Chapter 36

696 36 0
                                    

Happy reading....






















Allisya berada di dalam kafe milik ayahnya, langit sudah berubah warna menjadi orrange menandakan malam akan segera tiba. Gadis itu masih asik dengan lamunan nya, bahkan selusin Donat dan juga ice cream coklat di hadapannya itu ia abaikan.

Dimas yang berada tepat di hadapan Allisya pun mengeryit bingung, gak biasa nya gadis itu diam, biasanya ia akan mengeluarkan seribu pertanyaan juga celotehan tak penting dari mulutnya.

"Masbro" Ucapnya setelah lama diam.

Dimas hanya menjawab dengan gumam man tapi tatapan nya itu terus tertuju pada Allisya.

"Rumus move on secara instans itu gimana?" Dimas mengeryit bingung, ia masih tak paham dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut Allisya.

"Maksudnya?"

Allisya berdecih pelan, mood nya itu sedang tidak dalam keadaan baik.

"Cara move on secara instans itu gimana?" Tanyanya lagi

Dimas nampak berfikir sejenak, dengan jari yang di ketuk-ketukan ke atas meja asal.

"Gak tahu, mungkin dengan lo mencari kesibukan lain" Jawabnya.

Allisya menghembuskan napasnya pelan, fikirannya masih melayang pada sore tadi, di saat Dika menceritakan tentang wacana pertunangannya dengan Kinan minggu ini.

"Lo...abis putus cinta ya?" Tanya Dimas.

Allisya melirik kearah Dimas sebentar, gadis itu masih dalam mode diam nya.

"Jangan sok tahu deh! Gue bukan putus cinta, cuma gue baru aja di tolak yang kedua kalinya sama cowok secara tidak langsung" Sahutnya kesal dengan menekan kata 'di tolak.

Dimas menahan tawanya agar tidak meledak di hadapan gadis itu, iya tak ingin mengambil resiko, takut-takut Allisya akan mengamuk di dalam kafe.

"Jangan ketawa ya!!" Peringat Allisya.

Dimas hanya terkekeh pelan, lalu ia langsung menormalkan lagi raut wajahnya seperti biasa.

"Emang lo udah suka sama tuh cowok berapa lama?"

"Hmm, hampir 2 tahun kayaknya, eh atau udah 2 tahun ya?"

"Cih, sendiri nya yang suka tapi lupa berapa lama"

"Ya namanya juga manusia"

"Hm iya dah! Terus alasan dia nolak lo karena apa? Jangan bilang dia nolak lo gara-gara lo suka makan sama males belajar"

"Sotoy!!"

"Terus?"

"Dia di jodohin, minggu sekarang dia tunangan, HUAAAAA!!! Gue gak rela!!"

Dimas hanya terkekeh pelan, menurutnya wajah Allisya saat ini sangat terlihat lucu, dengan pipinya menggembung, hidung yang memerah, mata yang berair dan bibir yang di kerucutkan.

"Udah lah Sya, lagian gue yakin itu cuma cinta monyet lo doang" Ucap Dimas sebelum meminum kopi yang sudah lama di anggurinnya sedari tadi.

Allisya masih sibuk membersihkan ingusnya akibat acara menangisnya tadi, ada perasaan sesak di dada saat mengingat kembali masalah itu, rasanya ingin sekali ia menangis sepuasnya, namun ia sadar, menangis berhari-hari bahkan meraung pun tak akan ada gunanya, Dika sudah memilih pilihannya dan ia harus mengiklaskannya.

"Masbro, pacaran sama gue yuk?!" Ucap Allisya

Dimas mengangkat kedua alisnya ke atas hingga menyatu, tatapan nya terlihat bingung.

"Maksud lo apaan? Lo mau jadiin gue pelampiasan gitu? Ogah! Gak mau gue" Sahutnya

Allisya mengerucutkan bibirnya kesal, kenapa setiap cowok yang diajak berpacaran dengannya selalu menolak?

"Gue kena kutukan apa si? Sampe-sampe gak ada yang mau sama gue" Ucapnya dengan suara yang seperti menahan tangis.

Dimas menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal, cowok itu hanya bingung harus menanggapi ucapan gadis itu seperti apa.

"Sya dengerin gue, setiap orang itu gak bisa memaksakan hatinya untuk siapa, harus suka sama siapa. Kadang ada pula seseorang yang kurang peka dengan perasaan nya, gue yakin Dika itu mempunyai perasaan sama lo, hanya saja dia kurang peka dengan perasaan nya, hingga lebih memilih mengabaikannya. Dan kalo masalah perjodohan, mungkin jodoh Dika itu emang cewek itu bukan lo, yang pasti jodoh itu udah ada yang ngatur, kita gak bisa menolak seseorang untuk menjadi jodoh kita kalau Allah sudah menentukannya. Masih banyak yang lebih baik dari Dika, yang mau menerima lo apa adanya, yang benar-benar sayang sama lo, percaya sama gue ya" Jelas Dimas.

Allisya menatap Dimas dengan mata sembab nya, gadis itu sudah tak menangis lagi, justru ia lebih memilih untuk memaksakan senyumnya.

"Masbro, kadang gue ngerasa gak punya siapa-siapa. Alone"

"Masih ada Om Abraham, ada Shasha, Tante Maya, Temen-temen lo, ada gue juga"

"Hm, secara batin gue tersiksa, secara mental mungkin gue udah depresi, tetapi secara fisik gue tersenyum dan harus tetap terlihat baik-baik saja"

"Gue yakin lo itu strong girl. Udah lah gak usah mellow-mellow an gini cuma gara-gara si Dika, Dika itu. Mending lo abisin nih Donat nya gue udah beli ini mahal-mahal malah di anggurin, tuh ice cream juga udah cair gitu"

"Besok-besok beliin gue donat lagi ya, tapi gak usah sama ice cream, besok gue pengen donat sama starbucks" Ucapnya dengan tangan yang sibuk memilih donat yang akan di makannya.

"Uluhhh pengennya, enak banget ya jadi lo Sya, apa-apa tinggal minta, gak tahu malu lagi tuh"

"Yaelah, sama calon pacar ini" Ucap Allisya di sela kunyahannya.

"Calon pacar ndasmu, belajar yang bener dulu baru boleh pacar-pacaran"

"Ahh bilang aja Masbro malu buat ngakuin nya, udahlah Masbro gue tahu ko isi hati lo itu"

"Ck, udahlah, makin kesini omongan lo makin nyeleneh ya, makan terus lanjut belajar, besok pelajaran apa? Matematika kan?" Ucap Dimas sambil melihat jadwal ujian Allisya.

"Belajar lagi, belajar lagi" gerutu Allisya

"Biar pinter"

"Udah pinter"

"Pinter apa?"

"Makan"

"Ck, ck, ck, lo manusia spesies apa si Sya? Makan mulu yang di pikirin"

"Spesies Donat" Jawabnya sembari menunjukan donat yang di makannya pada Dimas.

"Terserah Sya" Pasrah Dimas.

Cowok itu memilih untuk menyibukan dirinya dengan ponsel miliknya itu, sedangkan Allisya masih asik meluapkan emosi nya lewat makanan kesukaan nya itu. Donat.

"Malam ini, gue mungkin bisa meredakan rasa sedih dan kecewa gue sejenak. Dengan adanya Masbro Dimas disini, rasa sedih itu tak terlalu dominan, namun ketika gue sendiri, rasa sesak di dada kembali dominan. Memang sangat konyol, bagaimana bisa gue meminta Masbro buat jadi pacar gue, hanya untuk menjadi pelampiasan gue. Padahal dia baik banget sama gue, sabar lagi ngadepin sikap gue. Apalagi dia sering beliin gue donat sama ice cream"

Kafe, Malam kedua setelah mengetahui Dika akan bertunangan.


































Sekian....

Jangan lupa vote sama komen....

Salam cantek

Dera🖤

Ig. @derrlaa_

Friendzone [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang