55 : Maaf

6.5K 300 34
                                    

.....

1 tahun kemudian

"Kau tak ingin pulang?" tanya Adel yang bertanya pada seorang wanita dikursi roda dengan tutup kepala karena setelah menjalani kemoterapi, rambutnya sedikit demi sedikit rontok.

Adel terus mendorong membawa wanita ini menatap senja.

"Senjanya indah, aku suka melihatnya." jawab Jenata yang sama sekali tidak menyambung dengan pertanyaan Adel barusan.

"Ayolah! Aku akan menikah dan mungkin aku akan jarang melihatmu. Jika kau di Indonesia aku akan menjagamu setiap hari."

"Kau tahu kenapa aku memutuskan berhenti berobat dan kemoterapi 1 bulan lalu? Karena aku merasa aku sudah tak punya harapan." ucap Jenata menatap lurus senja.

"Sean dan Sella bagaimana? Kedua anakmu bagaimana, Jen kau ingin meninggalkannya begitu saja. Tanpa punya orangtua?" tanya Adel yang sudah muak dengan Jenata yang seakan tidak memiliki semangat untuk hidup.

Jenata menoleh kearah Adel, "Kau berjanji menjaganya, bersama Daren." kata Jenata.

Adel beralih jongkok didepan Jenata, "Setidaknya jika tidak punya semangat untuk hidup, kau harus bangkit demi Sean dan Sella." Adel berucap sambil menggenggam tangan Jenata.

Jenata meneteskan air matanya, "Del, aku juga ingin hidup, aku ingin melihat Sean dan Sella berjalan pertamakali, aku ingin mengatar mereka sekolah taman kanak-kanak, aku ingin melihat mereka lulus sekolah dasar, SMP dan SMA. Dan aku ingin hadir kelulusan Universitas mereka dengan tercapainya cita-cita mereka, aku ingin melakukan semua itu. Aku bukan menyerah hanya saja aku tak ada harapan." ucap Jenata memutup wajahnya dengan tangan sambil terisak tangis.

Adel menatap Jenata, "Jangan Bilang kau—?"

Jenata mengangguk, "Sudah tak bisa, anakku berhasil hidup pun itu sudah hal terbaik dalam hidupku yang Tuhan berikan." Jenata mengusap air matanya.

Adel memeluk Jenata, "Jayden menikah 6 bulan lalu, Jayden menyerah dengan kehidupannya ia sepenuhnya menyerahkan kehidupannya pada ayahnya." kata Adel sambil mengusap sisa-sisa air mata dipipi Jenata.

"Syukurlah, tolong katakan pada Jayden, aku bahagia. Agar dia juga bahagia." kata Jenata.

"Sebaiknya katakan sendiri pada orangnya.", Adel berdiri menatap lelaki yang baru datang dengan bunga mawar putihnya.

Jenata berbalik terkejut dengan hadirnya Jayden, lalu Adel berbisiki, "Aku belum mengatakan apa-apa soal Sean dan Sella, tapi, aku sudah mengatakan tentang pernikahan palsu itu." bisik Adel ditelinga Jenata agar Jayden tak mendengarnya.

Seperti terakhirkali mata Jayden juga sembab saat ini. Jenata tersenyum melihat Jayden.

Jayden menunduk, membantu Jenata berdiri dan memeluknya. "Sekarang aku senang melihatmu, aku tidak peduli dengan apapun lagi. Aku akan selalu ada untukmu." ucap Jayden. Jenata menangis sesegukan dipelukan Jayden, bau tubuh yang sangat Jenata rindukan, tangan yang menahannya erat agar tidak jatuh.

"Bagaimana bisa kau tahu aku disini?" tanya Jenata menatap manik mata Jayden.

Masih ada begitu banyak cinta untuk mereka berdua, apalagi Jayden yang masih begitu mencintai wanita didepannya ini.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang