Chapter 38

945 50 3
                                        

Happy reading....












Suasana pagi di dalam kamar seorang gadis masih sama, kacau dan juga berantakan. Allisya, sang pemilik kamar masih asik bergelung dengan selimutnya. Padahal jam sudah menunjukan pukul 9, matahari sudah mulai naik. Tapi gadis itu sama sekali belum beranjak dari kasurnya.

Allisya berjalan gontai menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, bukan untuk mandi. Melainkan untuk sekedar gosok gigi dan juga cuci muka.

Setelahnya, gadis itu kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Ia mengambil laptopnya dan juga cemilannya yang ia sembunyikan di kolong kasur nya itu.

Ia membuka laptopnya dan berencana akan menonton film Chaines yang biasa ia tonton dengan cemilan yang sudah tergeletak dimana-mana.

"Ka!! Bangun!!" Allisya mendengus kesal, teriakan yang berasal dari luar kamarnya itu sungguh menganggu acara menontonnya.

"Iya!!" Teriaknya dari dalam kamar, sudah biasa baginya jika harus saling berteriak di dalam rumah. 

"Mandi!! Turun!! Beres-beres!! CEPETANNN!!!" Lagi-lagi Allisya mendengus kesal, mood di hari libur nya itu sudah rusak.

"IYA!!!" Allisya langsung beranjak turun dari kasurnya dan berjalan gontai keluar kamar.

Ia langsung mendapati Shasha adiknya yang masih berdiri di depan kamarnya dengan tangan yang sudah bersidekap di dada.

"Apa?" Tanyanya pada Shasha.

"Tadi ada tukang POS kasih surat ini buat lo" Ucap Shasha sembari memberikan amplop coklat pada Allisya yang berada di depannya.

Allisya menaikan alisya sebelah, tangannya terulur untuk menerima ampolop itu dan mulai membukannya.

"Mandi, turun, terus ke kafe bantuin Ayah" Peringat Shasha sebelum pergi meninggalkan Allisya di kamarnya.

Allisya hanya mengangguk paham, tangannya masih membulak-balikan amplop itu. Lalu ia langsung membukanya dan melihat isi dari amplop besar berwarna coklat itu.

Matanya terbuka lebar, dada nya kembali sesak, matanya memburam saat ia menegetahui isi dari amplop coklat itu adalah sebuah Undangan.
"Tunangan? Secepat ini?" 

Setelah sekian lama Allisya berharap, dan inilah akhir dari semuanya.

Senang, sedih semuanya bercampur aduk. Senang, karena melihat seseorang yang amat di cinta bisa berbahagia dengan pilihannya. Sedih, karena pilihannya itu bukan dia.

"Berbahagialah" Gumamnya dan masuk kembali kedalam kamar.

Sekuat tenaga, ia menahan untuk tidak menangis, Allisya terus mengatur napasnya agar rasa sesak di dadanya itu berkurang. Tapi nyatanya percuma, karena pada akhirnya dia pun menangis.

*****

Memang sudah seharusnya begitu...

Tuhan tak mengijinkan kita untuk bersama
Berbahagialah untuk kamu
Tersenyum lah menyambut hari itu

Karena, memang sudah seharusnya...

Berbicara soal waktu, memang tak akan pernah ada habisnya
Berbicara soal perasaan memang tak akan pernah selesai.
Dan berbicara soal hati tak semuanya menyakitkan.

Sudahlah...sudah seperti ini jalannya.

Mencoba iklas adalah jalan keluarnya...

*****

Malam ini, Allisya sedang kelimpungan mempersiapkan diri untuk menghadiri acara pertunangan Dika dengan Kinan. Gadis itu benar-benar sangat kuat, bersikap biasa saja seolah-olah tak ada apa-apa. Bahkan teman-temannya pun merasa kagum dengan Allisya, di saat orang lain akan menangis, meraung ketika menyaksikan seseorang yang di cinta nya dengan orang lain, justru Allisya bersikap biasa saja, seolah memang tidak terjadi apa-apa.

Friendzone [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang