki. "Dik ..." "Cha ..." "Mau sampe kapan?" "Jangan berharap sama gue ya, kasihan di sama lo nya."