O7 : 18+

38.9K 830 10
                                    

....

Semua hanya tentang waktu.

...


Jenata menahan kekesalannya di mana Jayden terus membuatnya mengumpat dalam hati.

Mahretta, Ny. Rita, Daren, Jayden dan Jenata sepakat untuk makan bersama, Jayden memesan ruangan VIP untuk mereka, dimana hanya ada mereka berlima.

Jayden dan Jenata duduk bersebelahan, disinilah kekesalan Jenata bertambah 1000x lipat, Jayden terus menggesekkan tangannya ke vagina Jenata, bahkan saat ia berbicara sekalipun. Awalnya hanya gesekan pelan lama-lama tangan Jayden semakin gencar menggoda Jenata. Jenata berusaha keras agar desahan laknatnya tak keluar, bahkan keringat dingin membasahi wajahnya tapi dengan tanpa dosa Jayden lap keringat Jenata.

Jenata ingin sekali membunuh Jayden saat ini.

"Kau tidak apa?" Daren bertanya pada Jenata, tapi Jenata menggeleng dan tersenyum.

Tangan Jayden masuk ke dalam celana Jenata, Jenata sudah menahannya tapi Jayden tetap bersikeras bahkan Jenata menatap Jayden dengan tatapan ingin membunuh, tapi apa peduli Jayden? Yang penting dia senang.

Pertama-tama Jayden hanya menggunakam satu jarinya untuk mempermainkan klitoris Jenata, tapi lama-lama tempo Jayden semakin gencar bahkan membuat Jenata memalingkan wajahnya yang merah padam.

Jayden menghentikan aktivitasnya, sebelum Jenata keluar ada kekecawaan bagi Jenata tapi ada kesenangan juga. Ia tak perlu menahan desahan lagi.

Jayden mendekati Jenata membisikan sesuatu, "Ku fikir tamu mu sudah pergi, siap-siap ritual malam yang panjang, sayang." agak sedikit menggelikan di telinga Jenata mendengar Jayden memanggilnya sayang, tapi ada kesenangan tersendiri melihat wajah Jenata merona, tapi di tambah kekesalan yang ada.

Daren terus memandang pasangan di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan, sesekali Daren menatap wajah Jayden dan Jenata bergantian.

"Jay, sejak kapan menjalin hubungan dengan Jenata?" tanya Ny. Rita, Jayden tertawa sebentar, "Ku fikir beberapa bulan lalu, saat tidak sengaja melihatnya." jawab Jayden, diiringi senyumnya. Ny. Rita mengangguk paham.

"Aku bersyukur anakku tak pernah salah soal memilih wanita." ucap Mahretta, Ny. Rita mengangguk, "Jenata memang selalu jadi yang tercantik di sekolahnya dulu." sahut Ny. Rita.

"Benarkah? Pantas, anakku tak pernah menoleh kearah lain lagi." Mahretta terus membuat pujian dan pujian.

"Bagaimana aku bisa menengok kearah lain lagi, sudah cukup, satu seperti Jenata, aku sudah kewalahan menghadapinya." sahut Jayden, mendapatkan tawa dari Ny. Rita dan Mahretta.

"Dulu, Jenata sangat dekat dengan Daren, bahkan Jenata selama seminggu lebih menangis tersedu-sedu saat Daren pergi ke Inggris untuk kuliah." cerita Ny. Rita, Jenata menoleh, "Tidak seminggu, hanya 3 hari. Kau terlalu berlebihan," jawab Jenata diiringi senyum kecewa yang nampak dibuat-buat.

"Benarkah, Jenata sudah seperti anakku sendiri, bahkan dia selalu datang setiap hari saat pulang sekolah. Hanya untuk mengujungi kamar Daren." Ny. Rita terus bercerita membuat Jenata merasa tak enak, tapi ia juga tak mengerti perasaan tak enak pada siapa.

"Yeah, kalian berdua terlihat cocok bersama." sahut Mahretta, Ny. Rita mengangguk, membenarkan ucapan Mahretta.

"Jadi, kau menangis seperti bocah lagi?" tanya Daren kemudian, Jenata menggeleng, "Aku hanya sedih, tidak punya teman lagi di sekolah." jawab Jenata, Jayden kesal merasa di abaikan, akhirnya Jayden kembali menyentuh vagina Jenata, membuat Jenata otomatis menoleh kearah Jayden, tapi Jayden tersenyum lagi.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang