Chapter 22

653 40 0
                                        

Happy Reading....

Allisya duduk bersila di atas karpet di ruang tamunya, di hadapannya ada seorang pria yang sedang memeriksa jawaban dari soal-soal yang pria itu berikan pada Allisya barusan.

Gadis itu terus menatap ke arah pria itu dengan mata yang tak berkedip, mulutnya tak henti-hentinya mengunyah pizza yang di belikan ayahnya tadi.

"Kenapa cuma bener satu?" Tanya pria itu dingin. Allisya hanya mengedikan bahunya acuh.

Pria itu menghembuskan nafasnya pelan, sudah hampir jam 11 malam tapi ia masih berada di rumah gadis itu. Padahal ia memulai tutornya sudah sedari jam setengah 8 malam, bahkan Shasha yang masih duduk di kelas 9 SMP pun sudah selesai belajar dengan jawaban soal yang benar semua.

Sedangkan Allisya?

"Lo sebenernya niat belajar nggak si? Udah berapa kali gue jelasin cara buat ngerjainnya tapi tetep aja salah. Ini soal Matematika dasar loh, soal kelas 10 SMA. Masa soal kayak gini aja lo gak bisa ngerjain" Ucap pria itu kesal. Pasalnya dia hanya memberikan 5 soal Matematika dasar dari kelas 10, dan memberikan gadis itu waktu 1 setengah jam untuk mengisinya. Namun gadis di depannya itu justru semakin membuatnya kesal.

Gadis itu justru baru bisa menyelesaikan soalnya dengan waktu hampir 3 jam, dan yang membuatnya semakin kesal adalah jawaban dari soal-soalnya yang terlihat asal-asalan.

"Benerin lagi sampe bener semua, ini ada lima soal. Berarti lo tinggal benerin yang empat soal ini, dan jangan asal-asalan" Ucapnya tegas.

Allisya melirik jam dindingnya sebentar, pantas saja ia sudah mengantuk. Ini sudah lewat waktu tidurnya di malam minggu ini.

Allisya menatap soal-soal itu dengan malas, ia kembali memakan pizza nya itu. Ia mendengus kesal pada pria di depannya, mau sampai kapan ia harus mati-matian untuk belajar.

"Manusia masih akan hidup meskipun ia bodoh, jadi gue mau belajarnya udahan. Gue ngantuk mau tidur, ini malam minggu seharusnya gue udah tidur 2 jam yang lalu" Ucap gadis itu, sedangkan pria di depannya itu hanya menatapnya dingin.

Pria itu terus menatap Allisya dingin, lalu ia melirik jam tangannya sebentar. Ia menghembuskan nafasnya pelan, waktu berjalan begitu cepat.

"Baik, karena ini udah hampir tengah malem belajar kali ini selesai. Tapi, besok lo harus belajar lagi dan gak boleh kayak gini lagi, asal-asalan. Baca-baca lagi buku yang baru aja gue kasih ke lo tadi,  jadi besok lo udah paham materinya" Ucapnya lalu bangkit untuk segera pulang.

Allisya memutar bola matanya malas, gadis itu kembali mengambil potongan pizza terakhir dan memakannya.

"Belajar jangan makan mulu fikirannya" Ucap pria itu dan langsung pamit untuk pulang.

"Manusia akan mati kalau gak makan. Makan adalah kebutuhan sedangkan belajar adalah bencana bagi gue. Karena belajar tenaga gue terkuras habis, gue bisa mati kalo terus-terusan belajar" Ucapnya, pria itu membalikan badannya dan melihat ke arah Allisya dengan tatapan dinginnya.

"Manusia nggak akan bisa cari makan kalo dia bodoh, karena dia nggak akan bisa buat cari uang"

"Kalau gitu, lo kasih gue uang setiap hari. Biar gue gak mati gara-gara gak makan"

"Emang lo siapa gue? Lo bukan keluarga gue atau bahkan bukan istri gue yang harus gue kasih nafkah"

"Gue ini...murid lo, kalau gue mati lo gak akan punya murid kayak gue lagi"

"Gue lebih bersyukur kalau gue gak punya murid kayak lo, hidup gue bisa lebih tenang" Setelah mengucapkan itu, pria itu langsung melangkahkan kakinya keluar dari rumah gadis itu dan bergegas untuk pulang.

Friendzone [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang