01

493K 8.5K 116
                                    

Mora mendengus kesal melihat kelakuan suaminya. Bisa-bisanya sang suami marah padanya hanya karena Mora memakai hotpants saat sedang ada rekan kerjanya yang datang ke rumah mereka. Alhasil, sekarang semua hotpants miliknya diguntingi oleh sang suami.

"Aku gak suka kamu pakai ini kalau ada temanku, Mora!"

Zidan Alfian Pangestu. Seorang CEO yang sudah mengambil alih perusahaan keluarga sejak ia masih menginjak umur 25 tahun. Seorang pecemburu akut apabila sudah berkaitan dengan Mora. Hanya Mora yang bisa membuat Zidan ngamuk bagai singa kelaparan, tetapi juga bisa juga bagai anak ayam yang selalu nurut dengan induknya.

Zidan menatap puas kain-kain yang telah tercecer di depannya ini. Hotpants milik sang istri sudah ia guntingi semuanya. Tidak ada sama sekali yang bersisa di lemari mereka. Zidan tidak suka apabila tubuh molek sang istri terlihat oleh orang lain. Tubuh itu miliknya dan sampai kapanpun akan tetap menjadi miliknya!

Zidan membalikkan tubuhnya dan langsung menatap sang istri yang sedang melihat nanar ke arah kain-kain yang ada di lantai itu.

"Siapa suruh kamu pakai itu? Kalau gak mau nasib kayak gitu sama baju-baju kamu yang lain, jangan pernah pakai baju yang kayak gitu kalau ada tamu."

Mora menghembuskan nafas kasar, mau bagaimana pun ia membantah Zidan ia tidak akan pernah bisa menang. Kekesalan yang sudah di ubun-ubun hanya bisa Mora pendam sendirian.

"Ya." Hanya satu kata itu yang terlontar dari bibir Mora.

Zidan yang mendengar itu menggeram tidak suka, "Kenapa jawabnya singkat? Gak suka aku kayak gini?!"

Mora hanya menggidikkan bahunya saja sebagai jawaban dari pertanyaan suaminya itu. Bukan masalah apa-apa, tapi duit yang sudah digunakan untuk membeli hotpants itu terbuang secara sia-sia. Apalagi banyak koleksi hotpants baru milik Mora disitu.

Pandangannya langsung menatap mata Zidan saat dagunya diangkat oleh Zidan. Mata hitam gelap milik Zidan itu seakan menghipnotis Mora. Entah kenapa Mora begitu lemah dengan tatapan itu. Entah zat apa yang sebenarnya terkandung di dalam tatapan Zidan itu.

"Sekali lagi aku ingatin sama kamu. Jangan pernah pakai pakaian kayak gitu lagi kalau ada tamu. Tubuh kamu gak boleh dilihat orang lain selain aku! Paham?"

"Kalau cuma sama kamu baru dibolehin gitu?"

Zidan mengangguk. Wajah Mora yang saat ini membuat bagian bawah Zidan berdenyut. Wajah Mora yang polos dan seakan tanpa dosa membuat tubuh Zidan panas dingin dibuatnya. Bagian bawah tubuh Zidan langsung bereaksi.

Tanpa di duga Zidan langsung memajukan wajahnya dan melumat bibir pink milik istrinya itu. Bibir Mora seakan candu bagi Zidan. Menurut Zidan bibir Mora seperti rokok yang ingin selalu Zidan hisap dan nikmati. Bibir dan tubuh Mora adalah perpaduan yang pas untuk kenikmatan di dunia ini.

Mora melenguh, tangannya sudah ia lingkarkan di leher sang suami. Ciuman Zidan begitu memabukkan, rasanya Mora tidak bisa menolaknya. Lembut dan kasar disaat yang bersamaan. Zidan seperti bisa mengontrol setengah-setengah antara nafsu dan kelembutan.

Zidan mendorong tubuh Mora ke atas ranjang mereka. Ciumannya turun ke leher Mora. Nafsunya saat ini tidak bisa ia kontrol. Yang ia mau saat ini hanyalah kehangatan milik Mora. Kehangatan dan kenikmatan tubuh sang istri. Mora semakin melenguh saat Zidan sudah memberi tanda di lehernya.

"Ini menandakan kamu milikku dan selamanya akan menjadi milikku! Gak boleh ada orang lain yang miliki kamu selain aku!"

Tubuh Mora bagai tersengat listrik, bagaimana bisa Zidan berbisik tetapi nada tegasnya begitu terasa seperti itu? Mora hanya bisa memejamkan mata saat Zidan menggigit telinganya. Geli, panas, dan gairah menjadi satu di dalam diri Mora.

"Mas...."

Zidan semakin bersemangat untuk mencumbu tubuh istrinya itu. Lenguhan milik istrinya itu seakan melodi yang selalu ingin ia dengar. Remasan di rambutnya membuat Zidan menurunkan ciumannya hingga ke tulang selangka milik Mora. Tidak lupa, jejak merah dan basah selalu ia tinggalkan di setiap kecupannya.

"Mas, udahhh...." Zidan tidak memperdulikan itu, yang ia pedulikan sekarang adalah adiknya yang sudah menegang di bawah sana. Ia ingin berada di dalam Mora.

"Mas!" Zidan tersentak mendengar teriakan Mora itu. Ia melepaskan ciumannya dan menatap heran ke arah istrinya itu.

"Kenapa?"

Mora membulatkan matanya. Setelah menggigit lehernya dengan santainya Zidan bertanya seperti itu.

"Kamu gigit leher aku!" Zidan mengerjap pelan, dengan polos ia menyibak rambut yang menutup leher Mora. Ia meringis saat ada bekas gigitan yang mengeluarkan sedikit darah disana.

"Aku selama ini nikah sama vampir atau sama manusia sih?" Mora menggerutu sambil mendorong tubuh Zidan.

"Beb...." Mora tidak memperdulikan rengekan itu. Ia membulatkan matanya saat menangkap bayangannya di kaca lemari.

"Astagfirullah, aku dah kayak singa." Dengan cepat jari-jari tangannya membetulkan rambutnya yang sudah acak-acakan karena ulah suami mesumnya itu.

Ia mendelik saat mendengar kekehan Zidan. "Kenapa ketawa?"

"Kamu gemesin."

"Bacot kamu, Mas!"

Mora keluar dari kamar mereka, ia tau sebenarnya ada yang menyembul di bagian bawah tubuh suaminya itu, tapi Mora tak memperdulikannya. Lehernya masih sakit gara-gara ulah suaminya itu. Itulah Zidan, ia tidak akan bisa mengontrol apa yang ia lakukan saat sedang bernafsu.

Baru saja akan berjalan dari kamar mereka ia sudah mendengar desahan Zidan yang mungkin berasal dari kamar mandi.

"Astagfirullah."

Tbc...

My Possessive Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang