14 : Si Otak Mesum

18.5K 481 7
                                        

....


Jenata dan Jayden sedang bersiap untuk berangkat ke pantai terdekat, "Padahal lebih indah jika ke Bali atau ke Luar Negeri!" kecewa Jayden mengingat Jenata yang menolak tegas rencana ke Luar Negeri atau ke Bali, "Sayang, apa kau tidak memiliki paspor?" tanya Jayden.

Jenata menghentikan aktivitasnya yang sedang menyiapkan beberapa makanan ringan, "Jelas aku punya!" kesal Jenata, entah kenapa mendengar pertanyaan Jayden membuatnya kesal.

"Kan sudah ku bilang, kita bisa membelinya di sana! Kenapa kau repot-repot sih?" kesal Jayden, melihat Jenata tak menuruti ucapannya.

Jenata membawa tasnya, "Sudah ayo berangkat!" ajak Jenata, keluar apart lebih dulu.

Jayden mengikuti Jenata dari belakang, masuk ke lift tanpa ada yang bersuara. Di lantai 8 seseorang masuk, Jenata dan Jayden tak peduli.

Di basement Jayden dan Jenata keluar, di ikuti orang lain yang juga keluar lift bersama mereka, awalnya tak ada yang aneh nampak biasa saja. Tapi, Jenata menyadari sesuatu, ia seperti mengenal orang ini, lelaki dengan baju, jaket, celana, sepatu bahkan topi yang berwana hitam cukup membuat Jenata mengingat bagaimana penjahat-penjahat di film-film seperti itu.

"Permisi?" panggil Jenata, orang itu berbalik, "Maaf, ku kira aku mengenalmu." Jenata menyadari tindakkan bodohnya dan dapat gelengan dari Jayden.

Jayden membukakan pintu mobil untuk Jenata, Jayden melajukan mobilnya.

Dijalan Jenata sibuk memakan makanan ringan yang ia bawa, sambil sesekali menyuapi Jayden.

"Kau tau, pria tadi yang pakaiannya hitam semua, aku merasa mengenalnya entah kenapa, ia terlihat familiar di mataku. Seperti pernah bertemu." ucap Jenata sambil mencoba mengingat-ingat tapi nihil ia tak tau.

"Mungkin dia artis, di gedung itu banyak artis yang menyewanya." jawab Jayden sekenanya. Jenata hanya mengangguk dan makan cemilan lagi.

Jayden memutar music, Jenata ikut bernyanyi mengikuti irama lagu —Without Me - Helsey— lagu yang membuat Jayden dan Jenata terbawa suasana sambil sesekali Jayden tertawa, mendengar Jenata yang menyanyikan lagunya tanpa peduli akan kefasihan bahasa Inggris nya.

"Suaramu, jangan menyanyi lagi sayang, telingaku sakit." keluh Jayden, di tengah tawa puasnya, Jenata menatap kesal Jayden sambil menendang-nendang Jayden dengan kakinya.

Jenata berhenti menyanyi, menyilangkan tangan di dadanya, "Bagaimana jika aku membuatmu mendesah saja, suaramu saat mendesah ahh bagus sekali sayang!" kekeh Jaysen, Jenata lagi-lagi menendang paha Jayden dengan kakinya.

"Mau mati?" kesal Jenata, membuat Jayden menghentikan tawanya, serius menyetir. Takut mati konyol dalam kecelakaan padahal ia belum membuahi sep telur Jenata, takut menyesali itu nanti.

"Oke, sebentar lagi kita sampai!"

Jenata menatap keluar jendela, di mana di sebelah kanannya sudah terlihat ombak laut, Jenata tersenyum senang melihatnya.

Jayden berhenti, memarkir mobilnya dan membawa persiapan yang ada di mobilnya, seperti alas untuk duduk dan berbagai kebutuhan mereka.

Jenata duduk menghadap laut luas di depannya, indah, lama ia tidak menghirup udara di pinggir pantai seperti sekarang.

"Bagaimana?" tanya Jayden menanyakan pendapat Jenata tentang pantai pilihannya yang sempat di tolak mentah oleh Jenata, karna pantai ini kurang terkenal, nyatanya memiliki pemandangan laut yang indah.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang